Wajib Dilestarikan! Ini 5 Tradisi Kehamilan Unik ala Adat Indonesia

Indonesia merupakan negara yang kental akan tradisi dan menjunjung tinggi adat istiadat. Tradisi di Indonesia pada umumnya adalah sebuah kebiasaan yang diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Tradisi diwariskan karena mengandung berbagai norma dan nilai sosial. Selain itu, tradisi juga dipercaya akan memberi dampak positif bagi yang menjalankannya, termasuk saat masa-masa kehamilan.

Masyarakat Indonesia seringkali melakukan tradisi berupa upacara adat agar diberikan keberkahan dan keselamatan selama masa kehamilan. Tradisi ini juga dilaksanakan sebagai ekspresi rasa syukur oleh pasangan yang telah diberkahi dengan kehamilan. Adapun tradisi kehamilan ini berbeda-beda di setiap daerah. Nah, inilah rangkuman tradisi kehamilan unik dari berbagai daerah di Indonesia yang wajib Ibu tahu. Simak sampai habis, ya!

Table of Contents

Tradisi Kehamilan Unik dari Berbagai Daerah di Indonesia

Nujuh Bulanin ala Suku Betawi

Source: Seni Budaya Betawi

Tradisi kehamilan unik pertama datang dari Suku Betawi, yaitu upacara Kekeba atau Nujuh Bulanin yang berasal dari kata “tujuh bulan”. Upacara kehamilan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama saat usia kandungan memasuki tujuh bulan. Mengapa saat bulan ketujuh? Karena janin dianggap telah terbentuk sempurna dan telah ditiupkan roh oleh Tuhan yang Maha Esa. Selain bulan ketujuh, tanggal pelaksanaan yang dipilih juga harus mengandung unsur angka tujuh, yaitu antara tanggal 7, 17, atau 27. 

Selain sebagai bentuk rasa syukur, upacara Nujuh Bulanin juga perlu dilaksanakan karena menurut masyarakat Suku Betawi upacara ini dapat menjauhkan ibu dan janin dari keberadaan roh-roh jahat. Oleh karena itu, pembacaan kitab suci Al-Quran merupakan sesuatu yang wajib ada di upacara Nujuh Bulanin.  

Yang membuat upacara Nujuh Bulanin menjadi tradisi kehamilan unik yaitu harus tersedianya rujak tujuh rupa yang terdiri dari berbagai jenis buah, termasuk delima. Keberadaan buah delima bukan tanpa alasan. Buah delima dengan bagian dalamnya yang sangat elok, dipercaya memiliki filosofi yang membuat bayi kelak menjadi anak yang menarik dan disayangi oleh semua orang. 

Tradisi kehamilan Nujuh Bulanin terdiri dari tiga tahapan. Pada tahap pertama, dilaksanakan pembacaan kitab suci Al-Quran dan doa-doa oleh kiai atau ustaz. Tahap kedua yaitu upacara memandikan Bumil dengan air yang dicampur 7 macam bunga-bungaan. Selanjutnya, pada tahap terakhir dilakukan prosesi denger kata agar anak yang dilahirkan kelak menjadi anak yang patuh dan selalu mendengarkan perkataan orang tua.

Ritual Empat Bulanan dan Tujuh Bulanan ala Suku Madura

Source: Mamira.id

Suku Madura juga memiliki tradisi kehamilan unik yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Terdapat dua ritual pada tradisi ini, yaitu ritual empat bulanan dan ritual tujuh bulanan yang dilakukan demi keselamatan ibu dan bayi, serta mendoakan bayi agar menjadi orang yang berguna. Uniknya, kemeriahan ritual ini ditentukan oleh kondisi dan status ekonomi keluarga. Jadi, masyarakat Suku Madura tidak perlu khawatir dengan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan tradisi kehamilan ini.

Ritual empat bulanan dilaksanakan saat kehamilan Ibu berada di usia 3 bulan 10 hari sampai 4 bulan. Saat-saat ini dipercaya sebagai saat yang tepat untuk memupuk dan mendoakan kebaikan bagi sang bayi. Selain itu, diyakini juga Tuhan memberikan segala kebajikan pada usia kehamilan empat bulan, sehingga keluarga harus melakukan ritual dengan berdoa dan membaca Al-Quran.

Selain pembacaan kitab suci dan doa, saat ritual empat bulanan, orang tua juga dihimbau untuk melakukan perbuatan baik dan dilarang membunuh binatang. Hal ini dilakukan agar bayi yang dilahirkan kelak akan menjadi orang yang baik hati. Sebaliknya, jika orang tua melakukan perbuatan jahat, maka perilaku ini dapat menurun ke sang bayi. 

Sementara, ritual tujuh bulanan mengandung prosesi yang lebih kompleks. Selain pembacaan Al-Quran, dalam ritual ini juga dilaksanakan prosesi pemandian sambil membawa kelapa dan menjatuhkan telur. Telur yang dijatuhkan memiliki filosofi berupa tindakan simbolis seperti proses melahirkan. Ritual tujuh bulanan ala masyarakat Madura ini menjadi tradisi kehamilan unik karena dikhususkan untuk anak pertama perempuan.

Baca juga: Nyaman! Ini 10 Rekomendasi Posisi Tidur Ibu Hamil Trimester 2

Nyaki Tihi ala Suku Dayak

Source: Sampaijauh.com

Tradisi kehamilan unik selanjutnya berasal dari Suku Dayak bernama Nyaki Tihi. Nyaki memiliki arti “mengoleskan” dan Tihi berarti “hamil” atau “mengandung”. Keunikan tradisi ini terletak pada prosesinya yang harus memoleskan darah kepada ibu yang sedang hamil anak pertama. Upacara ini dilaksanakan saat usia kehamilan Ibu tujuh bulan.

Darah yang digunakan dalam ritual ini adalah darah hewan tertentu, seperti babi atau ayam kampung. Darah hewan digunakan sebagai media utama dalam upacara Nyaki Tihi. Darah tersebut kemudian akan dibalurkan ke bagian tubuh Bumil. Kenapa menggunakan darah? Karena darah hewan dipercaya dapat menjauhkan Bumil dari marabahaya serta roh jahat yang mengganggu kandungan.

Seperti tradisi dari suku lainnya, Nyaki Tihi  memiliki tujuan utama yaitu untuk memastikan keselamatan untuk ibu dan bayi. Dengan melaksanakan upacara ini, diharapkan ibu selalu diberkati dengan kesehatan dan kelancaran saat melahirkan anak pertama. Selain itu, masyarakat Suku Dayak percaya bahwa roh-roh memiliki dampak terhadap kehidupan, begitupun roh jahat. Sehingga upacara ini dilakukan agar Bumil terhindar dari roh jahat.

Tujuan lainnya dari tradisi kehamilan unik ini adalah dapat memberikan ketentraman batin bagi Bumil. Dengan melakukan upacara Nyaki Tihi, Bumil merasa lebih aman karena sudah merasa terlindungi dan bebas dari gangguan. Hal ini membuat Bumil merasa terjamin keselamatannya sampai nanti Ia melahirkan.

Katiana ala Suku Pamona, Sulawesi Tengah

Source: Diplomasi News

Katiana menjadi tradisi kehamilan unik khas dari Suku Pamona di Sulawesi Tengah. Upacara adat ini dilakukan saat kandungan berusia enak atau tujuh bulan. Waktu pelaksanaan tradisi Katiana ini juga unik, yaitu saat bulan bersinar terang di tanggal 7 hingga tanggal 15. Alasan mengapa upacara ini harus dilakukan saat bulan terang adalah agar bayi yang kelak lahir memiliki masa depan yang cerah. 

Untuk memastikan upacara berjalan sesuai adat dan mencapai hasil yang diinginkan, acara akan dipandu oleh seorang teknis pelaksana yang disebut dengan Topopanuju atau dukun. Topopanuju di sini merupakan seorang wanita yang sudah berumur lebih dari 50 tahun. Tak hanya Topopanuju, tetua kampung dan tokoh adat setempat juga ikut meramaikan prosesi Katiana

Sama seperti tradisi kehamilan dari suku lainnya, Katiana juga bertujuan untuk memohon keselamatan, tidak hanya bagi ibu dan bayi, namun juga untuk rumah tangga. Keselamatan ini berbentuk permohonan agar bayi yang dilahirkan kelak akan tumbuh menjadi anak yang sehat, sempurna, dan berbakti kepada orang tua. Katiana juga dilakukan untuk memberikan ketabahan dan kekuatan bagi Bumil dan keluarga selama masa kehamilan.

Pelaksanaan tradisi kehamilan Katiana merupakan penggabungan dari budaya yang bersifat sakral dan sosial oleh Suku Pamona. Sakralnya tradisi ini dapat dilihat dari pemilihan hari, penggunaan bahan-bahan khusus, rangkaian acara, dan adanya berbagai pantangan yang harus dihindari, baik oleh Bumil maupun sanak keluarga.

Bi bu bideun ala Suku Aneuk Jamee, Aceh Selatan

Source: Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan

Tradisi kehamilan unik yang terakhir datang dari Suku Aneuk Jamee di Kabupaten Aceh Selatan. Untuk menyambut kelahiran buah hati, suku ini memiliki tradisi yang dinamakan dengan bi bu bideun. Berbeda dari suku lainnya, tradisi kehamilan ini memiliki keunikannya tersendiri. Sesuai namanya, tradisi ini dilakukan kepada bidan yang kelak akan bertanggung jawab atas ibu yang sedang mengandung.

Ketika seorang sedang mengandung anak pertama dan telah mencapai usia kehamilan enam atau tujuh bulan, maka ritual ini dapat dilaksanakan. Bi bu bideun dilakukan dengan memberikan nasi kepada bidan yang kelak akan membantu proses persalinan. Utusan keluarga Bumil akan menjemput bidan dengan membawa bate ranub (tempat sirih) sebagai bentuk penghormatan dan permohonan. Kemudian bidan dibawa ke rumah Bumil untuk melakukan prosesi acara.

Setelah bidan hadir, pihak keluarga akan menyerahkan anaknya yang sedang hamil kepada bidan. Hal ini dilakukan dengan maksud agar Bumil diterima sebagai pasien sang bidan. Sebagai simbolis ikatan, keluarga akan menyerahkan segenap makanan lengkap dengan lauk pauknya, serta selembar kain dan sejumlah uang tunai. Jumlah seserahan ini tergantung pada kemampuan masing-masing keluarga, sehingga tidak ada unsur paksaan.

Puncak acara bi bu bideun dilakukan dengan pembacaan doa untuk memberikan keberkahan bagi kehamilan ibu dan keselamatan bayi. Setelah acara selesai, bidan akan diantar kembali ke rumahnya. Sejak saat itulah bidan bertanggung jawab atas Bumil.

Baca juga: Ini 5 Alasan Bumil Harus Gunakan Media Sosial Dengan Bijak!

Nah, itu dia beberapa tradisi kehamilan unik dari berbagai suku di Indonesia. Sejatinya, seluruh tradisi kehamilan memiliki tujuan yang baik dan mulia. Tradisi tersebut diwariskan dan menjadi kebiasaan dari suatu suku, serta dilakukan untuk menghormati leluruh. So, menurut Ibu mana tradisi kehamilan yang paling menarik? Untuk mengetahui informasi lainnya seputar kehamilan, Ibu bisa download aplikasi BukuBumil di Play Store maupun App Store.

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories