Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia

Hidup berdampingan dengan budaya yang beraneka ragam, identik dengan ciri bangsa Indonesia. Budaya ini melekat dan bahkan jadi ciri khas daerah tertentu karena diturunkan sejak zaman dahulu dan masih dipertahankan. Lantas bukan suatu hal yang mengherankan apabila penduduk adat di Indonesia memandang mitos sebagai peraturan kehidupan yang dipercaya bisa menjauhkan hal-hal kurang baik.Bentuk mitos biasanya seperti, cerita, asal usul, dan kepercayaan yang masih dipegang sampai saat ini, salah satunya mitos kehamilan.

Perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi tidak membuat semua penduduk suku di Indonesia meninggalkan mitos-mitos kehamilan. Ibu juga pasti pernah mendengar berbagai pantangan selama hamil. Tapi, tahukah Ibu bahwa tidak semuanya benar? Beberapa hanya berupa mitos semata, padahal faktanya tidak demikian. 

Daripada percaya ‘katanya, katanya’, lebih baik kita bedah dulu yuk, apa saja yang termasuk mitos dan fakta dalam kehamilan! 

Nah, di bawah ini beberapa mitos yang masih dipercaya di beberapa suku di Indonesia:

Mitos Kehamilan yang Dipercaya Suku Baduy Dalam dan Faktanya 

Mitos: Suku Baduy Dalam
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Baduy Dalam

Mitos: Tradisi Ngaragap Beuteung yakni memijat bagian perut oleh paraji (dukun beranak) disertai jampi-jampi minta keselamatan Ibu dan kandungan

Fakta: Tidak dianjurkan oleh dokter spesialis kandungan untuk memijat perut saat hamil. Ibu dapat meminta pengertian kepada keluarga serta orang terdekat guna menjauhi pijat di bagian perut, karena berisiko menimbulkan sungsang atau terjadinya perubahan posisi bayi dalam perut Ibu, serta merangsang kontraksi rahim sehingga terjadi keguguran.

Mitos: Persalinan sendiri tanpa didampingi paraji atau bidan. Suami atau pria dianggap tabu untuk mendampingi

Fakta: Melewati proses persalinan sendirian pasti sangat berat dari segi keamanan maupun psikologis. Masa kehamilan saja bisa membuat tekanan mental pada Ibu hamil. Tanpa mendapat pendampingan ahli selama proses persalinan, bisa membahayakan keamanan serta keselamatan Ibu dan janin.

Ibu yang tidak mendapat dukungan psikologis dari orang terdekat akan lebih banyak menghabiskan stamina, emosional, serta kesehatan mental sepanjang proses persalinan. Oleh karena itu, Ibu harus memahami pendampingan tenaga kesehatan (dokter, bidan, atau dukun bayi) untuk melaksanakan prosedur persalinan. Dukungan dari orang-orang terdekat juga akan sangat membantu. 

Baca juga: Tips Menghadapi Sakit Gigi Saat Hamil, Benarkah Nomor 4 Susah Dilakukan?

Mitos Kehamilan yang Dipercaya Suku Banjar dan Faktanya

Mitos: Suku Banjar
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Banjar

Mitos: Mengikatkan benang hitam di jempol kaki bisa menjauhi gangguan makhluk halus. Selain itu, ada penafsiran lain, yaitu Ibu hamil harus sering mawas diri agar tidak terantuk watun (tersandung ambang lantai)

Fakta: Alih-alih menghindari gangguan makhluk halus, mengikat jempol kaki dengan benang bisa membatasi aliran darah hingga mengakibatkan di sekitar jempol mati rasa. Ada titik saraf di jempol kaki yang tersambung dengan kelenjar pituitari. Kelenjar ini bisa memproduksi berbagai macam hormon, seperti luteinizing hormone (LH), oksitosin, prolaktin, dan adrenokortikotropik.

Hormon oksitosin pada Ibu hamil  memengaruhi kontraksi rahim saat melahirkan. Apabila ada permasalahan pada hormon ini, bisa membahayakan Ibu serta kandungan saat proses persalinan. Nah sekarang Ibu sudah tahu risikonya, jadi lebih baik tutup telinga dan fokus kepada tumbuh kembang bayi, yaa! 

Mitos: Ketuban pecah dini (kambar banyu), tangan-kaki bengkak saat kehamilan, payudara membengkak sesudah melahirkan, serta keluarnya cairan berbau dari vagina dianggap tidak berbahaya

Fakta: Keadaan ini membutuhkan segera tindakan dokter. Secara kesehatan, kondisi-kondisi di atas menunjukkan adanya permasalahan, yaitu:

  1. Payudara bengkak dapat menyebabkan saluran ASI tersumbat
  2. Ketuban pecah dini bisa diakibatkan bermacam faktor, misalnya infeksi, kebiasaan merokok saat hamil, atau banyaknya volume cairan ketuban.
  3. Bengkak pada tangan dan kaki saat sedang hamil umum dirasakan Ibu hamil, tapi keadaan ini tentu membuat Ibu tidak nyaman
  4. Keluar cairan berbau dari vagina disebut keputihan yang abnormal. Perlu pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter untuk menilai apakah berbahaya atau tidak.

Baca juga: Linea Nigra di Perut : Bisa Hilang Gak, Ya?

Mitos kehamilan yang Dipercaya Suku Bugis dan Faktanya

Mitos: Suku Bugis
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Bugis

Mitos: Larangan ke luar rumah senja hari, takut roh halus akan mengikuti dan membatasi proses melahirkan bayi. Ibu juga dilarang ke luar rumah saat gerimis senja hari karena dikhawatirkan anaknya nanti bakal jadi keturunan setan

Fakta: Mungkin banyak Ibu yang pernah mendengar mitos ini. Namun, ini tidak benar ya, Bu. Mitos ini bisa jadi ada untuk menghalangi Ibu keluar rumah sore hari, karena pergantian angin dari sore ke malam hari bisa membuat sakit.  

Mitos: Ibu hamil akan mengalami kembar air kalau mandi di sore hari. Artinya sebelum bayi ke luar, air bakal keluar lebih dulu (bisa menyulitkan proses kelahiran bayi)

Fakta: Dalam ilmu kedokteran, kembar air dikenal dengan istilah polihidramnion, artinya volume air ketuban melimpah yang membuat perut membengkak sehingga kesannya mengandung bayi kembar. 

Kondisi ini rentan mengalami komplikasi, seperti ketuban pecah dini, pendarahan, tali pusar keluar dari vagina, serta keguguran. Untuk mengetahui apa penyebab pastinya, Ibu dianjurkan menghubungi dokter. Jadi, apabila ingin mandi di sore hari tidak perlu takut karena tidak ada hubungannya dengan kembar air. 

Baca juga: 3 Cara Mengatasi Ambeien Saat Hamil

Mitos Kehamilan yang Dipercaya Suku Dayak dan Faktanya

Mitos: Suku Dayak
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Dayak

Mitos: Ibu hamil tidak boleh mengonsumsi: ketan hitam karena bisa menimbulkan sakit pinggang, ikan bisa membuat air susu berbau amis, cabe mengakibatkan keguguran dan pendarahan, serta makan sayur rebung ataupun sayur nangka karena bisa menimbulkan gatal- gatal pada Ibu serta bayi

Fakta: Ketan hitam memiliki serat yang baik buat pencernaan. Ikan mempunyai kandungan protein, omega-3, serta bermacam-macam nutrisi baik yang lain buat pertumbuhan kandungan. Namun ikan yang mengandung merkuri tinggi, seperti ikan todak, hiu, tilefish, dan king mackerel dianjurkan untuk dihindari. 

Sayur nangka serta rebung juga dapat Ibu konsumsi asal tidak melampaui batas, karena santan akan membuat perut kembung, sesak, mual, serta asam lambung naik. Apabila mau makan pedas juga seperlunya saja, supaya terhindar dari rasa mulas atau maag untuk Ibu yang memiliki riwayat sakit lambung. 

Ada beberapa jenis makanan yang seharusnya dihindari bagi Ibu hamil karena berpotensi menurunkan kesehatan. Misalnya: makanan yang memicu alergi. Bahkan, makanan yang meningkatkan kadar diabetes, kolesterol, asam urat, dan makanan yang dimasak kurang matang, juga tidak baik.  Kemudian terkait makanan yang dapat meningkatkan kadar diabetes, kolesterol, dan asam urat, di antaranya adalah jeroan sapi (hati, usus, otak), ikan kembung, kerang, kepiting, udang, dan minuman mengandung soda dan alkohol.

Makanan yang dimasak kurang matang bisa berbahaya untuk Ibu hamil karena dikhawatirkan mengandung bakteri. Memvariasikan makanan bisa dilakukan oleh Ibu supaya tidak merasa bosan dengan makanan yang sama. Untuk menghindari kesalahan, akan lebih baik bagi Ibu untuk berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter kandungan terkait gizi yang diperlukan saat hamil.

Mitos: Ibu hamil harus banyak bekerja, tidak boleh banyak tidur. Jika sering tidur, diyakini bayinya lengket pada tulang belakang Ibu sehingga akan susah pada saat melahirkan

Fakta: Ibu hamil disarankan mempunyai waktu istirahat yang layak. Terlalu sering tidur juga tidak baik untuk badan karena kurang bergerak, bahkan Ibu bisa jadi bosan. Kurang bergerak merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit deep vein thrombosis alias trombosis vena dalam. Oleh karena itu, ibu hamil dianjurkan untuk aktif secara fisik. 

Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa aktivitas fisik baik untuk kesehatan ibu hamil dan setelah melahirkan, karena bisa meningkatkan mood hingga setelah persalinan nantinya. Jumlah aktivitas fisik yang disarankan oleh Physical Activity Guidelines untuk orang dewasa Amerika setidaknya 150 menit per minggu latihan intensitas sedang seperti jalan cepat selama dan setelah kehamilan. 

Pernyataan tersebut senada dengan yang diungkapkan dr. Elsye, Sp.KO. Menurut dr. Elsye, Ibu hamil yang sehat disarankan beraktivitas fisik kurang lebih 150 menit dalam satu minggu demi menjaga kesehatan Ibu dan janin. 

Baca juga: 10 Cara Mudah Mengatasi Varises Saat Hamil

Aktivitas fisik paling ringan yang bisa Ibu lakukan adalah jalan kaki. Hanya dengan berjalan kaki, Ibu bisa menjadi lebih berstamina. Bahkan berjalan kaki juga bisa mengurangi risiko keguguran dan memudahkan persalinan. Namun, aktivitas yang berlebihan juga bisa membahayakan Ibu dan janin. 

Bekerja dapat menolong Ibu menanggulangi rasa bosan, kecemasan, serta bisa memperbaiki mood dengan bertemu orang. Namun di sisi lain, bekerja juga bisa membuat stress dan letih. Alangkah baiknya, keputusan Ibu untuk berhenti bekerja, atau tetap bekerja, bisa didiskusikan kembali dengan pasangan agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari. 

Mitos kehamilan yang dipercaya Suku Jawa dan Faktanya

Mitos: Suku Jawa
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Jawa

Mitos: Ada pantangan duduk di depan maupun tengah-tengah pintu karena diyakini mempersulit proses melahirkan dan juga menyakitkan

Fakta: Ibu bisa tenang karena tidak ada satupun riset yang menunjukkan kaitan antara duduk di depan pintu dengan susah melahirkan. Meskipun tidak masuk akal, anjuran ini mungkin bisa menghindarkan Ibu dari penyakit yang diakibatkan mikroorganisme, kuman, ataupun virus yang tak terlihat bertebaran di udara serta ditularkan melalui bersin, batuk, atau debu.

Mitos: Ada pantangan untuk mempersiapkan kebutuhan bayi sebelum lahiran karena disangka mendahului ketetapan Tuhan

Fakta: Mempersiapkan kebutuhan bayi lebih awal merupakan perencanaan yang baik, karena Ibu tidak perlu repot di kemudian hari saat mulai mengurus bayi. Ada kemungkinan, mitos di atas tercipta karena untuk melindungi Ibu dari kekecewaan atau stress apabila terjadi hal tidak terduga selama kehamilan. Mempersiapkan kebutuhan bayi tidak perlu terlalu lengkap di awal, yang penting memadai. Contohnya: popok, perlengkapan mandi, selimut bayi, pakaian, celana, dan lain-lain.

Mitos: Anjuran untuk makan memakai wadah besar biar jatah makannya jadi banyak

Fakta: Sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik. Sama halnya dengan makan banyak, kelebihan berat badan hingga kegemukan merupakan salah satu risiko yang bisa terjadi. Lebih berbahaya jika punya riwayat diabetes. Semakin banyak risiko yang dihadapi, di antaranya komplikasi kehamilan, seperti bayi cacat lahir, kelahiran prematur, dan keguguran. Sebutuhnya saja, sesuai anjuran dokter, dan kalau bosan makanan itu-itu saja bisa divariasikan tapi gizi seimbang tetap terpenuhi. 

Menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), sebelum hamil, rata-rata wanita dengan berat badan normal hanya membutuhkan sekitar 300 kalori ekstra per hari untuk mendorong pertumbuhan bayi. Sedangkan selama kehamilan, seorang wanita dengan berat badan normal biasanya mendapat tambahan berat badan sekitar 11-15 kilogram.

Di samping itu, wanita yang berat badannya naik lebih dari 20 kilogram saat mereka mengandung satu anak, memiliki risiko lebih tinggi untuk menjalani operasi caesar.

Baca juga: 7 Bahaya Obesitas Saat Hamil

Mitos kehamilan yang dipercaya Suku Madura dan Faktanya

Mitos: Suku Madura
Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia: Suku Madura

Mitos: Praktik membuang kolostrum karena diduga kotor

Fakta: Pemikiran ini masih kita temui di kota-kota besar. Tetapi, ini tidak benar karena riset menemukan bahwa kolostrum atau air susu yang pertama kali Ibu produksi, memegang peranan penting dalam membentuk sistem imun tubuh si kecil. Kolostrum ialah santapan awal bayi setelah lahir. Warna putih kekuningan atau jingga dari kolostrum menandakan ada sel darah putih yang bisa mendukung penciptaan antibodi si kecil, melindungi dari peradangan, serta mempunyai kandungan protein, vitamin, dan mineral.

Mitos: Saat Ibu hamil, suami lebih mempercayakan pengecekan kehamilan ke dukun bayi ketimbang pengobatan modern. Penduduk Madura menganggap dukun bayi berkemampuan menguasai dan mengendalikan posisi bayi, sedangkan bidan memahami kesehatan ibu hamil, seperti memantau tekanan darah, melakukan penyuntikan, maupun berikan vitamin.

Fakta: Sebagian penduduk di Madura masih menganut hal ini. Walaupun sarana pelayanan kesehatan sudah ada, tapi nyatanya tidak mudah dijangkau. Riset melaporkan adanya faktor minimnya pengetahuan Ibu, pengeluaran persalinan ke petugas kesehatan yang disangka mahal, dan kekhawatiran Ibu tentang operasi dan pengobatan medis. Anggapan penduduk yang seperti ini tidak gampang diluruskan, karena telah jadi sikap turun-temurun serta pengaruh adat yang kental. Usaha pendekatan demi mendapat keyakinan publik dibutuhkan supaya mampu terbuka terhadap pengobatan modern.

Selaku penduduk bangsa Indonesia dengan keragaman budaya serta kepercayaan, tidak bisa dipungkiri adanya beragam mitos saat kehamilan. Bila dilihat dari sisi positifnya, sebagian diantaranya bermaksud guna melindungi Ibu dari bahaya. Kemajuan riset kesehatan dan teknologi memungkinkan Ibu untuk meningkatkan pengetahuan tentang kehamilan serta mencari tahu alasan medis dibalik kepercayaan yang diyakini zaman dulu.

Ada baiknya, apa yang kita dengar dari orang lain mengenai “katanya, katanya”, penting untuk kita kritisi dengan “Apa buktinya?”. Karena belum tentu, semuanya benar. 

Selamat, setelah membaca ini Ibu berhasil terselamatkan dari informasi yang belum jelas kebenarannya. Jika ini bermanfaat untuk Ibu, yuk bagikan ke Ibu-Ibu lain agar jadi punya pengetahuan yang sama!

Baca juga: Stres Selama Kehamilan? Ini 10 Cara Mengatasinya

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories