Isi Artikel
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit berbahaya yang menjadi perhatian dunia. Gejala awal penyakit ini sering kali tidak terasa sehingga virusnya dapat menyebar dengan cepat, tak terkecuali pada ibu hamil. Namun, seperti apakah bahaya hepatitis B pada ibu hamil? Apakah tes hepatitis B seperti HBsAg pada ibu hamil perlu dilakukan? Apa yang harus dilakukan jika hasil tes hepatitis B menunjukkan hasil positif? Yuk baca selengkapnya di bawah ini!
Mengenal Hepatitis
Ibu mungkin pernah mendengar penyakit hepatitis, baik di lingkungan sekitar ataupun di berita. Hal ini karena hepatitis merupakan penyakit serius yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan banyak negara lainnya. Hepatitis adalah suatu penyakit radang organ hati. Penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah infeksi virus. Virus-virus tersebut adalah:
- Virus hepatitis A (HAV),
- Virus hepatitis B (HBV),
- Virus hepatitis C (HCV),
- Virus hepatitis D (HDV), dan
- Virus hepatitis E (HEV).
Gejala yang biasanya timbul dari penyakit hepatitis adalah:
- Badan lemah,
- Cepat merasa lelah,
- Urin berwarna pekat seperti teh pekat,
- Turunnya nafsu makan, dan
- Mata dan seluruh badan menjadi kuning.
Hepatitis memiliki beberapa jenis, seperti nama virus yang menginfeksinya. Hepatitis dapat terbagi menjadi:
- Hepatitis A
Hepatitis A adalah jenis hepatitis yang dihasilkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Jenis ini tergolong penyakit akut jangka pendek dan hanya menyerang organ hati saja. Walaupun memiliki jangka pendek, jenis ini tetap memiliki risiko kematian jika tidak ditangani dengan segera. Hepatitis A dapat menular lewat mulut, yakni melalui makanan atau air yang terkontaminasi virus hepatitis A.
- Hepatitis B
Sama seperti nama virus yang menginfeksinya, hepatitis B adalah penyakit yang terjadi akibat infeksi virus hepatitis B (HBV). Berbeda dengan jenis hepatitis A, jenis ini sering berkembang menjadi kronis yang berkelanjutan. Penyakit jenis ini dapat menular melalui kontak dengan HPV dalam cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, atau cairan tubuh lainnya. Oleh karena penularannya dapat melalui cairan vagina dan air mani, penyakit jenis ini dapat menular melalui kontak seksual. Selain itu, penyakit ini juga dapat menular pada ibu hamil dan bayi melalui jarum suntik atau suntik obat lainnya saat persalinan.
Hepatitis B tidak selalu menampakkan gejala pada orang yang baru terinfeksi, namun bagi yang mengalaminya, gejalanya adalah sebagai berikut:
- Turunnya nafsu makan,
- Sakit perut,
- Kelelahan,
- Mual, dan
- Penyakit kuning.
- Hepatitis C
Hepatitis C diakibatkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis jenis ini dapat menular lewat cairan tubuh seperti darah, cairan vagina, atau air mani. Penyakit ini berbahaya tapi jarang ditemukan dalam kondisi akut. Walaupun begitu, 80% jenis ini akan menjadi kronik. Sayangnya belum ada vaksin untuk hepatitis jenis ini.
- Hepatitis D
Hepatitis D merupakan jenis hepatitis yang langka karena hanya terjadi bersamaan dengan infeksi hepatitis B. Masih sama seperti Namanya, jenis ini diakibatkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hal yang sangat membedakan jenis ini dengan jenis lainnya adalah penularannya. Seseorang tidak dapat tertular virus hepatitis D jika orang tersebut tidak terinfeksi hepatitis B. Hepatitis jenis ini juga tidak memiliki vaksin khusus, tapi akan otomatis terlindungi setelah mendapatkan vaksin hepatitis B karena penularannya yang hanya terjadi pada orang yang terinfeksi hepatitis B.
- Hepatitis E
Hepatitis E adalah jenis hepatitis yang diakibatkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis jenis ini ditularkan melalui makanan atau air. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah dengan kebersihan yang buruk. Sifat dari jenis ini mirip dengan hepatitis A, yakni bersifat akut dan bisa sangat berbahaya pada wanita hamil. Namun, gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan hepatitis A. Sayangnya belum ada vaksin untuk jenis ini, oleh karena itu sangat disarankan untuk menjaga pola hidup bersih.
Baca juga: Skoliosis pada Ibu Hamil: Dampak pada Janin dan Ibu
Hepatitis B pada Ibu Hamil
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hepatitis B dapat menular melalui cairan tubuh dan dapat menyerang ibu hamil serta janin. Perlu diketahui bahwa virus hepatitis B dapat menular dari ibu ke anak dan disebut sebagai infeksi perinatal. Transmisi atau penularan ini merupakan transmisi terpenting diantara transmisi vertical lainnya dalam hal penyebab terbentuknya penyakit hepatitis B kronik.
Namun, istilah infeksi perinatal ini sudah tidak digunakan dan sudah berubah menjadi transmisi ibu-anak yang mencakup sebelum, saat, dan sesudah kelahiran, termasuk infeksi yang terjadi pada usia dini. Transmisi ibu-anak dapat terbagi menjadi 3 mekanisme, yaitu:
- Transmisi intrauterine/pra-partum
- Transmisi intrapartum (dari darah yang terjadi saat persalinan)
Transmisi ini dapat terjadi lewat beberapa mekanisme seperti kerusakan sawar plasenta atau infeksi plasenta dan transmisi plasenta. Transmisi intrapartum dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pecahnya membran plasenta yang terjadi melalui cairan amnion, darah, maupun sekret yang terdapat di sepanjang jalan lahir tertelan oleh bayi.
- Transmisi post-partum (masa nifas)
Transmisi ini biasanya terjadi karena akibat luka di sekitar puting susu yang mengeluarkan eksudat (cairan tubuh yang keluar dari darah) yang infeksius. Transmisi post-partum tidak terjadi karena menyusui.
Gejala Hepatitis B pada Ibu Hamil
Gejala hepatitis B pada orang yang tidak sedang hamil dan ibu hamil umumnya sama. Pada infeksi akut akan didapati gejala seperti:
- Kelelahan,
- Anoreksia,
- Kelemahan,
- Nyeri otot,
- Demam, serta
- Mual dan muntah.
Sayangnya gejala mual muntah yang terjadi sering kali disalah artikan karena ibu hamil pada usia awal kehamilan juga kerap kali mengalami mual dan muntah. Jika ibu hamil yang mengalami hepatitis B sembuh sebelum mengalami kerusakan hati yang menyebabkan disfungsi hati sekunder, maka gejala-gejala hepatitis B yang muncul akan dianggap sebagai sindrom flu biasa akibat virus atau dianggap sebagai efek dari kehamilan.
Sebagian besar orang atau ibu hamil yang mengalami hepatitis B kronik tidak akan mengalami gejala hingga stadium akhir. Hal ini mengakibatkan infeksi kronik hepatitis B baru diketahui secara tidak sengaja saat ibu hamil tersebut memeriksakan kehamilannya. Hal ini ditandai dengan pemeriksaan laboratorium dimana kadar ALT cenderung tidak normal. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan karena gejala sirosis (kerusakan hati) dini seperti eritema palmaris (kemerahan pada kedua telapak tangan), splenomegali (pembesaran limpa), dan ukuran hati yang kecil dapat tidak terlihat akibat dari kondisi fisik kehamilan sehingga pemeriksaan hepatitis B tidak akan terdeteksi saat pemeriksaan fisik kehamilan.
Baca juga: Memberi Pendidikan Seksual pada Anak? Siapa Takut! Catat 8 Kuncinya!
Dampak Hepatitis B pada Ibu Hamil dan Bayi
Ibu hamil yang terkena hepatitis B dapat melahirkan seperti biasa, bahkan dapat melahirkan secara normal. Ibu yang telah melahirkan juga tetap dapat menyusui walaupun terkena hepatitis B. Dampak hepatitis yang terjadi pada ibu hamil kurang lebih sama dengan orang yang tidak hamil. Hepatitis akut dapat muncul pada usia kehamilan manapun dan pada postpartum. Pada kasus yang lebih parah, ibu hamil juga dapat mengalami penyakit kuning atau gejala gagal hati lainnya. Beberapa dampak lain yang dapat terjadi pada ibu hamil akibat hepatitis B adalah:
- Kelahiran prematur,
- Diabetes mellitus gestasional,
- Perdarahan antepartum (pendarahan usia kehamilan di atas 24 minggu),
- Preeklampsia,
- Bayi lahir mati, dan
- Keguguran.
Hal yang perlu sangat diperhatikan adalah hepatitis B dapat menular dari ibu ke bayi. 9 dari 10 wanita yang mengalami hepatitis B akut akan menularkan hepatitis B ke bayinya. Demikian pula antara 1 atau 2 orang dari 10 ibu hamil yang mengalami hepatitis B kronis. Hal ini dikarenakan bayi dapat tertular dari darah yang terinfeksi atau cairan lainnya saat proses persalinan.
Hepatitis B sangat berbahaya bagi bayi, bahkan dapat mengancam nyawanya. Bayi terinfeksi yang terlihat sehat juga memiliki risiko kesehatan yang serius. Bahkan saat sudah dewasa, bayi ini dapat mengalami risiko kematian karena penyakit hati atau kanker hati.
Selain membahayakan bayi, ibu hamil yang terkena hepatitis juga dapat membahayakan orang di sekitarnya, terutama yang tinggal bersama dengan ibu hamil tersebut. Orang-orang ini harus dites dan divaksin karena memiliki risiko tertular hepatitis B yang tinggi.
Pencegahan Hepatitis B pada Ibu Hamil
Pencegahan hepatitis B pada ibu hamil perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu hamil dan calon bayinya. Pemeriksaan hepatitis B dapat mulai dilakukan sebelum kehamilan atau pada trimester pertama kehamilan. Setelah tes hepatitis B pertama, biasanya dokter akan mengulang tes hepatitis B lagi pada minggu 26-28. Lalu mengulanginya lagi pada minggu 36, sebelum melahirkan. Jenis tes hepatitis B yang dilakukan adalah:
- Hepatitis B surface Antigen (HBsAg)
Tes ini dilakukan dengan menggunakan Rapid Diagnostic Test (RDT) Hepatitis B surface Antigen (HBsAg). HBsAg akan mendeteksi keberadaan virus hepatitis B di dalam darah ibu hamil. Tes ini dapat lebih awal mendeteksi hepatitis B sebelum gejala muncul. Jika hasil HBsAg pada ibu hamil positif, berarti ibu hamil tersebut terinfeksi hepatitis B. Sebaliknya, jika hasil HBsAg pada ibu hamil negatif, berarti ibu tidak terinfeksi hepatitis B.
Perlu diingat jika setelah tes HBsAg Ibu mendapati hasil positif, Ibu tidak perlu panik dan dapat langsung melakukan pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui apakah Ibu mengidap hepatitis B akut atau kronis.
- Hepatitis B surface antibody (anti-HBs)
Tes anti-HBs bekerja dengan mendeteksi sistem kekebalan tubuh Ibu terhadap virus hepatitis B. Berbeda dengan tes HBsAg pada ibu hamil, jika hasil tes anti-HBs positif, berarti ibu hamil dinyatakan aman dari hepatitis B. Lalu jika hasilnya negatif, berarti ibu hamil tidak aman dari hepatitis B dan memerlukan vaksin.
- Total hepatitis core antibody (anti-HBc)
Tes anti-HBc merupakan tes lanjutan untuk mendeteksi hepatitis B yang diderita pasien, apakah termasuk akut atau kronis. Tes ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya antibodi hepatitis B pertama dan yang bertahan seumur hidup. Perlu diketahui bahwa antibodi inti tidak memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis B. Oleh karena itu, saat hasil tes positif maka menunjukkan bahwa terdapat virus hepatitis B.
Selain melakukan screening atau pemeriksaan hepatitis B, ibu hamil juga perlu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga pola hidup sehat agar terhindar dari hepatitis B dan penyakit lainnya.
Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Makan Jengkol dan Pete? Waspada Racun yang Dikandungnya!
HBsAg pada Ibu Hamil
Jika setelah pemeriksaan hepatitis B hasilnya negatif, Ibu dapat meminta vaksin hepatitis B. Tapi bagaimana jika hasilnya positif? Perlu dicatat jika hasil tes HBsAg pada ibu hamil menunjukkan hasil positif, maka ibu hamil disarankan untuk tetap tenang dan tidak panik agar ibu hamil tidak melakukan tindakan yang salah. Beberapa hal yang perlu dilakukan jika HBsAg pada ibu hamil menunjukkan hasil positif adalah:
- Ibu hamil perlu melakukan perawatan lebih lanjut untuk memeriksa fungsi hati ke dokter spesialis.
- Pasangan dan orang-orang terdekat perlu melakukan tes hepatitis B karena memiliki risiko tertular yang tinggi.
- Bedah caesar tidak diperlukan untuk mengurangi risiko penularan virus hepatitis B dari ibu hamil ke bayi.
Selain itu, pencegahan penularan virus hepatitis B pada bayi juga akan dilakukan oleh tenaga medis. Bayi yang baru lahir dari ibu yang terinfeksi hepatitis B nantinya akan diberi vaksin hepatitis B dan Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg). Jika vaksin-vaksin tersebut diberikan dengan benar maka terdapat kemungkinan 90% bayi akan terlindungi dari infeksi hepatitis B seumur hidup. Suntikan harus diberikan secepat mungkin setelah persalinan, maksimal 12 jam pertama setelah kelahiran. Kemudian bayi harus mendapatkan vaksin hepatitis B kedua dan ketiga saat pemeriksaan kesehatan teratur agar terlindung dari hepatitis B. Jika hal-hal ini dilakukan, maka ibu yang terinfeksi hepatitis B tetap dapat memberikan ASI pada bayinya.
Itulah beberapa hal mengenai hepatitis B pada ibu hamil. Lakukan pemeriksaan hepatitis B sedini mungkin sebagai langkah awal menjaga diri dan kesehatan calon buah hati dari hepatitis B. Selalu terapkan pola hidup sehat agar Ibu dan calon bayi selalu dalam keadaan baik. Bagikan juga artikel ini pada teman dan kerabat agar lebih waspada terhadap hepatitis B. Dapatkan aplikasi Bukubumil di Playstore untuk memantau si kecil dimanapun dan kapanpun!
Referensi
Amtarina, Rina., Arfianti., A. Zainal., F. Chandra. Faktor Risiko Hepatitis B pada Tenaga Kesehatan Kota Pekanbaru. Bandung Medical Journal, 41 (3). https://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/viewFile/245/pdf_107
Hepatitis B and Hepatitis C in Pregnancy. Diakses pada Juli 30, 2023. https://www.acog.org/womens-health/faqs/hepatitis-b-and-hepatitis-c-in-pregnancy#:~:text=About%209%20in%2010%20pregnant,fluids%20during%20labor%20and%20delivery.
Hepatitis B dalam Kehamilan. Diakses pada Juli 30, 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/652/hepatitis-b-dalam-kehamilan
Hepatitis B Information for Pregnant Persons. Diakses pada Juli 30, 2023. https://www.health.state.mn.us/diseases/hepatitis/b/preg.html
Hepatitis B. Diakses pada Juli 30, 2023. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hepatitis-b/symptoms-causes/syc-20366802
Hepatitis: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Pengobatan. Diakses pada Juli 31, 2023. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1993/hepatitis-jenis-penyebab-gejala-dan-pengobatan
Mengenal Penyakit Hepatitis yang Ada di Indonesia: Hepatitis A, B, C, D dan E. Diakses pada Juli 31, 2023. https://fk.ui.ac.id/infosehat/mengenal-penyakit-hepatitis-yang-ada-di-indonesia-hepatitis-a-b-c-d-dan-e/
Pemeriksaan Hepatitis B pada Ibu Hamil. Diakses pada Agustus 1, 2023. https://puskesmaspadureso.kebumenkab.go.id/index.php/web/post/203/pemeriksaan-hepatitis-b-pada-ibu-hamil
Sirilert, S., & Tongsong, T. (2021). Hepatitis B Virus Infection in Pregnancy: Immunological Response, Natural Course and Pregnancy Outcomes. Journal of clinical medicine, 10(13), 2926. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8267880/#:~:text=Interestingly%2C%20the%20impact%20of%20HBV,hepatitis%20e%20antigen%20(HBeAg).
Why the First Prenatal Visit Should Involve a Hepatitis B Test. Diakses pada Agustus 1, 2023. https://www.healthline.com/health-news/all-pregnant-woman-should-be-tested-for-hep-b#What-is-hepatitis-B?