Tidak Nyaman? Ini Posisi Tidur Pasca Kuretase Yang Paling Tepat!

Ibu hamil yang alami keguguran harus menjalani kuretase. Adapun alasan lain yang mengharuskan seseorang dikuret, seperti terjadi perdarahan di luar siklus menstruasi, perdarahan parah saat menstruasi maupun setelah menopause, dan hasil pap smear yang menunjukkan ketidaknormalan pada sel endometrium. Jadi sebetulnya, tindakan kuretasi tidak semata-mata untuk menangani ibu yang keguguran saja, tetapi bisa menjadi bagian dari metode pemeriksaan, loh.

Selanjutnya, BukuBumil akan  membahas mengenai kuretasi yang mencakup persiapan, efek samping, tindakan pasca kuretase yang sebaiknya dihindari, hingga rekomendasi posisi tidur yang sesuai. Mari Bunda simak, ya!

Apa Itu Definisi Kuretase?

Kuretasi lazimnya dilakukan oleh dokter untuk menangani ibu hamil yang keguguran saat usia kandungannya masih di trimester pertama. Namun, pernahkan Bunda mendengar istilah ‘kuret’?. Kuret dan kuretase hamil adalah dua hal yang berbeda. Kalau kuret adalah alatnya, sedangkan kuretase adalah tindakannya.

Kuretase yakni upaya untuk mengeluarkan bagian dalam dinding rahim atau endometrium dengan menggunakan kuret. Kalau menangani ibu yang keguguran, kuretase akan mengeluarkan janin yang masih menempel di rahim dengan cara mengeruknya menggunakan kuret. Adapun tindakan dilatasi atau pelebaran rahim yang akan dilakukan oleh dokter kepada pasiennya sebelum tindakan kuretasi supaya rahim dapat dikeluarkan dengan mudah.

Apa Saja Persiapan Kuretase Yang Harus Pasien Lakukan?

Sebelum menjalani kuretase, pasien harus diperiksa kondisi kesehatannya. Pasalnya, kuretasi tidak boleh dilakukan apabila ibu memiliki kanker serviks, pernah menjalani operasi rahim, terdapat penyempitan rahim, menderita radang panggul, gangguan pembekuan darah, dan memiliki penyumbatan di vagina akibat tumor.

Bunda yang hendak dikuret tidak perlu terlalu khawatir karena dokter menyediakan sesi konsultasi agar pasien dapat mengungkapkan kekhawatirnnya sekaligus dokter dapat menanyakan beberapa hal terkait kondisi kesehatan pasien untuk meminimalisir kemungkinan kesalahan penanganan. Setelah itu, dokter akan menyarankan pasien untuk mengikuti prosedur berikut ini.

  • Pasien harus jalani puasa selama 6-8 jam sebelum proses kuret
  • Wajib menjalani pemeriksaan fisik untuk memastikan kondisi tubuh cukup sehat ketika menerima tindakan kuretasi
  • Kosongkan jadwal agar bisa melakukan kuretasi dan menjalani masa pemulihan tanpa adanya gangguan
  • Pasien harus menghubungi keluarga, saudara, atau teman dekat untuk meminta ditemani selama prosedur kuretasi berlangsung

Bagaimana Prosedur Dilakukannya Kuretase?

Setelah siap, pasien akan memakai jubah khusus rumah sakit dan dokter akan mengawali tindakannya dengan membius pasien hingga tak sadarkan diri yang dilanjutkan dengan prosedur di bawah ini. Tindak pembiusan dilakukan supaya pasien tidak merasakan sakit selama dikuret.

  • Dokter akan memasang kateter urine pada lubang kencing pasien
  • Lalu, memasukkan spekulum atau alat khusus agar vagina tetap terbuka
  • Leher rahim akan dilebarkan dengan menggunakan alat laminara yang berbentuk batang dengan bahan logam untuk mengembangkan leher rahim dan menyerap cairan yang ada disana supaya kuretase menjadi lebih mudah
  • Selanjutnya, dokter akan memasukkan kuret untuk mengeruk jaringan dan isi rahim sesuai dengan kebutuhan diagnosis maupun pengobatan. Keperluan diagnosis tidak membutuhkan sampel jaringan yang banyak. 
  • Terakhir, jaringan yang telah diambil akan dibawa oleh dokter untuk dilakukan uji di laboratorium

Bagaimana Efek Kuretase?

Kuretasi bukan tindakan sederhana yang mudah untuk dilakukan oleh orang awam sehingga sudah seharusnya hanya ditangani oleh tenaga profesional. Jika tidak, mungkin saja timbul efek kuretase seperti.

  • Infeksi
  • Kerusakan jaringan serviks dan rahim
  • Terbentuknya luka di rahim
  • Robeknya jaringan dinding rahim

Maka dari itu, tindakannya perlu dilakukan oleh tenaga profesional. Jika tidak timbul gejala apapun artinya aman dan pasien bisa beraktivitas kembali setelah beberapa hari pasca dikuret. Kalaupun terdapat perdarahan ringan, kondisi ini tergolong lumrah terjadi sehingga disarankan bagi ibu pasca kuret untuk menggunakan pembalut. Lain halnya kalau timbul gejala-gejala seperti berikut ini, sangat disarankan untuk segera datang ke dokter guna memperoleh pemeriksaan dan perawatan.

  • Demam
  • Kram perut
  • Keluar cairan bau dari organ reproduksi
  • Nyeri di area perut
  • Perdarahan yang hebat

Baca Juga : Polip Rahim: Penyebab, Gejala, Pantangan, Hingga Cara Pengobatannya

Apa Yang Harus Dihindari Setelah Kuretase?

Setelah dikuret, pasien perlu menjalani masa pemulihan. Selama masa itu, pasien tidak boleh melakukan hal-hal seperti di bawah ini agar tidak terjadi efek samping yang berarti.

Melakukan Aktivitas Berat

Jika hanya melakukan olahraga ringan seperti berjalan seperlunya, maka masih tergolong aman. Akan tetapi, olahraga yang berat semacam lari, angkat beban, dan sebagainya, tidak boleh dilakukan agar tidak terjadi perdarahan. 

Menyetir Kendaraan Sendiri

Khawatirnya pasien mengantuk, lemas, dan mengalami kram perut saat menyetir sehingga pasca dikuret perlu adanya pendampingan 24 jam dari suami dan kerabat, termasuk tidak diperbolehkan untuk menyetir sendiri agar tidak terjadi kecelakaan lalu lintas.

Konsumsi Makanan dan Minuman Berkadar Gula Tinggi

Ibu pasca kuret harus menghindari makanan dan minuman berkadar gula tinggi karena dapat menghambat proses penyembuhan. Jadi untuk sementara waktu, hindari konsumsi permen, kue, minuman berkarbonasi, pasta, mie, dan makanan cepat saji. Namun, sangat disarankan bagi mereka yang telah dikuret untuk mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, protein, dan kalsium, seperti buah dan sayur agar dapat mempercepat proses pemulihan.

Berendam dan Berenang

Air bisa menjadi media bagi bakteri dan kuman untuk hidup. Jika pasien berendam dan berenang, khawatirnya bakteri dan kuman bisa masuk melalui organ intim dan dapat memicu timbulnya infeksi.

Menggunakan Tampon

Berbeda dengan pembalut yang aman digunakan oleh wanita yang telah menjalani kuretase, tampon ini cara penggunaannya dimasukkan ke dalam lubang vagina alhasil tidak aman dipakai karena dapat memicu infeksi di dalam vagina. Tidak hanya itu, pasca kuret juga tidak boleh membersihkan vagina dengan menggunakan bahan-bahan kimia. 

Melakukan Hubungan Seksual

Seperti sebelumnya, tindakan ini juga tidak diperbolehkan agar tidak terjadinya infeksi akibat bakteri dan kuman yang masuk ke dalam vagina dan rahim. Jika ingin melakukan hubungan seksual, tunggu sampai perdarahan benar-benar berhenti dan sudah diperbolehkan oleh dokter yang menangani tindakan kuret. 

Begini, Posisi Tidur Setelah Kuretase

Begini, Posisi Tidur Pasca Kuretase yang Nyaman! (sumber: pexels.com)
Begini, Posisi Tidur Pasca Kuretase yang Nyaman! (sumber: pexels.com)

Proses penyembuhan pasca kuretasi bisa berbeda-beda bagi tiap pasien, tergantung penyebabnya. Selama masa penyembuhan mungkin Bunda bingung, seperti apa posisi tidur setelah kuretase yang paling aman dan nyaman untuk tubuh pasien. Sangat disarankan bagi wanita yang telah dikuret agar tidur dengan posisi menyamping atau miring karena dapat meningkatkan kerja saraf menjadi lebih baik. Sementara itu, posisi tengkurap tidak disarankan karena dapat memberikan tekanan pada berbagai area tubuh, termasuk rahim. 

Baca Juga : Pola Makan Sehat Tingkatkan Kesuburan, Pasutri Wajib Tahu!

Demikian informasi seputar kuretase yang diberikan BukuBumil. Sebelum hingga setelah dikuret, seseorang tidak boleh lepas dari komunikasi dengan dokter agar kondisi kesehatannya dapat terus dipantau sampai sembuh. Informasi kesehatan mengenai program hamil, masa kehamilan, hingga pengetahuan pasca kelahiran dapat Bunda peroleh dengan mengunduh aplikasi dan mengunjungi blog maupun kanal YouTube dari BukuBumil!

Referensi :

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

spot_img

Recent Stories