Memilih Persalinan Caesar? Pelajari 11 Poin Penting Ini sebelum Memutuskannya!

Persalinan caesar (sumber: depositphotos)

Apakah Ibu sedang memilih metode persalinan yang terbaik untuk Ibu dan si janin? Nah, salah satu metode yang semakin populer dan telah menjadi alternatif yang sering dipertimbangkan oleh para calon ibu, adalah persalinan caesar. Namun, apakah persalinan caesar benar-benar pilihan yang tepat? Yuk, kenali persalinan caesar lebih dalam, termasuk risiko, manfaat, dan faktor yang perlu dipertimbangkan sebelum Ibu membuat keputusan. Temukan semua informasinya melalui artikel BukuBumil berikut ya, Bu!

1. Apa Itu Persalinan Caesar?

Bayi lahir melalui operasi caesar (sumber: depositphotos)

Persalinan caesar, juga dikenal sebagai kelahiran sesar adalah prosedur bedah di mana terjadi sayatan pada perut dan rahim Ibu untuk melahirkan bayi. Metode ini digunakan ketika persalinan normal tidak aman atau berisiko bagi Ibu dan bayi. 

Persalinan caesar memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan persalinan normal dan memiliki waktu pemulihan yang lebih lama. Oleh sebab itu, jika Ibu tidak memiliki masalah serius terkait dengan kehamilan atau persalinan, maka persalinan normal melalui vagina merupakan pilihan yang paling aman untuk bayi. 

Ibu memiliki hak untuk memutuskan metode persalinan yang akan dilakukan. Namun, persalinan caesar hanya dapat dilakukan setelah Ibu, pasangan, atau kerabat terdekat memberikan izin secara tertulis. Perlu diingat juga, keputusan tentang jenis persalinan yang terbaik harus didiskusikan dengan penyedia layanan kesehatan, yang akan mengevaluasi kondisi Ibu dan bayi, serta memberikan saran terbaik. 

Baca juga: Ragam Metode Persalinan? Kupas Tuntas 6 Jenisnya Di Sini!

2. Kapan Ibu Harus Melakukan Persalinan Caesar?

Ibu harus menjalani operasi caesar demi keselamatan Ibu dan bayi (sumber: depositphotos:

Jika Ibu memiliki kondisi medis tertentu atau mengalami komplikasi saat melahirkan secara normal melalui vagina, kemungkinan Ibu akan melakukan persalinan caesar. Persalinan caesar yang direncanakan biasanya dilakukan ketika salah satu dari kondisi berikut terjadi:

  • Disproporsi kepala-panggul (Cephalopelvic Disproportion/CPD): Artinya, kepala atau tubuh bayi terlalu besar untuk melewati panggul Ibu dengan aman, atau panggul Ibu terlalu kecil untuk melahirkan bayi berukuran normal.
  • Persalinan caesar sebelumnya: Meskipun memungkinkan untuk melahirkan secara normal setelah persalinan caesar sebelumnya, tetapi tidak semua ibu dapat memilih opsi ini. Faktor yang memengaruhi adalah jenis sayatan pada rahim saat persalinan caesar sebelumnya dan risiko terjadinya robekan pada rahim.
  • Kehamilan dengan bayi kembar atau lebih: Meskipun bayi kembar biasanya dapat dilahirkan secara normal, tetapi jika Ibu mengandung dua bayi atau lebih, maka persalinan caesar mungkin diperlukan.
  • Plasenta Previa: Pada kondisi ini, plasenta terletak terlalu rendah di dalam rahim dan menghalangi bayi keluar melalui leher rahim. 
  • Posisi melintang bayi: Apabila bayi berada dalam posisi horizontal atau melintang di dalam rahim, maka persalinan caesar dapat memungkinkan untuk dilakukan.
  • Posisi sungsang bayi: Jika bayi berada pada posisi sungsang, yaitu kaki atau bokong bayi berada di bagian depan dalam rahim. Beberapa dokter akan mencoba untuk memutar posisi bayi, tetapi jika tidak berhasil, persalinan caesar akan diperlukan.
  • Masalah kesehatan tertentu: Beberapa kondisi, seperti penyakit jantung dapat memperburuk jika persalinan normal dilakukan. Oleh karena itu, melahirkan secara caesar perlu dilakukan. 
  • Hambatan untuk melahirkan secara normal: Adanya mioma rahim yang besar, patah tulang panggul, atau Ibu mengandung bayi dengan kelainan bawaan tertentu juga dapat menjadi alasan untuk melahirkan dengan cara caesar. 

Baca juga: 4 Posisi Janin dalam Kandungan yang Wajib Ibu Perhatikan!

Berikut beberapa kondisi yang dapat mengharuskan Ibu melakukan persalinan caesar yang tidak direncanakan:

  • Persalinan normal tidak berjalan lancar: Juga dikenal sebagai persalinan normal yang berlangsung lama. Pada kondisi ini, serviks (leher rahim) Ibu tidak melebar dengan cepat, tidak melunak, atau bayi Ibu tidak bergerak turun melalui saluran lahir.
  • Tekanan pada tali pusat: Pada kondisi ini, tali pusat melingkar di leher atau tubuh bayi, atau terjepit di antara kepala bayi dan panggul Ibu.
  • Prolaps tali pusat: Tali pusat keluar dari leher rahim sebelum bayi Ibu lahir. 
  • Ablasi plasenta: Plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi Ibu lahir.
  • Distres janin: Bayi mengalami masalah yang menyebabkan detak jantung yang tidak teratur selama persalinan. Dokter akan menyatakan bahwa bayi tidak dapat lagi mentoleransi persalinan normal dan harus dilahirkan secara caesar. 

Baca juga: Operasi Caesar Solusi Fetal Distress? 5 Tips Mencegah Fetal Distress (Gawat Janin)

3. Manfaat Persalinan Caesar bagi Ibu dan Bayi

Manfaat persalinan caesar (sumber: depositphotos)

Manfaat dari persalinan caesar akan tergantung pada kondisi kehamilan Ibu. Dalam banyak kasus, manfaat terbesar dari melahirkan dengan cara caesar adalah memberikan keamanan bagi Ibu dan bayi. Sebab, ketika persalinan normal berisiko atau dapat membahayakan bayi, kebanyakan tenaga medis akan merekomendasikan Ibu untuk melahirkan secara caesar demi meminimalkan risiko. Terkadang, persalinan caesar dilakukan juga secara tidak direncanakan. Misalnya, jika detak jantung bayi Ibu menurun, persalinan caesar darurat lebih aman daripada membiarkan detak jantung bayi semakin menurun. 

Baca juga: Sudah Dekat HPL? Simak 9 Persiapan Melahirkan Normal Berikut Ini!

4. Risiko Persalinan Caesar

Risiko melahirkan dengan cara caesar bagi Ibu dan bayi (sumber: depositphotos)

Seperti halnya prosedur bedah lainnya, persalinan caesar dapat menyebabkan risiko tertentu. Risiko terjadinya komplikasi lebih tinggi saat Ibu melahirkan secara caesar dibandingkan dengan melahirkan secara normal melalui vagina. Beberapa risiko yang dapat terjadi, antara lain:

  • Risiko yang dapat terjadi pada bayi, meliputi: 
  1. Masalah pernapasan: Bayi yang lahir melalui persalinan caesar yang direncanakan memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah pernapasan, sehingga membuat mereka bernapas terlalu cepat selama beberapa setelah lahir. Biasanya kondisi ini disebut transient tachypnea.
  2. Cedera bedah: Walaupun jarang terjadi, ada kemungkinan terjadinya luka pada kulit bayi secara tidak sengaja selama prosedur persalinan caesar. 
  • Risiko yang dapat terjadi pada Ibu, meliputi: 
  1. Infeksi pada luka operasi: Kondisi ini dapat menyebabkan kemerahan, pembengkakan, nyeri yang semakin bertambah, dan keluarnya cairan luka operasi.
  2. Infeksi pada lapisan rahim (endometritis): Gejalanya meliputi demam, nyeri perut, keluarnya cairan vagina yang tidak normal, dan pendarahan vagina yang berat.
  3. Pendarahan berlebihan: Persalinan caesar dapat menyebabkan pendarahan yang cukup banyak selama dan setelah persalinan. Kondisi ini mungkin memerlukan transfusi darah dalam kasus yang parah, atau kemungkinan operasi tambahan untuk menghentikan pendarahan. 
  4. Reaksi terhadap anestesi: Reaksi terhadap jenis anestesi apa pun mungkin terjadi. 
  5. Penggumpalan darah: Persalinan caesar dapat meningkatkan risiko terbentuknya gumpalan darah di dalam pembuluh darah dalam, terutama di kaki atau panggul (trombosis vena dalam). Hal ini dapat menyebabkan gejala, seperti nyeri dan pembengkakan. Namun, jika gumpalan tersebut berpindah dan menghalangi aliran darah ke paru-paru (emboli paru), maka kondisi ini dapat menjadi sangat berbahaya dan mengancam nyawa Ibu.
  6. Cedera bedah: Meskipun jarang terjadi, cedera bedah pada kandung kemih atau usus dapat terjadi selama persalinan caesar. Kondisi ini mungkin memerlukan operasi tambahan. 
  7. Risiko komplikasi dapat meningkat pada kehamilan berikutnya: Melakukan persalinan caesar meningkatkan risiko komplikasi kehamilan di masa depan dan pada operasi lainnya. Semakin banyak persalinan caesar yang dilakukan, semakin tinggi risiko plasenta previa (plasenta menghalangi jalan lahir) dan plasenta akreta (plasenta menempel pada dinding rahim). 
  8. Rahim robek: Persalinan caesar juga dapat meningkatkan risiko robeknya rahim sepanjang bekas luka operasi (ruptur rahim) bagi Ibu yang mencoba melahirkan secara normal pada kehamilan berikutnya.

Baca juga: 13 Komplikasi Persalinan Ini Bisa Menyulitkan Proses Melahirkan, Simak Cara Pencegahannya!

5. Persiapan Persalinan Caesar

Persiapan operasi caesar (sumber: depositphotos)

Berikut beberapa hal yang perlu Ibu ketahui dan persiapkan sebelum menjalani persalinan caesar:

  1. Dokter akan menjelaskan prosedur operasi caesar kepada Ibu dan Ibu dapat mengajukan pertanyaan.
  2. Ibu akan diminta untuk menandatangani formulir persetujuan operasi. Bacalah formulir tersebut dengan seksama dan jangan sungkan untuk bertanya jika ada yang tidak jelas.  
  3. Informasikan kepada dokter kapan terakhir kali Ibu makan atau minum sesuatu. Pada operasi caesar, Ibu akan diminta untuk berpuasa dengan tidak makan atau minum selama 6-8 jam sebelum jadwal operasi. Dokter akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang waktu berpuasa yang diperlukan untuk operasi Ibu.
  4. Sampaikan kepada dokter jika Ibu memiliki sensitivitas atau alergi terhadap obat, lateks, yodium, perban, atau bius.
  5. Beritahukan kepada dokter semua obat (resep dan bebas), vitamin, herbal, dan suplemen yang Ibu konsumsi. 
  6. Sampaikan kepada dokter jika Ibu memiliki riwayat gangguan perdarahan atau sedang menggunakan obat pengencer darah (antikoagulan), aspirin, atau obat lain memengaruhi pembekuan darah. Ibu mungkin akan diminta untuk menghentikan penggunaan obat-obatan tersebut sebelum operasi. 
  7. Ibu mungkin akan diberikan obat untuk mengurangi keasaman lambung. Obat tersebut juga membantu mengeringkan sekresi di mulut dan saluran pernapasan. 
  8. Ibu akan menjalani tes darah.
  9. Pastikan Ibu memiliki seseorang yang dapat mendampingi Ibu setelah persalinan caesar. Hal ini karena Ibu mungkin akan merasakan nyeri dalam beberapa hari pertama dan membutuhkan bantuan untuk merawat bayi. 
  10. Jangan takut bertanya atau memberi tahu dokter jika ada hal yang Ibu khawatirkan.
  11. Jika Ibu memiliki preferensi khusus, bicarakan dengan dokter, agar dokter dapat memberikan saran terbaik untuk Ibu. 
  12. Perut Ibu akan dibersihkan dengan antiseptik untuk mengurangi risiko infeksi. Rambut di sekitar area yang akan dibedah juga perlu dicukur agar memudahkan proses operasi. 
  13. Ibu juga akan menggunakan kateter (selang plastik) yang dimasukkan ke kandung kemih, sehingga kandung kemih tetap kosong selama operasi. 
  14. Ikuti semua instruksi yang diberikan oleh dokter untuk persiapan menjelang persalinan caesar. 

Baca juga: 40 Minggu Perkembangan Janin yang Menakjubkan dalam Perut Ibu Hamil

6. Proses Persalinan Caesar

Proses persalinan caesar (sumber: depositphotos)

Persalinan caesar akan dilakukan di ruang operasi atau ruang persalinan khusus. Prosedur operasi dapat bervariasi dan tergantung pada kondisi Ibu. Umumnya operasi caesar akan berlangsung 30-60 menit. 

Dalam kebanyakan kasus, Ibu akan tetap sadar saat menjalani operasi caesar. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, ada kemungkinan Ibu diberikan bius total, sehingga tidak sadar selama operasi berlangsung. Sebagian besar persalinan caesar dilakukan dengan bius lokal (hanya sebagian area operasi yang dibuat mati rasa), seperti epidural atau spinal. Dengan jenis anestesi atau bius ini, Ibu tidak akan merasakan apa pun dari pinggang ke bawah, tetapi Ibu akan tetap sadar dan dapat mendengar serta melihat bayi Ibu segera setelah lahir. 

Secara umum, berikut adalah proses operasi yang biasanya terjadi pada persalinan caesar: 

  1. Ibu akan berbaring di atas meja operasi.
  2. Sebuah layar akan diletakkan melintang di atas tubuh Ibu, sehingga Ibu tidak dapat melihat proses operasi.
  3. Dokter akan membuat sayatan sepanjang 10-20 cm di perut dan rahim Ibu.
  4. Bayi akan dikeluarkan melalui sayatan tersebut. Proses ini biasanya berlangsung selama 5-10 menit dan Ibu mungkin akan merasakan sedikit tarikan. 
  5. Ibu akan disuntik dengan hormon oksitosin untuk membantu kontraksi rahim dan mengurangi pendarahan.
  6. Sayatan pada rahim dan perut Ibu akan ditutup dengan jahitan yang dapat hilang dengan sendirinya atau klip yang perlu dilepas setelah beberapa hari pascaoperasi. 

7. Perawatan setelah Operasi Caesar

Setelah operasi caesar Ibu akan dipindahkan ke ruang pemulihan (sumber: depositphotos)

Setelah operasi selesai, Ibu akan segera dipindahkan dari ruang operasi ke ruang pemulihan. Staf medis akan memastikan dan mengawasi kondisi Ibu setiap beberapa jam hingga Ibu pulih dari bius yang telah diberikan saat operasi. Ibu juga akan diberikan beberapa hal, seperti berikut:

  • Obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi ketidaknyamanan
  • Perawatan untuk mengurangi risiko penggumpalan darah, termasuk kaus kaki kompresi atau suntikan obat untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah.
  • Makanan dan minuman begitu Ibu merasa haus dan lapar.
  • Bantuan untuk menyusui bayi, jika Ibu membutuhkannya. Ibu dapat meminta bantuan untuk mengajari cara memposisikan diri dan membuat bayi nyaman selama menyusui. 

Biasanya, kateter akan dikeluarkan dari kandung kemih Ibu sekitar 12-18 jam setelah operasi, setelah Ibu dapat berjalan. Oleh karena itu, setelah persalinan caesar, Ibu biasanya harus tinggal di rumah sakit selama 2-4 hari sampai kondisi Ibu membaik dan diizinkan pulang untuk pemulihan di rumah. 

Baca juga: Menemukan Cairan Hijau Keluar dari Vagina Setelah Melahirkan? Waspadai 10 Tanda Bahaya Nifas Ini!

8. Pemulihan setelah Operasi Caesar

Ibu dan bayi beristirahat (sumber: depositphotos)

Selama proses pemulihan setelah persalinan caesar, pendarahan pada vagina, kram, rasa tidak nyaman, dan kelelahan adalah hal yang umum terjadi pada Ibu. Umumnya, proses pemulihan akan membutuhkan waktu 4-6 minggu setelah operasi caesar. Berikut ini adalah hal yang dapat Ibu lakukan untuk memulihkan kondisi Ibu setelah menjalani operasi caesar:

  1. Istirahatlah dengan baik. Pastikan Ibu memiliki waktu istirahat yang cukup dan letakkan semua kebutuhan Ibu dan bayi berada di area yang mudah dijangkau, sehingga Ibu tidak perlu banyak bergerak. Selama beberapa minggu setelah operasi, Ibu juga harus menghindari mengangkat beban yang berat. 
  2. Gunakanlah pembalut sanitasi untuk mengatasi pendarahan pada vagina. Penting untuk menghindari penggunaan cairan pembersih vagina, tampon tanpa rekomendasi dari dokter. 
  3. Gunakanlah obat penghilang rasa sakit sesuai rekomendasi dokter. Untuk meredakan nyeri pada sayatan, dokter mungkin juga menyarankan penggunaan bantalan pemanas dan obat penghilang rasa sakit yang aman untuk Ibu menyusui dan bayi. Contohnya adalah ibuprofen (Advil, Motrin IB, dan sejenisnya) dan acetaminophen (Tylenol, dan sejenisnya).
  4. Menunda untuk melakukan hubungan seks. Agar terhindar dari infeksi, sebaiknya menunggu setidaknya enam minggu sebelum berhubungan seks setelah persalinan caesar, dan hindari memasukkan apa pun ke dalam vagina.
  5. Menunda untuk mengemudikan kendaraan. Jika Ibu menggunakan obat penghilang rasa sakit yang termasuk golongan narkotika, mungkin dibutuhkan waktu 1-2 minggu sebelum Ibu merasa nyaman untuk mengemudi. 
  6. Perhatikan tanda-tanda infeksi pada jahitan persalinan caesar Ibu. Selain itu, jika Ibu melihat adanya tanda-tanda berikut, segera hubungi penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut:
  • Jahitan terlihat merah, bengkak, atau mengeluarkan cairan,
  • Demam atau menggigil,
  • Pendarahan yang berlebihan, 
  • Nyeri perut yang parah,
  • Nyeri pada kaki,
  • Kesulitan bernapas, nyeri dada, atau detak jantung yang tidak teratur, atau 
  • Rasa sakit yang semakin memburuk. 
  1. Jika Ibu mengalami perubahan suasana hati yang drastis, kehilangan nafsu makan, kelelahan yang berlebihan, dan merasa suram atau tidak bahagia dalam waktu singkat setelah melahirkan, Ibu mungkin mengalami depresi pascamelahirkan. Penting untuk segera menghubungi dokter ketika gejala tersebut muncul, terutama jika gejala tidak membaik, Ibu mengalami kesulitan dalam merawat bayi atau menyelesaikan tugas sehari-hari, atau jika Ibu memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi Ibu.
  2. Rutinlah untuk menjalani pemeriksaan dengan dokter dalam rentang waktu 3-12 minggu setelah operasi caesar.

Baca juga: ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan? Temukan 9 Penyebabnya!

9. Apakah Ibu Dapat Melahirkan Normal setelah Melahirkan dengan Operasi Caesar?

Melahirkan normal setelah operasi caesar (sumber: depositphotos)

Pada kehamilan berikutnya, Ibu dapat mempertimbangkan untuk melahirkan secara normal melalui vagina. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat Ibu pertimbangkan untuk melahirkan melalui vagina setelah menjalani persalinan caesar:

  • Dokter melakukan sayatan horizontal rendah saat operasi caesar,
  • Panggul Ibu cukup besar untuk menampung bayi ukuran normal,
  • Ibu tidak hamil anak kembar, atau
  • Operasi caesar sebelumnya dilakukan karena bayi berada pada posisi sungsang. 

Baca juga: 9 Efek setelah Persalinan Normal yang Tidak Boleh Diabaikan!

10. Apakah Persalinan Caesar Lebih Menyakitkan daripada Persalinan Normal?

Ilustrasi potret Ibu setelah melahirkan (sumber: depositphotos)

Tingkat rasa sakit yang Ibu alami saat melahirkan dapat berbeda-beda. Misalnya, jika Ibu memilih melahirkan secara normal tanpa bantuan obat penghilang rasa sakit atau tanpa dibius, Ibu mungkin akan merasakan lebih banyak rasa sakit daripada Ibu yang dibius saat persalinan normal. Selama persalinan caesar, Ibu tidak akan merasakan banyak rasa sakit. Namun, pemulihan setelah persalinan caesar mungkin dapat lebih menyakitkan dan membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pemulihan setelah persalinan normal. Oleh sebab itu, tidak ada jawaban yang benar atau salah terkait mana yang lebih menyakitkan, karena setiap persalinan memiliki perbedaan tersendiri. 

Baca juga: Lahir Normal atau Caesar: Berikut 7 Manfaat dan Risikonya

11. Berapa Kali Ibu Dapat Menjalani Persalinan Caesar?

Tidak ada jumlah pasti untuk batasan aman Ibu melakukan persalinan caesar (sumber: depositphotos)

Jumlah operasi caesar yang dapat dilakukan tergantung pada riwayat medis atau kehamilan Ibu. Tidak ada jumlah pasti yang disepakati. Setiap melakukan operasi, mungkin akan sedikit lebih rumit karena adanya sayatan atau bekas luka sebelumnya. 

Baca juga: Hamil Sehat Setelah Keguguran Berulang? Coba 7 Rahasia Ini untuk Meraihnya!

Persalinan caesar seringkali dilakukan demi keselamatan Ibu dan bayi. Jika Ibu sudah dipastikan akan menjalani operasi caesar, dokter akan membantu Ibu memahami prosedur dan pemulihan yang dapat ditempuh. Meskipun Ibu merasa sedih karena rencana persalinan tidak sesuai harapan, ingatlah bahwa dokter biasanya lebih menyarankan Ibu untuk melalui persalinan normal. Keputusan menjalani operasi caesar diambil dengan pertimbangan kesehatan Ibu dan bayi. Setelah operasi caesar, hal yang harus Ibu lakukan adalah beristirahat dan fokus pada proses pemulihan agar dapat berjalan lancar. Jangan lupa, Ibu harus segera berkonsultasi dengan dokter apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Terima kasih telah membaca artikel “Memilih Persalinan Caesar? Pelajari 11 Poin Penting Ini sebelum Memutuskannya!” Yuk, bagikan artikel ini kepada sahabat-sahabat Ibu agar dapat mempertimbangkan pilihan metode persalinan dengan matang. Ibu juga dapat menemukan lebih banyak informasi seputar kehamilan dan persalinan terkini di website BukuBumil.com atau melalui aplikasi BukuBumil yang dapat diunduh di Play Store. Semangat dan semoga berjalan lancar ya, Bu!

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories