6 Risiko Hamil Di Usia Tua

hamil di usia tua
Hamil di Usia Tua

Ibu yang hamil di usia tua, yaitu diatas 35 tahun, awalnya dikenal dengan istilah geriatric pregnancy. Namun, semakin maraknya peristiwa hamil di usia tua, istilah yang lebih populer adalah Advanced Maternal Age (AMA). Kondisi fisik wanita menurun seiring bertambahnya usia sehingga hamil di usia tua dianggap rentan dan berisiko. Menurut National Health Service (NHS), puncak kesuburan wanita dan kualitas telur terbaik terjadi saat berusia 20-30 tahun. Namun, akan terjadi penurunan jumlah sel telur secara perlahan di umur 32 tahun dan secara drastis setelah umur 35 tahun. 

Apa saja risiko hamil di usia tua?

Secara biologis, kesehatan reproduksi wanita menurun di usia tua. Hal ini berhubungan dengan menurunnya kualitas sel telur dan sangat kemungkinan besar terjadi anomali kromosom yang banyak ditemukan saat trimester pertama. Faktor lainnya disebabkan meningkatnya potensi penyakit kronis seiring bertambahnya usia, terlepas dari hamil atau tidak. Sebagai contoh, tekanan darah pada wanita yang sudah menopause akan lebih sensitif pada diet yang mengandung garam – yang dapat berakhir tekanan darah tinggi.

Beberapa risiko hamil di usia tua adalah:

  1. PRE-EKLAMSIA
Tekanan Darah Berhubungan dengan Preeklamsia
Tekanan Darah Berhubungan dengan Preeklamsia

Pada usia kehamilan 20 minggu, Ibu perlu waspada dengan kondisi preeklamsia. Kondisi ini ditandai dengan tekanan darah ibu yang terlalu tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) dan meningkatnya kadar protein di urin. Penelitian di Surabaya menunjukan Ibu yang hamil di usia tua berisiko 5 kali lipat menderita preeklamsia dibandingkan wanita di usia subur. Ibu perlu segera mendapat penanganan untuk mencegah komplikasi atau berlanjut menjadi eklamsia. 

  1. DIABETES MELITUS GESTASIONAL (DMG)
Cek Gula Darah Penentu Diabetes
Cek Gula Darah Penentu Diabetes

DMG adalah gangguan toleransi karbohidrat sehingga kadar gula darah meningkat. Kondisi ini dapat terjadi pada Ibu yang hamil di usia tua, obesitas/kegemukan, memiliki riwayat DM di keluarga, DMG pada kehamilan sebelumnya, riwayat stillbirth (kematian bayi dalam kandungan), dan riwayat melahirkan bayi dengan kondisi cacat lahir (kelainan kongenital) seperti bibir sumbing, kelainan jantung bawaan, kelainan bentuk tangan dan kaki. Jika tidak segera diatasi, dapat menimbulkan komplikasi pada ibu, seperti preeklamsia/eklamsia, berpotensi tinggi bersalin secara sesar, dan berisiko mengidap DM tipe 2. Sedangkan efeknya pada bayi adalah menimbulkan makrosomia (ukuran bayi besar), stillbirth (kematian janin dalam kandungan), kelainan kongenital, pertumbuhan janin terhambat, dan lahir prematur. 

  1. KOMPLIKASI PERSALINAN

Jenis komplikasi persalinan meliputi:

  • Preeklamsia berat (PEB), 
  • proses kelahiran yang lama, 
  • ketuban pecah dini, 
  • fetal distress (perkembangan janin tidak lancar karena pasokan oksigen kurang), 
  • bayi sungsang, 
  • persalinan prematur, 
  • operasi sesar, dan 
  • berat badan bayi lahir rendah (BBLR). 
  1. BAYI LAHIR PREMATUR

Dikatakan bayi lahir prematur apabila persalinan terjadi pada usia kehamilan 20 sampai  kurang dari 37 minggu. Bayi sangat berisiko mengalami kematian atau lahir dengan berat kurang dari 2,5 kilogram karena kesulitan beradaptasi akibat organ tubuh belum matang. Persalinan prematur ini ada kaitannya dengan kondisi Ibu yang mengalami hipertensi dan diabetes. 

  1. DOWN SYNDROME 

Down Syndrome atau sindrom down merupakan kelainan fisik dan mental yang disebabkan perkembangan abnormal kromosom ke 21. Beberapa ciri fisik bayi yang mengalami Down Syndrome berupa wajah dan hidung datar, kepala berukuran kecil, ukuran tangan dan kaki kecil, mata miring ke arah atas disertai lipatan kulit yang keluar dari kelopak mata. Kondisi ini disebabkan terjadinya penuaan sel telur sehingga pembelahan sel tidak berlangsung semestinya.  

  1. KEGUGURAN

Beberapa penelitian di Indonesia tahun 2010 – 2015 menunjukan adanya hubungan keguguran dengan usia, tingkat pengetahuan/pendidikan Ibu, jenis pekerjaan Ibu yang membutuhkan mobilitas tinggi, riwayat komplikasi kehamilan/persalinan sebelumnya, dan sosial ekonomi. Faktor usia 35 sampai 40 tahun, kemungkinan untuk mengalami keguguran sebesar  20 – 30% dan semakin meningkat di umur 40 tahun keatas. Hal ini disebabkan cadangan telur wanita semakin sedikit dan berkurang kepekaan indung telur terhadap rangsangan hormon Gonadotropin, yaitu hormon yang diproduksi oleh aktivitas sel pada ovarium dan testis yang berperan dalam kesuburan.

Tips Menjalani Kehamilan di Usia Tua 

Bukan hal yang mustahil untuk hamil di usia tua, tapi Ibu butuh usaha ekstra untuk menjaga kesehatan tubuh sendiri dan bayi demi keselamatan keduanya. Tindakan pencegahan yang dapat ibu lakukan:

  1. Meningkatkan pengetahuan

Memiliki pemahaman yang cukup tentang risiko hamil di usia tua bermanfaat untuk mempersiapkan mental Ibu menghadapi berbagai kondisi yang mungkin terjadi. Ibu perlu secara aktif mencari informasi terdapat kelainan atau komplikasi selama kehamilan dapat segera terdeteksi dan berkonsultasi dengan dokter atau bidan sehingga mencegah kematian saat persalinan pada ibu ataupun bayi. Apalagi jika kehamilan pertama, membaca dan aktif bertanya berguna agar Ibu memahami kondisi diri sendiri dan bayi. Akses informasi saat ini mudah didapat melalui internet dan rumah sakit/puskesmas/bidan/klinik terdekat.

  1. Jaga berat badan

Pada masa kehamilan, kenaikan berat badan wajar terjadi. Namun, Ibu tetap perlu mengendalikan dengan konsumsi makanan sehat dan gizi seimbang untuk pemenuhan nutrisi yang tercukupi pada Ibu dan janin. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi obesitas dan kemungkinan diabetes melitus gestasional. 

Berikut ini rekomendasi Center for Disease Control and Prevention (CDC) untuk Ibu yang hamil satu anak berdasarkan Body Mass Index (BMI) sebelum hamil:

Sebelum HamilBatas Kenaikan Berat Badan (Kg)
Kurang (< 18,5)12 – 18 
Normal (18,5 – 24,9)11 – 16
Gemuk (25 – 29,9)7 – 11
Obesitas (≥30)5 – 9
6 Risiko Hamil di Usia Tua: Rekomendasi CDC Batas Kenaikan Berat Badan Ditinjau Dari BMI

Untuk menghitung BMI, dapat dilakukan menggunakan kalkulator BMI dengan menuliskan umur, jenis kelamin, tinggi badan (cm), dan berat badan (kg).

  1. Konsultasi dengan dokter
Konsultasi dengan Dokter
Konsultasi dengan Dokter

Mengingat kehamilan di usia tua berisiko tinggi, tentu keluarga mengharapkan kesehatan dan keselamatan sang Ibu dan anak. Jika Ibu berusia diatas 35 tahun, sedang merencanakan kehamilan atau sedang hamil, penting untuk mendapatkan saran klinis dan pengawasan dari dokter agar sebelum, selama kehamilan, dan proses persalinan terkontrol. Terutama bagi Ibu yang memiliki riwayat penyakit tertentu.

  1. Olahraga / Aktivitas Fisik
Olahraga Aman untuk Ibu Hamil
Olahraga Aman untuk Ibu Hamil

Olahraga atau aktivitas fisik ringan saat hamil membantu Ibu dalam menghadapi perubahan berat dan bentuk badan, mengurangi sakit punggung, meningkatkan energi, dan membantu tidur lebih nyaman. Manfaat lain yang didapat ialah menurunkan potensi diabetes melitus gestasional dan tekanan darah tinggi. Beberapa jenis olahraga yang aman untuk ibu hamil meliputi:

  • Jalan kaki atau lari santai (joging) selama 30 menit,
  • Berenang, 
  • Senam hamil,
  • Yoga atau Pilates, dan
  • Latihan jongkok dan memiringkan panggul
  1. Konsumsi vitamin
Konsumsi Vitamin untuk Ibu Hamil
Konsumsi Vitamin untuk Ibu Hamil

Tentu ibu hamil membutuhkan asupan nutrisi tambahan yang terpenuhi dengan mengonsumsi suplemen atau vitamin. Beberapa diantaranya adalah zat besi, vitamin B9 (asam folat), dan asam lemak omega 3 (DHA). Manfaatnya adalah:

  • Zat besi dapat meningkatkan kadar hemoglobin tubuh, 
  • Vitamin B9 berperan penting dalam perkembangan janin, termasuk pembentukan DNA dan perkembangan sel, 
  • Asam lemak omega-3 dapat meningkatkan kemungkinan Ibu menjaga kehamilannya sampai waktu persalinan yang tepat. 

Dosis untuk masing-masing vitamin disesuaikan dengan kebutuhan Ibu. Oleh karena itu, penting untuk tetap berkonsultasi dengan dokter agar mendapat resep yang tepat guna. 

  1. Hindari merokok dan minuman alkohol
Hindari Rokok dan Alkohol Saat Hamil
Hindari Rokok dan Alkohol Saat Hamil

Rokok dan alkohol tidak baik untuk kesehatan Ibu dan janin karena keduanya dapat meningkatkan kadar karbon monoksida dan nikotin dalam darah. Peningkatan tersebut dapat mengganggu penghantaran oksigen ke plasenta. Akibatnya, pertumbuhan janin dan perkembangan otak akan terhambat. Perilaku merokok dan konsumsi alkohol juga meningkatkan kemungkinan terjadinya aborsi spontan, kelahiran prematur, sudden infant death syndrome (SIDS), dan stillbirth

Referensi:

  1. Advanced Maternal Age (Geriatric Pregnancy): Definition & Risks. (2022, February 28). Cleveland Clinic. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22438-advanced-maternal-age#:%7E:text=What%20are%20my%20chances%20of,about%2020%25%20to%2030%25.
  2. Author: Gina Jaeger, PhD. (2018, December 19). Nutritional Tips for Optimizing Pregnancy After 35. Nordic Naturals. https://www.nordic.com/healthy-science/pregnancy-nutrition-over-35
  3. Bae, H. S. (2011). Lifestyle, nutrient intake, iron status, and pregnancy outcome in pregnant women of advanced maternal age. Nutrition Research and Practice, 5(1), 52. https://doi.org/10.4162/nrp.2011.5.1.52
  4. Bayrampour, H., Heaman, M., Duncan, K. A., & Tough, S. (2012). Advanced maternal age and risk perception: A qualitative study. BMC Pregnancy and Childbirth, 12(1). https://doi.org/10.1186/1471-2393-12-100
  5. Geriatric Pregnancy. (2020, June 17). WebMD. https://www.webmd.com/baby/guide/pregnancy-after-35
  6. Physical Activity and Exercise During Pregnancy and the Postpartum Period. (2020). Obstetrics & Gynecology, 135(4), e178–e188. https://doi.org/10.1097/aog.0000000000003772

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories