Apakah Bunda pernah mengalami hilangnya minat berhubungan seksual? Atau merasa cemas dan gelisah saat hendak berhubungan seksual? Atau bahkan merasakan nyeri saat berhubungan seksual? Jangan-jangan Bunda mengalami disfungsi seksual! Eits, tapi jangan mendiagnosis sendiri ya Bun! Alangkah baiknya kita berkenalan terlebih dahulu mengenai apa itu disfungsi seksual pada wanita.
Berikut telah Bukubumil rangkumkan mengenai apa itu disfungsi seksual wanita, tanda dan gejala, penyebab, faktor risiko, hingga pengobatan seperti apa yang dapat Bunda lakukan dalam menanggulangi disfungsi seksual pada wanita. Yuk, Bun!
Table of Contents
Disfungsi Seksual Wanita
Disfungsi seksual wanita adalah kondisi dimana seorang wanita mengalami kesulitan atau gangguan seksual yang sering kali menyebabkan depresi pada wanita. Disfungsi seksual dapat terjadi pada satu waktu saja, namun beberapa wanita juga mengalami disfungsi seksual sepanjang hidup mereka, lho Bun. Dan dilansir mengutip National Library of Medicine, menyebutkan bahwa hampir 40% wanita mengalami disfungsi seksual atau female sexual dysfunction (FSD)
Disfungsi seksual melibatkan interaksi kompleks antara fisiologi, emosi, pengalaman, keyakinan, gaya hidup, dan hubungan. Gangguan pada salah satu komponen dapat memengaruhi hasrat seksual, rangsangan, atau kepuasan.
Gejala Disfungsi Seksual Wanita
Frigiditas
Gejala disfungsi seksual pada wanita yang pertama adalah “Frigiditas”. Asal kata “frigid-” berasal dari Bahasa Latin “frigidus,” yang artinya dingin, sedangkan akhiran “-ity” berasal dari bahasa Latin “-itas,” yang mengindikasikan kondisi atau keadaan. Pada periode pertengahan abad ke-20, wanita yang mengalami frigiditas seksual juga sering disebut sebagai wanita yang ‘dingin’. Frigiditas adalah istilah yang menggambarkan rendahnya hasrat atau ketidakmampuan merespon secara seksual.
Namun seiring perkembangan waktu frigid atau frigiditas dianggap telah usang dan kurang tepat dalam dunia medis dan psikologis modern. Seiring perkembangan pemahaman tentang seksualitas dan pendekatan yang lebih holistik, istilah frigiditas telah digantikan oleh istilah yang lebih spesifik. Wanita yang mengalami kurangnya hasrat seksual atau kesulitan dalam merespon rangsangan secara seksual mungkin menghadapi berbagai jenis masalah seksual seperti gangguan hasrat seksual atau gangguan gairah seksual.
Penting untuk diingat bahwasannya frigiditas berkaitan erat dengan masalah psikologis, hormonal, dan hubungan.
Hasrat Seksual Rendah
Bun, rendahnya hasrat seksual merupakan salah satu gejala dari disfungsi seksual pada wanita yang sering terjadi. Dimana hal ini ditandai oleh kurangnya minat atau keinginan untuk melakukan hubungan seksual dan sering kali juga disertai dengan ketidaksetujuan untuk berhubungan seksual.
Wanita yang mengalami hasrat seksual rendah menghadapi tantangan dalam merangsang diri mereka sendiri atau merespon rangsangan seksual dari pasangan. Hasrat seksual rendah dipengaruhi oleh banyak faktor, dan jika Bunda mengalaminya tidaklah salah untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan untuk mengetahui penyebab dan merancang pendekatan dan perawatan yang sesuai.
Gangguan Orgasme atau Anorgasme
Gangguan orgasme atau anorgasme adalah kondisi dimana seorang wanita mengalami kesulitan dalam mecapai puncak orgasme, bahkan setelah mendapatkan rangsangan seksual yang cukup. Dalam situasi ini, biasanya meskipun telah dilakukan upaya untuk mengsang dan mencapai puncak kepuasan seksual, orgasme seringkali sulit di capai atau tidak terjadi sama sekali.
Baca Juga:
Bahaya Banget! 5 Dampak Kegemukan Terhadap Kesuburan
Sudah Coba? 5 Cara Cepat Hamil untuk Pasutri
Harus Waspada! 5 Ancaman Serius Polusi terhadap Kesuburan
Dispareunia
Gejala disfungsi seksual wanita yang selanjutnya adalah dispareunia. Dispareunia adalah keluhan yang timbul ketika melakukan hubungan seksual. Keluhan ini dapat berupa rasa nyeri yang timbul secara terus menerus atau sewaktu-waktu di daerah kemaluan. Rasa nyeri ini dapat terjadi saat sebelum, selama, atau sesudah berhubungan seksual.
Dispareunia dapat terjadi pada pria maupun pada perempuan. Meski demikian, dispareunia lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Pada wanita, dispareunia dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan lokasi nyeri yang timbul, yaitu:
Dispareunia Intraorbital
Dispareunia intraorbital atau superfisial, adalah nyeri yang dirasakan di pintu masuk vagina selama penetrasi awal. Beberapa faktor yang terkait dengan nyeri masuk dapat berupa kurangnya pelumasan, cedera, atau infeksi. Selain itu dispareunia dapat terjadi karena menipisnya lapisan vagina dan kurang elastisnya lapisan vagina yang menyebabkan pengerutan pada vagina, dimana faktor-faktor ini dapat menyebabkan hubungan seksual yang menyakitkan
Collision Dyspareunia
Collision dyspareunia, adalah nyeri yang terjadi pada saat proses penetrasi yang dalam dan dapat terasa lebih buruk pada posisi seksual tertentu. Pengidap dispareunia akan merasakan nyeri ini di leher rahim atau perut bagian bawah. Kondisi medis atau operasi sebelumnya biasanya menyebabkan nyeri seksual yang terjadi lebih dalam.
Penyebab Disfungsi Seksual
Masalah seksual sering kali terjadi ketika hormon berfluktuasi, seperti setelah melahirkan atau selama menopause. Penyakit serius, seperti kanker, diabetes, atau penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), juga dapat menyumbang pada disfungsi seksual.
Selain itu, terdapat tiga faktor utama yang menyebabkan rendahnya hasrat seksual pada wanita, diantaranya:
Faktor Fisik
Sejumlah kondisi medis, termasuk kanker, gagal ginjal, sklerosis ganda, penyakit jantung, dan masalah kandung kemih, dapat menyebabkan disfungsi seksual. Beberapa obat, termasuk beberapa antidepresan, obat tekanan darah, antihistamin, dan obat kemoterapi, dapat mengurangi hasrat seksual dan kemampuan tubuh Bunda untuk mencapai orgasme.
Faktor Hormonal
Penurunan kadar estrogen setelah menopause dapat menyebabkan perubahan pada jaringan genital dan respons seksual Anda. Penurunan estrogen menyebabkan penurunan aliran darah ke daerah panggul, yang dapat mengakibatkan sensasi genital yang kurang, serta memerlukan waktu lebih lama untuk membangun rangsangan dan mencapai orgasme. Selain hormon estrogen, rendahnya hormon testosteron dan androgen juga menyebabkan sulitnya mencapai orgasme.
Faktor Psikologis dan Sosial
Faktor ketiga yang menyebabkan disfungsi seksual wanita adalh faktor psikologis dan sosial. Kecemasan atau depresi yang tidak diobati dapat menyebabkan atau berkontribusi pada disfungsi seksual, demikian juga stres jangka panjang dan riwayat pelecehan seksual. Kekhawatiran kehamilan dan tuntutan menjadi ibu baru juga dapat memiliki efek serupa.
Konflik bersama pasangan pun baik mengenai hal seksual atau hal lainnya, dapat mengurangi keinginan dan respon seksual Bunda juga. Lingkungan sekitar, isu budaya dan agama, serta masalah dengan citra tubuh juga turut menjadi faktor disfungsi seksual lho Bun! Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga kesehatan mental kita.
Baca Juga:
5 Body Image Ibu Hamil dan Pengaruh Media Sosial
Menakjubkan! Ini 8 Manfaat Dongeng bagi Perkembangan Anak
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan disfungsi seksual wanita, diantaranya:
- Depresi atau kecemasan
- Penyakit jantung dan pembuluh darah
- Kondisi neurologis, seperti cedera sumsum tulang belakang atau sklerosis ganda.
- Kondisi ginekologis, seperti atrofi vulvovaginal, infeksi, atau lichen sclerosus.
- Beberapa obat, seperti antidepresan atau obat tekanan darah tinggi.
- Stres emosional atau psikologis, terutama terkait hubungan dengan pasangan.
- Riwayat pelecehan seksual.
Pengobatan Disfungsi Seksual Wanita
Pengobatan bagi wanita yang mengalami disfungsi seksual, berbeda beda tergantung pada penyebabnya. Jika disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, mungkin perlu dilakukan penyesuaian dosis atau penggantian obat untuk mencapai kesembuhan. Pada wanita menopause yang mengalami nyeri saat berhubungan seks akibat kekeringan vagina, solusi dapat ditemukan melalui penggunaan pelumas dan krim estrogen.
Selain itu Bunda bisa menghubungi seksolog atau ginekolog guna mencari tahu akar penyebab terjadinya disfungsi seksual. Dimana bunda akan di cek kadar hormon estrogen dan proklatinnya dan dilihat apakah Bunda mengalami obesitas atau tidak. Sehingga dengan bantuan konsultasi, obat-obatan, dan fisioterapi diharapkan dapat membantu pengobatan dari disfungsi seksual.
Bagi Bunda yang mengalami gejala-gejala serupa, jangan sungkan untuk mencari bantuan profesional. Dan bagi Bunda yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai informasi seputar kehamilan Bunda bisa kunjungi website Bukubumil yang siap menemani perjalanan Bunda setiap harinya! Yuk download Bukubumil sekarang juga di App Store dan Google Play!
Referensi:
Allahdadi, K. J., Tostes, R. C., & Webb, R. C. (2009). Female sexual dysfunction: therapeutic options and experimental challenges. Cardiovascular & Hematological Agents in Medicinal Chemistry (Formerly Current Medicinal Chemistry-Cardiovascular & Hematological Agents), 7(4), 260-269.
Chen, C. H., Lin, Y. C., Chiu, L. H., Chu, Y. H., Ruan, F. F., Liu, W. M., & Wang, P. H. (2013). Female sexual dysfunction: definition, classification, and debates. Taiwanese Journal of Obstetrics and Gynecology, 52(1), 3-7.
Faubion, S. S., & Rullo, J. E. (2015). Sexual dysfunction in women: a practical approach. American Family Physician, 92(4), 281-288.
Hill, D. A., & Taylor, C. A. (2021). Dyspareunia in women. American Family Physician, 103(10), 597-604.
Halodoc.com. (2020). Hati-Hati, Ini 5 Tanda Disfungsi Seksual pada Wanita. https://www.halodoc.com/artikel/hati-hati-ini-5-tanda-disfungsi-seksual-pada-wanita
Mayoclinic.org. (2022). Female sexual dysfunction. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/female-sexual-dysfunction/symptoms-causes/syc-20372549