Umumnya calon Ibu akan sibuk untuk merencanakan kedatangan si buah hati, termasuk kesiapan untuk menyusui. Sudah menjadi rahasia umum bahwa air susu ibu atau ASI memiliki segudang manfaat dan setiap Ibu berupaya untuk bisa memberikan yang terbaik, tetapi tahukah Ibu bahwa terdapat beberapa wanita gagal ASI Eksklusif dan berujung merasa bersalah? Untuk itu kita akan mencoba mengupas fenomena ini dan memberikan tips untuk menyikapinya secara bijak untuk kesehatan mental Ibu!
Table of Contents
Apa itu ASI Eksklusif?
ASI eksklusif adalah upaya untuk memberikan hanya air susu ibu (ASI) tanpa tambahan makanan atau minuman lain kepada bayi selama enam bulan pertama kehidupan baik. Dalam beberapa situasi khusus, pemberian ASI juga bisa diberikan melalui botol berisi ASI yang diperah tanpa campuran apapun.
Manfaat dari ASI eksklusif sangat banyak, antara lain ASI dapat memberikan nutrisi yang optimal untuk bayi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan optimalnya. Selain itu, ASI juga mengandung zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari infeksi dan penyakit. ASI eksklusif juga memiliki manfaat jangka panjang yang signifikan, seperti menurunkan risiko bayi terkena obesitas, diabetes, dan penyakit jantung di kemudian hari.
ASI eksklusif juga memperkuat ikatan antara ibu dan bayi, dan dapat meningkatkan kesehatan mental dan emosional bagi keduanya. Umumnya praktik seperti skin to skin (menempelkan bayi ke dada ibu tanpa sekat apapun) dan rooming-in (menyatukan ruang perawatan Ibu dan bayi pasca melahirkan) mendukung keberhasilannya. Karena itu, ASI eksklusif sangat dianjurkan oleh para ahli kesehatan untuk memberikan makanan pada bayi selama enam bulan pertama kehidupannya, bahkan untuk dilanjutkan pemberiannya sampai bayi berusia dua tahun.
Baca juga: 4 Dampak Melewatkan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Bayi
Faktor yang Menyulitkan Ibu Gagal Memberikan ASI Eksklusif
Produksi ASI Sedikit
Secara ideal pada hari ke-2 sampai ke-5 pasca melahirkan, Ibu akan menghasilkan kolostrum (ASI pekat, berwarna kuning kecoklatan, dan kaya nutrisi). Selanjutnya sekitar hari ke-3 sampai ke-5, produksi ASI mulai terjadi. Namun, tidak semua ibu dapat memproduksi ASI dengan cukup banyak. Data menunjukkan bahwa 1 dari 10 ibu baru harus menyapih lebih awal. Oleh karenanya dapat menghambat proses pemberian ASI eksklusif. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menghambat produksi ASI pada ibu:
- Stres berat (gelisah, gusar, dan depresi),
- Persalinan metode sesar (secara pembedahan),
- Pendarahan pasca melahirkan,
- Obesitas (kelebihan berat badan),
- Infeksi atau sakit disertai demam,
- Diabetes,
- Tiroid (benjolan pada leher),
- Riwayat bed-rest atau pemulihan dari penyakit yang ketat selama kehamilan, dan
- Riwayat operasi implan (pembesaran) atau pengecilan payudara yang memutus saraf di sekitar payudara dan puting.
Rasa cemas sebagai emosi negatif yang dirasakan Ibu saat produksi ASI menurun nyatanya dapat dirasakan oleh bayi sehingga dapat menyebabkan kemauan bayi untuk terus menghisap ASI akan menurun. Jika terus dibiarkan maka stimulasi yang rendah tersebut dapat semakin memperparah terhambatnya produksi ASI.
Gangguan Proses Menyusui
Gangguan selama proses menyusui nyatanya mampu menghambat proses ASI eksklusif. Berikut beberapa bentuk gangguan yang dapat menghambat proses ASI Eksklusif
- Puting yang sakit atau luka,
- Pembengkakan payudara, dan
- Posisi menempel bayi yang tidak benar atau kekuatan hisapan bayi yang lemah
Alasan kesehatan
Beberapa kondisi kesehatan yang Ibu idap dapat menghambat proses menyusui bahkan sama bayi harus sepenuhnya mengonsumsi susu formula sejak hari pertama kehidupannya. Kondisi tersebut diantaranya:
- Pengidap HIV (Human immunodeficiency virus) karena ASI adalah cairan tubuh yang dapat menjadi media penularan virus kepada orang lain,
- Penderita kanker payudara yang menjalani prosedur kemoterapi karena dapat menyebabkan keracunan pada bayi,
- Penderita penyakit gangguan pernapasan seperti COVID-19, Flu Babi, TB dan lain-lain yang mengharuskan Ibu melakukan isolasi untuk menghindari penularan kepada kontak erat, dan
- Penderita Herpes karena dapat menyebabkan penularan akibat kontak langsung (kulit ke kulit)
Faktor Sosial
Beberapa penelitian menunjukkan faktor eksternal dapat menghambat produksi ASI secara cukup sehingga menghambat kesuksesan program ASI Eksklusif. Faktor-faktor tersebut diantaranya:
- Beban kerja Ibu,
- Peran tenaga kesehatan yang kurang suportif,
- Berkembang mitos yang menyimpang yang sudah mendarah daging masyarakat misalnya anjuran turun temurun bahwa bayi dianjurkan buah-buahan seperti pisang pada bulan pertama kelahirannya, dan
- Sulitnya mendapatkan ruang publik yang nyaman untuk menyusui atau memerah susu, contohnya sedikitnya ruang publik yang memiliki ruang laktasi yang layak
Baca juga: 5 Posisi Menyusui Bayi yang Benar, Ibu Sudah Pernah Coba?
Bagaimana Perasaan Bersalah Muncul pada Ibu?
Kondisi Emosional
Umumnya rasa bersalah muncul karena paradigma yang sudah tertanam pada Ibu bahwa ASI sebagai satu-satunya sumber nutrisi ideal pada enam bulan kehidupan pertama bayi, tanpa melihat kondisi kesehatan yang tidak terlepas selama pasca kehamilan. Secara otomatis, Ibu akan mencoba melakukan perlindungan psikologis terhadap pilihan yang dijalaninya, salah satunya dengan melengkapi atau sepenuhnya menggunakan susu formula. Ibu juga akan cenderung untuk merasa malu saat mencoba menjelaskan alasannya gagal ASI Eksklusif karena ketakutan dicap sebagai Ibu yang buruk. Studi lainnya menunjukkan bahwa guncangan emosional yang tinggi dapat meningkatkan peluang Ibu memberikan makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan
Masih Adanya Kampanye Kesehatan Pemberian ASI yang Tidak Inklusif
Kita semua tidak memungkiri bahwa secara ilmiah ASI terbukti menjadi sumber nutrisi terbaik bagi bayi. Akan tetapi, tidak banyak orang menyadari bahwa pengalaman menyusui setiap Ibu dan bayi adalah unik, sehingga pendekatannya tidak bisa disamaratakan. Beberapa pesan kesehatan seperti “ASI eksklusif adalah pilihan terbaik atau Bayi membutuhkan susu ibu bukan susu sapi” dapat memberikan negatif kepada Ibu yang mengalami gagal ASI Eksklusif. Saat ini berbagai negara mulai melakukan transisi pendekatan promosi kesehatan yang inklusif sehingga mencegah adanya beberapa Ibu merasa tersudutkan. Faktanya, terdapat bayi yang mengonsumsi susu formula sejak lahir yang dapat tetap tumbuh dan berkembang secara ideal. Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan khusus mengenai kampanye ASI yang lebih sensitif dengan keragaman kondisi Ibu.
Adanya Perundungan (Breastfeeding Bullies)
Penelitian menyatakan bahwa banyak Ibu yang mendapat perlakuan yang tidak baik berupa perundungan baik secara fisik maupun online karena gagal ASI Eksklusif. Faktanya, data menunjukkan bahwa salah satu pihak yang paling sering melakukan perundungan ini adalah anggota keluarga. Beberapa perlakuan buruk, diantaranya membanding-bandingkan jenis perawatan bayi, merendahkan Ibu seperti menganggap Ibu pemalas, bahkan menakut-nakuti Ibu dengan mitos atau fakta ilmiah yang menyesatkan seperti risiko kanker payudara jika tidak menyusui.
Baca juga: Kenali Hamil Palsu dan 4 Gangguan Psikologi yang Menyebabkannya!
Bagaimana Cara Mengatasi Rasa Bersalah Gagal ASI Eksklusif?
Mengubah Pola Pikir Negatif
Hal terpenting yang harus Ibu tekankan adalah bayi mendapatkan cukup nutrisi, perhatian, dan kasih sayang. Menyusui bukan satu-satunya cara untuk membentuk ikatan antara Ibu dan anak sehingga Ibu yang tidak bisa menyusui langsung tidak perlu untuk berkecil hati. Peneliti memberikan alternatif cara membangun ikatan dengan bayi melalui memandang dari mata ke mata dengan bayi saat bayi disusui melalui botol dan berdekatan seperti posisi memeluk. Bahkan cara ini dinilai lebih efektif jika dibandingkan Ibu yang hanya mengandalkan proses membangun kedekatan hanya saat menyusui langsung.
Mengoptimalisasi Peran Orang Terdekat (Support System)
Ada banyak orang yang mampu membantu Ibu melewati berbagai kendala selama proses kehamilan dan pasca persalinan, baik pasangan, keluarga, kelompok pendukung, maupun konsultan laktasi. Beberapa hal yang bisa Ibu lakukan, yaitu:
- Meminta pasangan untuk berjaga di malam hari untuk siap membuat susu bagi bayi demi pemenuhan waktu istirahat yang cukup agar dapat meminimalisir rasa stress
- Melakukan pendekatan kepada teman dan keluarga untuk meminta dukungan agar tidak bersikap menghakimi khususnya mengenai pilihan untuk tidak menjalani ASI Eksklusif. Lakukan dengan cara berbagi cerita Ibu dan suka duka yang dilalui selama menjalani proses tersebut untuk menumbuhkan empati, dan
- Mencari pertolongan kepada psikiater, terapis, atau tenaga kesehatan mental terlatih lainnya untuk membantu permasalahan psikologis agar tidak menyebabkan komplikasi kesehatan mental dan fisik lainnya
Tetap Berupaya Meningkatkan Produksi ASI
Perlu diingat bahwa saran terbaik adalah Ibu dapat menyusui jika memungkinkan dan selama mungkin (khususnya maksimal 2 tahun). Jika kendala yang Ibu alami saat spesifik pada produksi susu terhambat, maka Ibu dapat melakukan beberapa cara ini untuk menstimulasi produksi ASI, diantaranya:
- Membetulkan posisi menempelnya mulut bayi ke payudara,
- Tingkatkan frekuensi dan lama menyusui. Susui dari kedua payudara secara bergantian,
- Lakukan skin to skin (Kangaroo Mother Care) dengan memeluk dan menempelkan bayi ke dada ibu serta diselimuti untuk menambah kehangatan,
- Gunakan pompa payudara untuk menstimulasi produksi susu,
- Lakukan pijat payudara,
- Gunakan alat bantu menyusui (Supplemental Nursing System/SNS) untuk jika terdapat kendala bayi yang sulit menyusui dalam waktu yang lama,
- Istirahat yang cukup,
- Lakukan gaya hidup sehat seperti menjauhi rokok dan aktivitas yang membuat stres serta lelah berlebihan, makan-makanan bergizi, dan perbanyak minum air putih serta menghindari minuman beralkohol dan berkafein, dan
- Percaya dengan kemampuan diri dan tubuh Ibu.
Memilih Alternatif ASI dengan Bijak
Jika Ibu sama sekali tidak bisa memberikan ASI secara langsung maka beberapa alternatif ini bisa ditempuh, yaitu:
- Memberikan ASI hasil pompa secara manual (dengan tangan) atau elektrik melalui botol
- Mencari donor ASI yang terpercaya. Cari tahu lebih banyak informasi ini ke pihak rumah sakit yang umumnya menerima donor ASI atau di internet. Pastikan proses donor memperhatikan protokol keamanan termasuk proses pasteurisasinya (pemanasan untuk membunuh organisme merugikan)
- Memberikan susu formula (susu sapi, susu kedelai atau susu khusus bayi yang memiliki alergi/hydrolyzed formulas) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bayi
Pastikan untuk cara memilih alternatif ASI dilakukan dengan konsultasi intensif dengan tenaga kesehatan untuk keselamatan dan kesehatan bayi.
Baca juga: Menantu dan Mertua Susah Akur? Mitos atau Fakta?
Bagaimana Cara Ibu Bisa Mendukung Ibu Lain yang Kesulitan Mengatasi Menjalani ASI Eksklusif?
Jika ada orang di sekitar Ibu yang juga mengalami hal serupa maka berilah bantuan dengan beberapa cara berikut, yaitu:
- Menjadi pendengar yang baik atas berbagai masalah seputar menyusui,
- Menumbuhkan sikap pengertian bahwa pilihannya didasarkan karena keadaan bukan semata-mata kemauannya,
- Membantu Ibu lain mencari dukungan yang tepat sesuai dengan masalah yang dikeluhkan,
- Tekankan kepada Ibu lain bahwa mengekspresikan emosi negatif seperti marah dan sedih adalah hal yang wajar, dan
- Berikan kesempatan Ibu tersebut untuk bersedih sejenak jika ia diharuskan untuk berhenti memberi ASI.
Baca juga: 8 Perubahan Tubuh Ibu yang Dapat Terjadi saat Masa Nifas
Dalam menghadapi kegagalan dalam memberikan ASI eksklusif, rasa bersalah adalah hal yang umum dirasakan oleh ibu-ibu baru. Namun, sebagai ibu yang bijak, kita harus bisa mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang positif dan konstruktif. Selain itu, sebagai sesama ibu, kita juga perlu berempati dan tidak melakukan perundungan terhadap ibu lain yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif.
Jika kita mampu menyusui, maka mari kita jalankan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya. Namun, jika kita tidak bisa memberikan ASI eksklusif, kita dapat mencari alternatif nutrisi untuk bayi yang aman dan sehat. Mari kita bersama-sama mengatasi rasa bersalah dan mempromosikan cara-cara positif dalam memberikan nutrisi bagi bayi. Bagikan artikel ini dan unduh aplikasi BukuBumil di Playstore untuk mendapatkan informasi dan dukungan lebih lanjut tentang kehamilan dan menyusui. Kita bisa bersama-sama membangun komunitas ibu yang sehat dan positif.
Referensi:
- Rosenblum, N. (2020, May 29). Breastfeeding 101 Q&A With Lactation Expert Nadine Rosenblum. Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/health/wellness-and-prevention/breastfeeding-101-qanda-with-lactation-expert-nadine-rosenblum
- Howard County General Hospital. (n.d.). Breastfeeding. Johns Hopkins Medicine. https://www.hopkinsmedicine.org/howard_county_general_hospital/services/mothers_and_babies/breastfeeding/
- Lewallen, L. P., Dick, M. J., & Flowers, J. (2014). Breastfeeding Support and Early Breastfeeding Success. Journal of Obstetric, Gynecologic, and Neonatal Nursing, 43(6), 768–777. https://doi.org/10.1111/1552-6909.12498
- NHS. (2021, February 26). Breastfeeding problems. NHS. https://www.nhs.uk/conditions/baby/breastfeeding-and-bottle-feeding/breastfeeding-problems/common-problems/
- The Bump. (2022, January 25). Bobbie Launches Inclusive Baby-Feeding Campaign. The Bump. https://www.thebump.com/news/bobbie-inclusive-baby-feeding-campaign
- Epstein, H. (2022, February 14). How to Manage Breastfeeding Guilt. Verywell Family. https://www.verywellfamily.com/how-to-manage-breastfeeding-guilt-5197772