Inseminasi Buatan dan Fertilisasi In Vitro: Mana yang Lebih Direkomendasikan?

Setelah menikah, banyak pasangan yang berharap segera mendapatkan momongan karena anak adalah pelengkap kebahagiaan di keluarga kecil Ibu. Yang biasanya keseharian disibukkan dengan urusan masing-masing atau hanya berdua saja, saat memiliki anak, Ibu dan pasangan akan merasa rumah semakin ramai dan bahagia karena lucunya sang buah hati. Namun, tidak seberuntung yang lain, ada beberapa pasangan yang harus berusaha keras untuk mendapatkan momongan setelah menikah, salah satunya dengan mengikuti program hamil, seperti inseminasi buatan dan fertilisasi in vitro, apa saja itu? Yuk, simak artikel di bawah, Bun! 

Inseminasi Buatan atau Intrauterine Insemination (IUI)

Inseminasi Buatan

Intrauterine Insemination (IUI) adalah salah satu jenis inseminasi buatan yang menempatkan sperma langsung ke dalam rahim Ibu. Dalam proses pembuahan alami, sperma akan melakukan perjalanan dari vagina ke rahim dan saluran tuba melalui leher rahim. Hanya 5% dari ratusan juta sperma yang dapat melakukan perjalanan tersebut. Saat ovarium melepaskan sel telur, maka sel telur akan menuju tuba fallopi untuk dibuahi oleh sperma. Dengan program hamil IUI, sperma akan dikumpulkan, dicuci, dan dipekatkan sehingga hanya sperma berkualitas baik yang tersisa. IUI memudahkan sperma mencapai sel telur sehingga dapat menghemat waktu dan meningkatkan peluang Ibu untuk hamil. 

Kenapa Inseminasi Buatan Dilakukan?
Inseminasi Buatan

Salah satu alasan inseminasi buatan dilakukan adalah masalah infertilitas, yaitu gangguan kesuburan. Berikut alasan lainnya:

  1. Masalah lendir serviks

Lendir yang diproduksi oleh leher rahim Ibu akan membantu perjalanan sperma dari vagina ke rahim dan saluran tuba. Lendir yang kental dapat membuat sperma sulit berenang. Oleh karena itu, IUI dilakukan untuk memudahkan sperma melewati serviks dan langsung menuju rahim Ibu.

  1. Jumlah sperma sedikit atau gangguan sperma lainnya

Dengan program hamil ini, Ibu dapat mengatasi permasalahan tersebut karena sperma yang dipilih adalah yang berkualitas baik.

  1. Kualitas sperma pasangan kurang bagus

Inseminasi buatan digunakan ketika orang menggunakan sperma dari yang bukan pasangannya karena kualitas sperma tidak bagus sehingga tidak dapat digunakan.

  1. Disfungsi ereksi atau ejakulasi

IUI dapat digunakan ketika salah satu pasangan tidak dapat mempertahankan ereksi atau tidak dapat ejakulasi. Ereksi adalah peningkatan aliran darah ke penis sehingga penis membesar, mengeras, dan menegang  yang dirangsang oleh aktivitas seksual sedangkan ejakulasi adalah pelepasan sperma dan cairan semen akibat proses rangsangan seksual. 

  1. Alergi sperma

Pada kasus yang jarang, orang memiliki alergi terhadap air mani pasangannya. Air mani dapat menyebabkan rasa terbakar, bengkak, dan kemerahan di vaginanya. Program hamil IUI dapat mengatasi itu karena protein penyebab alergi dihilangkan selama pencucian sperma.

  1. Penyebab infertilitas yang tidak diketahui

Hal itu terjadi ketika penyedia layanan kesehatan tidak dapat mengetahui penyebab infertilitas.

Risiko Inseminasi Buatan
Risiko Inseminasi Buatan

Prosedur inseminasi buatan termasuk yang sederhana, aman, dan risiko komplikasi rendah. Namun, sebelum mempertimbangkan menggunakan program inseminasi buatan, Ibu perlu mengetahui risko penggunaannya, yaitu:

  1. Infeksi, prosedur ini memiliki risiko infeksi yang rendah
  2. Bercak, proses pemasangan kateter di dalam rahim menyebabkan sedikit pendarahan vagina
  3. Kehamilan ganda, prosedur IUI terkadang mengharuskan Ibu mengonsumsi obat-obatan pemicu ovulasi sehinga risiko kehamilan ganda meningkat secara signifikan.
  4. Ovarium hyperstimulation syndrome (OHSS), efek langka ini disebabkan karena terlalu banyak minum obat kesuburan. Sindrom hiperstimulasi ovarium akan menyebabkan ovarium Ibu menjadi nyeri dan bengkak.

Ibu memiliki kemungkinan untuk mengalami risiko di atas, tetapi efek samping IUI yang paling umum terjadi adalah kram dan bercak.

Tahapan Inseminasi Buatan

Berikut tahapan dari inseminasi buatan:

  1. Ovulasi

Penyedia layanan kesehatan akan memprediksi waktu ovulasi dengan mendeteksi hormon luteinizing (LH) dalam tes darah. Dokter juga menggunakan USG transvaginal untuk melihat apakah telur sudah matang atau belum.

  1. Persiapan sampel sperma

Pasangan Ibu akan memberikan sampel sperma pada hari prosedur IUI. Sperma disiapkan untuk inseminasi melalui proses yang disebut “pencucian sperma”, yaitu mengeluarkan sejumlah sperma sehat yang terkonsentrasi.

  1. Inseminasi

Proses inseminasi dapat dikatakan sederhana karena hanya membutuhkan waktu beberapa menit. Penyedia layanan kesehatan akan memasukkan spekulum ke dalam vagina. Selanjutnya, kateter dimasukkan melalui leher rahim. Lalu, dokter akan menyuntikkan sampel sperma yang sudah dicuci ke dalam rahim Ibu. Kehamilan terjadi jika sel telur dibuahi sperma dan tertanam di dinding rahim.

In Vitro Fertilization atau Fertilisasi In Vitro (IVF)

Fertilitas In Vitro

Fertilisasi in vitro (IVF) adalah serangkaian prosedur kompleks yang digunakan untuk membantu masalah kesuburan, mencegah masalah genetik, dan membantu proses pembuahan sel telur oleh sel sperma. Selama IVF, telur matang diambil dari ovarium dan dibuahi oleh sperma di luar rahim (laboratorium). Kemudian sel telur yang dibuahi atau embrio dipindahkan ke rahim. Satu siklus program IVF membutuhkan waktu sekitar tiga minggu atau lebih. 

Kenapa Fertilisasi In Vitro Dilakukan?

Fertilisasi in vitro adalah pengobatan untuk infertilitas atau masalah genetik. Program hamil ini juga biasanya dilakukan untuk mengatasi infertilitas pada wanita di atas usia 40 tahun. Berikut beberapa alasan IVF menjadi pilihan bagi Ibu dan pasangan:

  1. Kerusakan atau penyumbatan tuba fallopi

Kerusakan atau penyumbatan tuba fallopi membuat sel telur sulit untuk dibuahi atau embrio untuk melakukan perjalanan ke rahim.

  1. Gangguan ovulasi

Jika sel telur yang tersedia tidak ada atau sedikit untuk pembuahan

  1. Endometriosis

Terjadi ketika jaringan yang mirip dengan lapisan rahim menempel dan tumbuh di luar rahim.

  1. Fibroid rahim

Fibroid adalah tumor di dalam rahim yang biasanya terjadi pada wanita berusia 30-40 tahun. Fibroid dapat menganggu implantasi sel telur yang telah dibuahi.

  1. Sterilisasi atau pengangkatan tuba sebelumnya

Ligasi tuba adalah jenis sterilisasi dengan prosedur memotong saluran tuba untuk mencegah kehamilan secara permanen.

  1. Gangguan produksi atau fungsi sperma

Konsentrasi sperma di bawah rata-rata, pergerakan sperma lemah, atau kelainan pada ukuran dan bentuk sperma dapat mempersulit proses pembuahan.

  1. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya
Risiko Fertilitasi In Vitro
  1. Kehamilan ganda

IVF meningkatkan risiko kelahiran kembar jika lebih dari satu embrio yang dipindahkan ke rahim. Kehamilan ganda juga memiliki risiko persalinan dini dan berat badan lahir rendah lebih besar daripada kehamilan tunggal.

  1. Persalinan prematur dan berat badan lahir rendah

Penelitian menunjukkan bahwa IVF meningkatkan risiko bayi lahir lebih awal atau dengan berat badan lahir rendah

  1. Sindrom hiperstimulasi ovarium

Penggunaan obat suntik kesuburan, seperti human chorionic gonadotropin (HCG) dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovarium, yaitu pembengkakan dan terasa nyeri pada ovarium.

  1. Keguguran

Tingkat keguguran pada wanita yang menggunakan program hamil IVF sama seperti wanita dengan kehamilan alami (15-25%), tetapi angka tersebut meningkat seiring dengan usia Ibu.

  1. Komplikasi prosedur pengambilan telur

Penggunaan aspirasi jarum untuk mengambil sel telur dapat menyebabkan perdarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah.

  1. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik terjadi ketika sel telur yang dibuahi tertanam di luar rahim, seperti di tuba fallopi. Telur yang telah dibuahi tidak dapat bertahan hidup di luar rahim dan tidak dapat mempertahankan janin.

Tahapan Fertilisasi In Vitro

Berikut adalah tahapan program hamil fertilisasi in vitro:

  1. Stimulasi (super ovulation)

Dokter akan memberikan Ibu obat kesuburan untuk meningkatkan produksi sel telur. Pada tahap ini, wanita akan menjalani USG transvaginal secara teratur untuk memeriksa ovarium dan tes darah untuk memeriksa kadar hormon.

  1. Pengambilan telur

Pada tahap ini dilakukan operasi kecil (aspirasi folikular) untuk mengeluarkan sel telur dari tubuh wanita. Penyedia layanan kesehatan memasukkan jarum tipis melalui vagina ke dalam ovarium dan kantung (folikel) yang berisi telur. Jarum tersebut akan terhubung ke alat penghisap yang menarik telur dan cairan keluar dari setiap folikel satu per satu. 

  1. Inseminasi dan fertilisasi

Sperma pria ditempatkan bersama dengan sel telur. Pencampuran sperma dan sel telur disebut inseminasi. Sperma akan membuahi sel telur beberapa jam setelah inseminasi. Namun, jika penyedia layanan kesehatan melihat pembuahan sulit dilakukan, maka sperma akan langsung disuntikkan ke dalam sel telur atau yang disebut injeksi sperma intrasitoplasmik.

  1. Kultur embrio

Ketika telur yang dibuahi membelah (embrio), staf laboratorium akan memeriksa secara rutin untuk memastikan embrio tumbuh dengan baik. Dalam waktu 5 hari, beberapa sel embrio yang aktif akan membelah.

  1. Transfer embrio

Embrio ditempatkan ke dalam rahim wanita 3-5 hari setelah pengambilan sel telur dan pembuahan. Prosedur ini diawali dengan dokter memasukkan tabung tipis (kateter) yang berisi embrio ke dalam vagina, melalui leher rahim, menuju ke rahim. Jika embrio menempel di lapiran rahim dan tumbuh, maka program hamil tersebut berhasil. 

Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Program IVF

Peluang melahirkan bayi yang sehat setelah menggunakan fertilisasi in vitro tergantung pada berbagai faktor, termasuk:

  1. Usia Ibu

Semakin muda Ibu, maka kemungkinan untuk hamil dan melahirkan bayi sehat menggunakan telur sendiri lebih besar dibandingkan wanita yang berusia 41 tahun. Biasanya wanita yang berusia di atas 40 tahun akan direkomendasikan untuk menggunakan sel telur donor selama program IVF.

  1. Status embrio

Transfer embrio yang dapat berkembang dengan baik memiliki peluang hamil lebih tinggi dibandingkan dengan embrio yang kurang berkembang.

  1. Riwayat reproduksi

Ibu yang sebelumnya pernah melahirkan memiliki kemungkinan berhasil menggunakan program IVF dibandingkan wanita yang belum pernah melahirkan.

  1. Penyebab ketidaksuburan

Memiliki kualitas telur yang baik meningkatkan peluang Ibu untuk hamil dengan metode IVF. Ibu dengan endometriosis parah cenderung tidak bisa hamil menggunakan IVF daripada Ibu yang memiliki infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya.

  1. Faktor gaya hidup

Ibu yang merokok biasanya memiliki lebih sedikit telur yang dapat diambil selama IVF. Merokok dapat menurunkan peluang keberhasilan Ibu menggunakan IVF hingga 50%. Faktor lain yang menurunkan peluang Ibu unutk hamil adalah minum alkohol, kafein berlebihan, dan berat badan lebih.

Program Hamil Mana yang Lebih Baik?

Kebanyakan orang akan mencoba inseminasi intrauterin sebelum fertilitas in vitro karena lebih terjangkau, sederhana, dan lebih tidak invasif. Namun, dalam beberapa kasus penyedia layanan kesehatan akan menyarankan Ibu menggunakan program hamil bayi tabung atau fertilitas in vitro karena usia atau alasan lainnya. Perlu diingat bahwa satu perawatan tidak lebih baik dari yang lain, tetpai yang satu mungkin memberi Ibu peluang lebih tinggi untuk hamil.

Baca juga Mau Cepat Hamil? Perhatikan 5 Hal Ini! 

Nah, setelah mengetahui jenis program hamil, tahapan, hingga risikonya. Ibu dapat mempertimbangkan lagi mana yang sekiranya baik bagi Ibu. Tak lupa juga konsultasikan hal ini kepada penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Yuk, Bun, bagikan artikel ini dengan pejuang dua garis biru lainnya!

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories