Apakah mungkin haid terjadi saat sedang hamil? Pertanyaan ini seringkali membuat para Ibu bingung. Bagaimana mungkin seorang Ibu mengalami haid sementara juga sedang mengandung janin? Tentu saja, sebagai Ibu yang sedang hamil, banyak hal yang membuat Ibu penasaran. Sebab, kehamilan membawa banyak perubahan pada tubuh Ibu. Namun, jangan khawatir! BukuBumil hadir untuk memberikan penjelasannya dalam artikel ini. Jadi, terus scroll ke bawah ya, Bu!
Table of Contents
Apakah Ibu Hamil Bisa Haid?
Jawabannya singkat, tidak bisa. Haid tidak bisa terjadi saat Ibu sedang hamil. Meskipun begitu, Ibu mungkin mengalami bercak atau pendarahan ringan selama kehamilan karena alasan lain. Beberapa Ibu dapat mengalami pendarahan vagina saat hamil dan bahkan mengalami pendarahan yang tidak teratur yang tampak seperti haid biasa. Pada awal kehamilan, Ibu juga mungkin mengalami bercak ringan yang biasanya berwarna merah mudah terang atau cokelat gelap.
Namun, perlu diingat bahwa pendarahan vagina selama kehamilan tidak sama dengan haid. Untuk membedakannya, jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang cukup banyak, itu menandakan bahwa kemungkinan Ibu tidak sedang hamil. Namun, jika sudah dikonfirmasi hamil atau tes kehamilan Ibu positif dan Ibu mengalami pendarahan yang banyak atau bercak selama kehamilan, maka segera hubungi dokter.
Mengapa Ibu Tidak Bisa Haid saat Hamil?
Biasanya, haid terjadi setiap bulan ketika sel telur tidak dibuahi. Selama siklus haid, sel telur akan dilepaskan dari indung telur dan jika tidak dibuahi (Ibu tidak hamil), rahim akan mengelupas dan mengeluarkan sel telur tersebut dalam bentuk darah melalui vagina. Siklus haid atau menstruasi ini berfungsi untuk mempersiapkan kehamilan karena pada saat itu rahim membentuk lapisan tebal sebagai persiapan untuk menempelnya sel telur di sana jika pembuahan terjadi. Oleh sebab itu, haid saat hamil tidak mungkin terjadi ya Bu! Sebab, haid hanya terjadi saat Ibu tidak hamil.
Saat Ibu hamil, sel telur telah berhasil dibuahi dan menempel di dinding rahim. Hormon kehamilan akan memberi sinyal agar lapisan rahim yang kaya darah tersebut tetap utuh untuk mendukung pertumbuhan janin hingga lahir. Karena hal itu, tidak terjadi pengelupasan rahim dan Ibu tidak akan mengalami haid selama masa kehamilan. Maka dari itu, tidak terjadinya haid saat hamil adalah salah satu tanda awal kehamilan, meskipun Ibu mungkin mengalami bercak ringan selama beberapa hari sel telur menempel di dinding rahim.
Selain itu, ovulasi atau pelepasan sel telur dari indung telur juga tidak terjadi saat Ibu sedang hamil. Sel telur hanya dapat dibuahi dalam jangka waktu yang singkat setelah ovulasi, sekitar 12-24 jam. Jika terjadi pembuahan, sel telur akan menempel di rahim dan menyebabkan kehamilan. Namun, jika tidak ada pembuahan, tubuh akan mengelupas lapisan rahim dalam periode haid untuk mempersiapkan lapisan baru pada siklus berikutnya.
Meskipun beberapa Ibu mungkin mengalami bercak atau pendarahan ringan selama kehamilan, hal ini tidak terkait dengan siklus haid. Pendarahan tersebut sebaiknya dianggap sebagai tanda peringatan dan perlu diperhatikan. Namun, pendarahan tidak selalu menandakan sesuatu yang buruk. Banyak Ibu berhasil melahirkan bayi yang sehat setelah mengalami pendarahan ringan selama kehamilan. Maka, jika Ibu mengalami pendarahan saat hamil, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter ya, Bu!
Baca juga: 40 Minggu Perkembangan Janin yang Menakjubkan dalam Perut Ibu Hamil
Bercak dan Pendarahan saat Hamil, Apakah Normal Terjadi?
Selama masa kehamilan, terkadang terjadi bercak atau pendarahan ringan yang tidak terkait dengan haid. Pendarahan saat hamil dapat terjadi dengan berbagai alasan. Penting bagi Ibu untuk memahami perbedaan antara bercak dan pendarahan. Bercak adalah beberapa tetes darah yang muncul sesekali di pakaian dalam, tetapi tidak cukup banyak untuk memerlukan penggunaan pembalut. Di sisi lain, pendarahan adalah aliran darah yang lebih banyak dan memungkinkan penggunaan pembalut untuk mencegah darah meresap ke pakaian.
Bercak pada awal kehamilan adalah hal yang normal terjadi dan hanya berlangsung sekitar 1-2 hari. Saat hamil, leher rahim lebih mudah berdarah karena terjadi perkembangan pembuluh darah di area tersebut. Bercak ini mungkin terjadi dalam rentang waktu 10 hingga 14 hari hari setelah pembuahan, saat sel telur yang telah dibuahi menempel pada lapisan rahim. Hal ini disebut dengan implantation bleeding atau pendarahan akibat penempelan sel telur. Jenis pendarahan ini tidak memerlukan pengobatan dan akan berhenti dengan sendirinya. Namun, Ibu tetap disarankan untuk menghubungi dokter guna memastikan kondisi kesehatan Ibu.
Penyebab Pendarahan saat Hamil
Meskipun Ibu tidak mengalami haid saat hamil, tetapi ada kemungkinan Ibu mengalami pendarahan ringan. Meski demikian, pendarahan ini tidak selalu menandakan masalah yang serius. Namun, penting untuk memahami penyebabnya dan kapan harus berkonsultasi dengan dokter. Berikut beberapa jenis pendarahan yang dapat terjadi saat hamil:
Baca juga: 13 Komplikasi Persalinan Ini Bisa Menyulitkan Proses Melahirkan, Simak Cara Pencegahannya!
- Pendarahan pada Trimester Pertama
Pendarahan cenderung lebih umum terjadi pada trimester pertama. Terkadang, terjadi bercak ringan saat plasenta menempel pada dinding rahim. Selama kehamilan, sel-sel serviks juga dapat mengalami perubahan yang menyebabkan pendarahan ringan, terutama setelah berhubungan seksual. Beberapa penyebab pendarahan pada trimester pertama, meliputi:
- Kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim), yang merupakan kondisi darurat medis.
- Infeksi.
- Perubahan pada serviks.
- Keguguran, atau kehilangan kehamilan.
- Hemoragi subkhorionik, juga dikenal sebagai hematoma subkhorionik, yaitu pendarahan antara dinding rahim dan plasenta.
- Penyakit trofoblastik gestasional (PTG), suatu kondisi sangat langka yang dapat menyerupai kehamilan dengan menyebabkan tumor yang mungkin mengandung jaringan janin yang tidak normal, seperti kondisi hamil anggur.
Selain itu, pendarahan akibat penempelan sel telur dapat terjadi pada awal kehamilan, biasanya sebelum Ibu melakukan tes kehamilan. Pendarahan ini terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel pada dinding rahim, biasanya sekitar waktu yang diharapkan sebagai periode haid. Pendarahan akibat penempelan sel telur terkadang dianggap keliru sebagai haid, meskipun biasanya pendarahan ini ringan atau hanya bercak-bercak.
Berikut beberapa gejala yang juga dapat menyertai pendarahan tersebut:
- Kram perut yang parah,
- Nyeri punggung,
- Pingsan atau kehilangan kesadaran,
- Kelelahan,
- Nyeri bahu,
- Demam,
- Perubahan pada keputihan, atau
- Mual dan muntah yang tidak terkendali.
Baca juga: 9 Komplikasi Kehamilan yang Wajib Ibu Tahu!
- Pendarahan pada Trimester Kedua dan Ketiga
Setelah melewati usia kehamilan 20 minggu, pendarahan yang terjadi seringkali memerlukan penanganan medis. Oleh sebab itu, Ibu perlu mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan pada trimester kedua dan ketiga, di antaranya:
- Pemeriksaan serviks: Ketika dokter memeriksa kondisi serviks, terkadang dapat menyebabkan sedikit pendarahan yang tidak perlu dikhawatirkan.
- Plasenta previa: Ini terjadi ketika plasenta Ibu menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir, sehingga menghalangi jalan keluar bayi. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan yang perlu diwaspadai.
- Kontraksi (pembukaan serviks): Selama proses persalinan, serviks akan mulai membuka dan rahim akan berkontraksi untuk membantu bayi bergerak ke bawah. Pada beberapa kasus, ini dapat menyebabkan pendarahan.
- Hubungan seksual: Biasanya, hubungan seksual cenderung aman dilakukan selama kehamilan, jika dilakukan sesuai dengan instruksi dokter. Namun, meningkatnya sensitivitas jaringan vagina dan serviks selama kehamilan dapat menyebabkan bercak atau pendarahan ringan setelah berhubungan seksual.
- Robekan rahim (ruptur uteri): Ini adalah situasi yang jarang terjadi, yaitu ketika rahim robek selama proses persalinan. Kondisi ini merupakan darurat medis yang perlu segera ditangani.
- Pelepasan plasenta: Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, plasenta dapat mulai terlepas dari dinding rahim sebelum proses persalinan dimulai. Ini adalah kondisi serius yang dapat menyebabkan kram dan nyeri perut yang parah serta memerlukan perhatian medis segera.
- Persalinan prematur: Kondisi ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu. Sebelum persalinan prematur, Ibu mungkin akan mengalami gejala yang mirip dengan menstruasi, keluarnya lendir yang banyak, dan kontraksi.
- Polip serviks: Pertumbuhan jaringan kecil di serviks. Polip serviks umumnya tidak menjadi masalah serius, tetapi kadang-kadang bisa menyebabkan pendarahan akibat peningkatan pembuluh darah di serviks.
Baca juga: Pernikahan Dini, Apa Hubungannya dengan Risiko Kanker Serviks?
Jadi, Ibu tidak bisa mengalami haid saat hamil. Selain itu, pendarahan yang terjadi selama kehamilan tidak menunjukkan bahwa Ibu sedang mengalami haid. Namun, pendarahan tersebut dapat disebabkan oleh perubahan normal dalam tubuh selama kehamilan. Jika pendarahan tersebut cukup banyak, itu bisa menjadi pertanda masalah kesehatan yang memerlukan pengobatan.
Dengan demikian, apabila Ibu mengalami pendarahan pada tahap kehamilan apa pun, sangat penting untuk memperhatikan warna, jumlah, dan konsistensi pendarahan tersebut. Jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan segera dan memastikan bahwa Ibu dan bayi dalam kondisi sehat. Selain itu, dalam beberapa kondisi, pemeriksaan dengan USG dapat membantu untuk mengetahui penyebab pendarahan tersebut.
Terima kasih telah membaca artikel “Apakah Hamil Bisa Haid? Mungkinkah? Ini Penjelasannya!”. Jangan lupa, bagikan artikel ini kepada teman dan keluarga Ibu agar dapat mengetahui fakta hamil saat haid dan mengantisipasi pendarahan saat masa kehamilan. Temukan informasi lengkap dan akurat seputar kehamilan, persalinan, dan kesehatan reproduksi dengan download aplikasi BukuBumil di Play Store atau kunjungi website BukuBumil.com. Semangat dan sehat selalu, Bu!
Baca juga: Tabung dulu! Ketahui Biaya dan Cara Menggunakan BPJS untuk Melahirkan
Referensi:
- Aggarwal, N. (2022, August 1). Can you get your period while pregnant?. Retrieved June 29, 2023, from https://www.thebump.com/a/can-you-get-your-period-while-pregnant
- Barton, J. (2023, May 8). Can you be pregnant and still have a period?. Retrieved June 29, 2023, from https://www.parents.com/pregnancy/my-body/pregnancy-health/can-i-be-pregnant-but-still-have-a-period/
- Cherney, K. (2019, March 12). Can you get your period and still be pregnant?. Retrieved June 29, 2023, from https://www.healthline.com/health/pregnant/period-and-pregnant
- Flo Health. (2019, March 7). Can you be pregnant and still have a period?. Retrieved June 29, 2023, from https://flo.health/menstrual-cycle/health/period/can-you-be-pregnant-and-still-have-a-period
- Getz, M. (2022, August 10). Can you get your period while pregnant?. Retrieved June 29, 2023, from https://www.babycenter.com/getting-pregnant/how-to-get-pregnant/can-you-get-your-period-while-youre-pregnant_7102
- Nall, R. (2018, July 27). Can you have a period while pregnant?. Retrieved June 29, 2023, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/322598