Selamat atas kelahirannya ya, Bu! Hal yang selanjutnya menjadi prioritas Ibu adalah menyusui bayi, sebab air susu ibu (ASI) adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Di sisi lain, menyusui juga merupakan sarana untuk menciptakan ikatan yang kuat antara Ibu dan anak.
Namun, ada kondisi tertentu ketika ASI tidak keluar setelah melahirkan, sehingga ini dapat menjadi momen yang menyulitkan dan membuat Ibu cemas. Nah, masalah ini sebenarnya umum terjadi dan ada solusi yang bisa Ibu lakukan untuk mengatasinya.
Oleh sebab itu, Ibu jangan menyerah dan merasa gagal ya! BukuBumil akan memberikan informasi mengenai penyebab ASI tidak keluar dan cara meningkatkan produksi ASI pascamelahirkan. Jadi, jika Ibu mengalami masalah yang serupa, yuk baca artikel ini dan temukan jawabannya, Bu!
Table of Contents
Apa yang Merangsang Produksi ASI?
Selama masa kehamilan, hormon-hormon seperti prolaktin, kortisol, oksitosin, insulin, estrogen, dan progesteron aktif di seluruh tubuh Ibu dan berperan penting dalam produksi ASI. Nah, plasenta berperan penting dalam memproduksi hormon-hormon tersebut—diartikan juga sebagai hormon yang membantu mengembangkan kelenjar ASI di payudara. Setelah bayi lahir, plasenta akan terlepas dari rahim, sehingga menyebabkan penurunan tajam hormon progesteron dan esterogen serta peningkatan hormon prolaktin. Hal inilah yang memicu payudara untuk mulai memproduksi ASI sekitar 30-40 jam setelah kelahiran bayi.
Baca juga: 2 Cara Efektif Cegah Stunting Sejak Dalam Kandungan
Kapan ASI Keluar setelah Melahirkan?
Beberapa hari setelah melahirkan, Ibu mungkin merasakan payudara mulai terasa penuh, yang menunjukkan bahwa ASI akan segera keluar. Kemudian, payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu susu pertama yang kental dan kaya nutrisi, dan berfungsi sebagai sumber makanan serta membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi. Ibu hanya memproduksi sekitar 7,4 sendok teh atau 36,23ml kolostrum per hari. Pada hari pertama lahir, kapasitas perut bayi berkisar 5-7ml, pada hari kedua berkisar 12-13ml, dan pada hari ketiga adalah sekitar 22-27ml. Oleh karena itu, meskipun jumlah kolostrum sedikit, tetapi dapat memenuhi kebutuhan bayi yang baru lahir.
Setelah 2-5 hari pasca bayi lahir, kolostrum akan bercampur dengan ASI matang—disebut sebagai ASI transisi—yang akan membantu perut bayi bersiap untuk menerima lebih banyak ASI saat ia tumbuh. ASI transisi mungkin terlihat berwarna putih kekuningan, tetapi pada akhirnya akan terlihat encer, putih, atau bahkan kebiruan. Selanjutnya, diperlukan waktu sekitar 7-10 hari agar ASI transisi tersebut keluar sepenuhnya menjadi ASI matang.
Baca juga: 4 Dampak Melewatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Bayi
Penyebab ASI Tidak Keluar setelah Melahirkan
Setiap Ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati, termasuk dalam pemberian ASI eksklusif. Beberapa Ibu mungkin hanya dapat memproduksi sedikit ASI atau bahkan ASI tidak keluar segera setelah melahirkan. Tentu saja, hal ini akan menimbulkan kekhawatiran, terutama jika Ibu baru pertama kali melahirkan. Meskipun begitu, ASI yang tidak langsung keluar setelah melahirkan tidak patut Ibu khawatirkan secara berlebihan. Faktanya, fenomena ini cukup umum terjadi pada Ibu yang baru melahirkan. Lalu, apa saja yang menjadi penyebab utama ASI tidak keluar setelah melahirkan? Berikut beberapa faktor yang perlu Ibu ketahui:
1. Faktor Kelahiran
Berikut penyebab ASI tidak keluar setelah melahirkan berdasarkan kondisi kelahiran atau persalinan yang dialami Ibu:
- Kelahiran yang sangat traumatis atau penuh tekanan, seperti proses persalinan yang lama dan/atau tahap mengejan yang lama, atau penggunaan forsep—alat untuk mengeluarkan janin dari rahim dan bentuknya menyerupai sepasang sendok besar serta berguna untuk menjepit kepala janin dan mengeluarkan janin dari vagina Ibu—akan memengaruhi tingkat hormon stres yang dapat menunda keluarnya ASI.
- Kelahiran melalui operasi caesar dapat memengaruhi produksi ASI dan mengganggu pola menyusui yang optimal. Bahkan, operasi caesar yang telah direncanakan pun bisa memengaruhi pemberian ASI, karena persalinan yang terlalu cepat sebelum waktunya dan tanpa melalui proses persalinan normal, sehingga hormon-hormon kelahiran yang membantu proses menyusui akan hilang.
- Cairan intravena (cairan infus) dalam jumlah besar yang digunakan selama proses persalinan dapat membuat payudara membengkak dan menunda ketersediaan ASI sampai kondisi pembengkakan berkurang.
- Injeksi oksitosin—hormon yang berguna untuk memperkuat kontraksi rahim—selama persalinan dapat mengganggu pengeluaran ASI setelah kelahiran dan berkontribusi pada pembengkakan jaringan payudara.
- Obat pereda nyeri yang diberikan selama persalinan dapat menghambat keluarnya ASI. Obat-obatan yang diberikan kepada Ibu selama persalinan dapat membuat bayi Ibu yang baru lahir mengantuk, sehingga menunda proses menyusui.
- Kehilangan banyak darah, misalnya pendarahan pascapersalinan atau Sindrom Sheehan—kondisi ketika kelenjar hipofisis (kelenjar yang mengontrol hormon) rusak saat proses persalinan. Batas normal kehilangan darah setelah melahirkan adalah 1000ml pada persalinan caesar dan 500ml pada persalinan vagina.
- Jika bayi lahir prematur, payudara Ibu mungkin tidak cukup waktu untuk mengembangkan kelenjar susu yang berfungsi untuk memproduksi ASI. namun, jika Ibu segera mendapatkan penanganan dari ahli medis, maka kelenjar susu dapat terus berkembang setelah kelahiran.
Baca juga: 9 Komplikasi Kehamilan yang Wajib Ibu Tahu!
2. Manajemen Laktasi
Jika bayi dipisahkan dari Ibu setelah proses persalinan, atau bayi tidak diberikan ASI secara langsung oleh Ibu pada awal kelahiran, maka kondisi ini dapat mempengaruhi produksi ASI. Oleh karena itu, Ibu disarankan untuk memerah ASI dengan tangan pada satu jam pertama setelah kelahiran, untuk merangsang produksi ASI yang cukup. Jika Ibu tidak melakukan hal ini, maka produksi ASI bisa menurun.
Pada kondisi lain, ketika bayi dapat menyusui dengan baik, maka semakin sering bayi menyusu akan semakin banyak ASI yang diproduksi oleh tubuh Ibu. Namun, jika bayi tidak menyusui dengan benar, maka ASI yang tersisa tidak akan merangsang produksi ASI yang lebih banyak. Untuk meningkatkan produksi ASI, Ibu perlu mengeringkan dan memijat payudara dengan lembut. Penting juga untuk memastikan bahwa bayi melekat pada payudara dengan benar agar Ibu mengetahui bahwa mereka mendapatkan ASI yang cukup.
Baca juga: 5 Posisi Menyusui Bayi yang Benar, Ibu Sudah Pernah Coba?
3. Ketidakseimbangan Hormon
Tidak seimbangnya hormon-hormon yang diperlukan untuk menyusui dapat memengaruhi produksi ASI. Beberapa kondisi tersebut, meliputi:
- Diabetes atau Diabetes Gestasional
Diabetes terjadi ketika tubuh Ibu tidak memproduksi hormon insulin yang cukup (diabetes tipe 1) atau tidak dapat menggunakannya dengan baik (diabetes tipe 2). Selain itu, ada juga jenis diabetes yang hanya terjadi pada selama kehamilan, yang disebut diabetes gestasional.
Hormon insulin berperan penting dalam perkembangan payudara dan produksi ASI. Jika kadar insulin terlalu tinggi atau terlalu rendah, maka pasokan ASI dapat terganggu. Namun, tidak semua Ibu yang mengidap diabetes akan mengalami masalah ini. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol kadar gula darah dan insulin dengan baik, agar membantu menjaga persediaan ASI yang cukup.
- Masalah Kesehatan yang berhubungan dengan Kelenjar Hipofisis
Kelenjar hipofisis adalah kelenjar kecil yang terletak di otak dan berfungsi untuk mengatur hormon yang ada di dalam tubuh, termasuk prolaktin dan oksitosin. Ini adalah dua hormon utama yang dibutuhkan untuk memproduksi ASI. Apabila kelenjar ini tidak berfungsi dengan baik—yang disebabkan berbagai kondisi, seperti pembedahan atau Sindrom Sheehan setelah kehilangan banyak darah—maka produksi ASI akan terganggu.
- Masalah pada Kelenjar Tiroid
Tiroid adalah sebuah kelenjar kecil di leher yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan hormon di dalam tubuh, termasuk hormon yang dibutuhkan untuk menyusui. Jika kelenjar tiroid tidak berfungsi dengan baik, maka produksi ASI dapat terganggu, seperti ASI menjadi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau bahkan ASI tidak keluar sama sekali. Namun, Ibu jangan khawatir, masalah ini dapat diatasi dengan obat-obatan yang aman digunakan untuk menyusui. Maka dari itu, Ibu juga harus rutin melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan profesional untuk mendukung produksi ASI yang cukup bagi sang bayi.
Baca juga: Puasa bagi Ibu Hamil: 4 Tips Tetap Sehat Saat Beribadah
4. Penggunaan Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat memiliki efek samping dan memengaruhi produksi ASI, misalnya alat kontrasepsi hormonal yang dikonsumsi pada bulan-bulan awal setelah melahirkan. Selain itu, obat-obatan untuk kondisi medis tertentu juga dapat memengaruhi produksi ASI, meskipun ASI mungkin keluar, tetapi pasokannya mungkin berkurang. Di samping obat-obatan, beberapa herbal juga dapat mempengaruhi produksi ASI, seperti daun peterseli (parsley), daun mint, daun sage, dan lain sebagainya.
Penting bagi Ibu untuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan tentang obat apa pun yang Ibu minum dan kemungkinan pengaruhnya terhadap pasokan ASI. Namun, Ibu juga jangan lupa, obat-obat herbal yang terlihat aman untuk dikonsumsi, juga perlu diwaspadai penggunaannya, agar tidak mengganggu produksi ASI.
Baca juga: 5 Rekomendasi Obat Flu dan Pilek yang Aman untuk Ibu Hamil
5. Ibu Menderita Kista Ovarium
Selama kehamilan, kemungkinan kista ovarium—kantung berisi cairan yang muncul di dalam ovarium (indung telur)—dapat terbentuk dan menghasilkan hormon testosteron dalam jumlah tinggi. Nah, kondisi ini dapat mengganggu produksi ASI setelah melahirkan. Namun, kista ini biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 3-4 minggu, dan produksi ASI akan kembali normal. Selama masa ini, disarankan agar Ibu terus memompa ASI untuk memastikan persediaan ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Untuk mendiagnosis kista ini, dokter dapat melakukan tes darah untuk mengukur kadar hormon testosteron Ibu.
Baca juga: 9 Ciri-ciri Ibu Memiliki Kehamilan yang Sehat
6. Obesitas atau Kelebihan Berat Badan
Obesitas atau kelebihan berat badan—ditandai dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas 26-30—dapat berdampak negatif pada respons hormon prolaktin dalam tubuh Ibu, yang dapat menunda dimulainya produksi ASI. Selain itu, kelebihan berat badan juga dapat meningkatkan risiko diabetes atau hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid dalam tubuh). Melalui ini, penting bagi Ibu untuk menjaga berat badan yang sehat agar dapat memaksimalkan pasokan ASI.
Baca juga: 7 Kebutuhan Saat Nifas: Awas, Sering Terabaikan!
7. Polycystic Ovary Syndrome / Sindrom Polikistik Ovarium (PCOS)
PCOS adalah kondisi yang memengaruhi kadar hormon pada wanita, dan diperkirakan terjadi pada 1 dari 10 wanita. PCOS dapat mengakibatkan ketidakseimbangan hormon, terutama peningkatan kadar hormon pria, siklus menstruasi yang tidak teratur, dan kista pada ovarium (indung telur). Kondisi ini juga akan mengganggu produksi semua hormon yang membantu memproduksi ASI. Oleh karenanya, Ibu dianjurkan untuk berkonsultasi ke tenaga medis guna mendeteksi kemungkinan terjadinya PCOS.
8. Ibu Pernah Menjalani Operasi Payudara
Ibu yang pernah menjalani operasi payudara, baik itu operasi pengecilan, pengencangan, atau pembesaran, dapat mengalami kesulitan dalam memproduksi ASI setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan adanya gangguan pada kelenjar dan jaringan payudara yang dapat terjadi akibat operasi tersebut. Selain itu, operasi payudara juga berpotensi menyebabkan tersumbatnya saluran ASI, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar. Areola—area berwarna gelap yang mengelilingi puting susu—juga dapat terganggu fungsinya dan memengaruhi produksi ASI.
Pengaruh operasi payudara terhadap pemberian ASI sangat bervariasi, tergantung pada bagaimana prosedur operasi dilakukan, jarak antara waktu operasi dengan kelahiran bayi, dan komplikasi yang mungkin terjadi selama operasi. Beberapa Ibu yang melakukan pembesaran payudara, mungkin dapat menyusui secara eksklusif, tetapi sebagai Ibu lainnya akan membutuhkan bantuan medis atau obat-obatan. Melalui ini, Ibu selalu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan pada dokter agar mengetahui langkah terbaik yang dapat Ibu pilih untuk kebaikan sang buah hati.
Baca juga: 8 Cara Mengurangi Rasa Nyeri Payudara Saat Hamil
9. Gaya hidup Ibu yang Tidak Sehat
Kehamilan adalah masa yang kompleks. Banyak perawatan dan perhatian harus diberikan, termasuk pada gaya hidup yang telah Ibu terapkan sebelum periode kehamilan. Gaya hidup sedentari—kurang beraktivitas fisik dan berolahraga—pola makan yang tidak sehat, mengonsumsi minuman beralkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, merokok, dan asupan kafein dalam jumlah tinggi dapat memengaruhi produksi ASI.
Baca juga: Ini 13 Makanan yang Dilarang untuk Ibu Hamil!
Cara Mengatasi ASI Tidak Keluar setelah Melahirkan
Ibu tentu merasa kesal dan kecewa karena ASI tidak keluar setelah melahirkan. Namun, jangan sampai kondisi ini membuat Ibu stres dan mengakibatkan terhambatnya produksi ASI. Langkah terbaik adalah konsultasikan kondisi tersebut dengan ahli kesehatan atau konsultan laktasi untuk mendapatkan saran dan dukungan terpercaya. Selain itu, terdapat beberapa cara yang dapat Ibu lakukan agar ASI dapat keluar setelah melahirkan dan produksinya meningkat, meliputi:
- Memerah atau memompa ASI dengan tangan secara teratur, meskipun hanya sedikit yang keluar. Semakin sering Ibu melakukannya, semakin besar kemungkinan produksi ASI akan meningkat. Selain itu, jika memungkinkan, Ibu dapat memompa ASI dalam waktu 60 menit setelah melahirkan.
- Gunakan kompres air hangat atau Ibu mandi dengan air hangat sebelum memerah ASI. Hal ini dapat membantu payudara mengeluarkan lebih banyak ASI.
- Pastikan bayi melekat pada payudara dengan benar dan dalam kondisi benar-benar sedang menyusu. Ahli kesehatan dapat membantu Ibu memastikan ini.
- Pijat payudara ketika bayi sedang menyusu untuk membantu ASI keluar.
- Berikan kedua payudara pada bayi setiap kali menyusui. Hanya menggunakan satu payudara dapat menyebabkan kurangnya produksi ASI pada payudara yang tidak digunakan.
- Lakukan kontak kulit ke kulit dengan bayi, karena hal ini dapat merangsang produksi ASI.
- Tunda penggunaan empeng atau dot pada bayi sampai pasokan ASI cukup.
- Dengarkan musik yang menenangkan saat memompa ASI. Hal ini dapat membantu Ibu rileks dan memproduksi lebih banyak ASI.
- Minum air putih dan istirahat yang cukup. Tubuh membutuhkan air untuk menghasilkan ASI dan tidur dapat membantu memproduksi hormon-hormon yang diperlukan untuk menghasilkan ASI.
- Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini karena, jika Ibu sakit Ibu akan menghasilkan lebih sedikit ASI.
Jika ASI tidak keluar pada hari ketiga (atau lebih lama) setelah melahirkan, bayi mungkin akan kehilangan berat badan, dehidrasi, atau mengalami penyakit kuning. Selain itu, Ibu juga dapat melihat mekonium—kotoran bayi pada hari-hari pertama kehidupannya dan biasanya berwarna hijau tua dan kental—yang tidak berubah warna. Pada situasi ini, sangat penting untuk mendapatkan bantuan menyusui yang tepat dan cepat, dan memastikan bayi mendapatkan makanan yang cukup. Merangsang produksi ASI dapat dilakukan dengan memerah ASI dengan tangan setiap beberapa jam, dan ASI yang telah diperah dapat diberikan kepada bayi. Petugas kesehatan akan memberikan saran tentang penggunaan suplemen, donor ASI, atau susu formula jika diperlukan. Memberikan suplemen pada bayi tidak berarti harus menghentikan menyusui. Oleh karena itu, Ibu harus selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan dukungan dan saran yang tepat.
Jangan terlalu khawatir jika Ibu mengalami kesulitan dalam memproduksi ASI setelah melahirkan. Banyak faktor yang dapat memengaruhi produksi ASI dan Ibu bukanlah satu-satunya yang mengalaminya. Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk merangsang produksi ASI, seperti memberikan ASI yang sering, mengelola stres, dan meningkatkan asupan cairan. Apabila ASI tidak keluar sama sekali, Ibu jangan menyalahkan diri sendiri. Ibu dapat mencari dukungan dari dokter, konsultan laktasi, suami, keluarga, dan teman-teman seperjuangan untuk membantu melalui masa sulit ini. Ingatlah bahwa menyusui adalah proses yang alami dan indah, dan terdapat banyak solusi untuk mengatasi ASI tidak keluar setelah melahirkan.
Yuk, jangan biarkan kekhawatiran menghalangi impian Ibu untuk memberikan yang terbaik untuk si kecil! Mari bagikan artikel ini dan temukan lebih banyak informasi seputar kehamilan dan menyusui yang up–to–date di website BukuBumil.com atau unduh aplikasi BukuBumil di Play Store. Dapatkan panduan dan dukungan yang Ibu butuhkan untuk menghadapi masa sulit menyusui dengan percaya diri. Jadilah bagian dari komunitas BukuBumil yang peduli pada kesehatan dan kebahagiaan Ibu dan bayi. Terima kasih sudah membaca artikel ini ya, Bu!
Referensi:
- Chatterjee, T. (2020, March 23). No breast milk after delivery: reasons and diagnosis. Parenting.firstcry.com. Retrieved March 9, 2023, from https://parenting.firstcry.com/articles/no-breast-milk-after-delivery-is-it-serious/
- Crider, C. (2020, March 29). No breast milk after birth? Here’s why you shouldn’t worry. Healthline.com. Retrieved March 9, 2023, from https://www.healthline.com/health/breastfeeding/no-breast-milk-after-delivery-what-to-do
- Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. (n.d.). Jenis-jenis ASI. Retrieved March 9, 2023, from https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/614/jenis-jenis-asi#:~:text=bayi%20baru%20lahir.-,ASI%20Transisi,dan%20hidrat%20arang%20semakin%20tinggi.
- John Hopkins Medicine. (n.d.). Breastfeeding and delayed milk production. Retrieved March 9, 2023, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/breastfeeding-and-delayed-milk-production
- MomLovesBest.com (2022, December 14). No breast milk after delivery. Retrieved March 9, 2023, from https://momlovesbest.com/no-breast-milk-after-delivery
- Pearson-Glaze, P. (2021, June 22). No breast milk after delivery. Breastfeeding.support. Retrieved March 9, 2023, from https://breastfeeding.support/no-breast-milk-after-delivery/
- Pitman, T. (2022, August 8). 10 reasons for low milk supply when breastfeeding. Todaysparent.com. Retrieved March 9, 2023, from https://www.todaysparent.com/baby/breastfeeding/10-reasons-for-low-milk-supply-when-breastfeeding/
- Stanford Medicine Children’s Health. (n.d.). Milk Production and Your High-Risk Baby. Retrieved March 9, 2023, from https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=delayed-or-not-enough-milk-production-90-P02390