Perjalanan kehamilan merupakan pengalaman yang berharga bagi pasangan suami istri. Setiap kehamilan memiliki kisah dan perjuangan yang berbeda-beda. Disamping kebahagiaan, stres juga rentan terjadi saat kehamilan yang dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti fisik, emosional, maupun finansial keluarga. Hal inilah yang membuat pasangan suami istri seringkali bertengkar dan beradu argumen di masa-masa sedang mengandung baby.
Selain berdampak pada psikologis Bumil, pertengkaran saat kehamilan juga memiliki dampak bagi janin dalam kandungan. Pertengkaran bisa berdampak ke otak hingga sistem imun tubuh baby ketika lahir. Kok bisa? Makanya, Ibu dan suami wajib mempelajari bagaimana pertengkaran dapat memberikan efek negatif terhadap kesehatan janin. Nah, kali ini BukuBumil akan menjelaskan dampak pertengkaran bagi janin dalam kandungan. Simak sampai habis dan temukan cara menangani relationship stress selama masa kehamilan!
Table of Contents
Dampak Pertengkaran Bagi Janin Selama Masa Kehamilan
Mengganggu perkembangan otak janin
Dampak pertengkaran bagi janin yang pertama adalah terganggunya perkembangan otak janin dalam kandungan Ibu. Pertengkaran selama masa kehamilan bisa membuat Bumil menjadi stres dan mengganggu kesehatan mental Ibu. Perasaan stres ini tidak hanya dirasakan oleh Ibu, namun juga oleh janin dalam kandungan. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh JAMA Open Network, stres dan tekanan yang disebabkan oleh pertengkaran Ibu dan suami selama kehamilan dapat mempengaruhi perkembangan otak janin.
Walau masih dalam kandungan, emosi marah, teriakan, dan perasaan stres Ibu juga dapat dirasakan oleh janin. Akibatnya, perkembangan otak janin menjadi terhambat. Terhambatnya perkembangan otak janin tidak hanya mempengaruhi IQ atau tingkat kecerdasan bayi, namun juga kemampuannya untuk mengelola emosi dan perilakunya di kemudian hari, termasuk ketika masa kecil dan dewasa.
Janin dengan paparan tingkat stres yang cukup tinggi cenderung rentan mengalami kecemasan. Selain itu, otak janin juga cenderung memiliki bagian amigdala yang lebih besar. Bagian otak tersebut bertugas untuk mengatur respon terhadap rangsangan yang menakutkan serta berhubungan dengan proses perilaku, emosi, dan memori.
Mengingat dampak pertengkaran pada janin ini, sebaiknya pasangan suami istri selalu bijaksana dalam mengelola emosi dan amarah. Hindari untuk menggunakan nada bicara yang tinggi. Ibu juga harus selalu ingat bahwa janin bisa merasakan apa yang Ibu rasakan. Jangan sampai baby merasakan emosi negatif Ibu, ya.
Keterbelakangan fisik saat bayi lahir
Selanjutnya, dampak pertengkaran bagi janin yaitu dapat menyebabkan keterbelakangan fisik dan mental ketika bayi lahir. Pertengkaran yang terjadi secara fisik antara Ibu dan suami tentu dapat membahayakan janin dalam kandungan, bahkan mengancam nyawanya. Dilansir dari American Journal of Epidemiology, Ibu yang pernah terlibat dalam pertengkaran fisik selama masa kehamilan memiliki resiko yang tinggi untuk mengalami bayi lahir mati atau stillbirth.
Selain lahir mati, pertengkaran fisik antara Ibu dan suami dapat menyebabkan keterbelakangan fisik lainnya, seperti kelahiran prematur, berat badan yang rendah saat bayi lahir, cedera fisik, hingga pendarahan. Bahkan, dorongan kecil yang terjadi pada Bumil pun dapat berbahaya bagi Ibu dan bayi. Oleh karena itu, selalu hindari untuk menyakiti secara fisik jika terjadi pertengkaran antara Ibu dan suami, terlebih ketika masa kehamilan.
Tidak hanya pertengkaran fisik, pertengkaran secara verbal antara Ibu dan suami juga dapat menyebabkan masalah besar pada fisik bayi sebagai dampak pertengkaran bagi janin. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Kochi Medical School di Jepang, Bumil yang dibentak oleh suami ketika masa kehamilan dapat menyebabkan masalah pendengaran pada janin dalam kandungan. Riset ini didukung dengan terjadinya peningkatan hingga hampir 50% terhadap resiko bayi yang terlahir dengan masalah pendengaran.
Riset tersebut menjelaskan bahwa hal ini bisa terjadi karena suara keras yang bukan milik Ibu membuat janin merasa tidak nyaman. Nah, ketidaknyamanan ini mengakibatkan adanya hambatan pada perkembangan sistem pendengaran bayi ketika lahir. Hal ini membuat para ahli menyarankan untuk menghindari kekerasan verbal selama masa kehamilan untuk menjaga fungsi pendengaran janin.
Baca juga: Wajib Dilestarikan! Ini 5 Tradisi Kehamilan Unik ala Adat Indonesia
Sistem kekebalan tubuh bayi terganggu
Dampak pertengkaran bagi janin selanjutnya yaitu dapat mengganggu dan menurunkan sistem kekebalan tubuh bayi saat lahir. Dikatakan bahwa tingkat stres Ibu saat kehamilan juga memiliki pengaruh terhadap sistem imun bayi kelak ketika lahir. Tingkat stres tinggi pada Ibu yang sedang hamil dapat menekan sistem kekebalan tubuh bayi, sehingga bayi memiliki kekebalan tubuh yang lemah.
Dengan sistem imun yang lemah, kelak bayi akan lebih mudah terserang penyakit dan masalah kesehatan lain yang dapat menghambat tumbuh kembangnya. Selain penyakit, imun yang lemah juga akan berpengaruh pada berat badan dan penyerapan nutrisi dalam tubuh bayi. Rendahnya kekebalan tubuh akan membuat bayi mudah mengalami infeksi. Lebih parah lagi, hal ini dapat berujung pada stunting.
Meningkatkan resiko kelahiran prematur
Meningkatnya resiko kelahiran secara prematur juga menjadi dampak pertengkaran bagi janin. Ketika Ibu dan suami sering bertengkar semasa kehamilan, tentu akan berdampak pada kondisi janin, bahkan hingga mendekati waktu kelahiran. Bayi dalam kandungan Ibu bisa terancam dilahirkan sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu atau yang biasa disebut prematur.
Saat Ibu sering bertengkar dengan suami, maka tekanan darah Ibu akan meningkat. Tekanan darah yang meningkat secara berulang dapat memicu kondisi hipertensi pada Ibu. Kondisi ini akan memperbesar resiko kelahiran prematur dan memungkinkan bayi lahir dengan berat badan yang rendah.
Tak hanya itu, hipertensi yang terjadi saat kehamilan juga membuat berkurangnya aliran darah ke plasenta. Kondisi ini dapat membuat janin mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Jika dibiarkan, maka dapat berujung pada kelahiran prematur.
Cara Menangani Relationship Stress Selama Masa Kehamilan
Setelah mengetahui dampak pertengkaran bagi janin dalam kandungan, Ibu pasti gak mau kan mengambil resiko pertengkaran sampai membahayakan janin. Pertengkaran antara pasangan suami istri pasti akan terjadi, termasuk saat kehamilan. Namun, Ibu dan suami harus selalu bijak menanggapi pertengkaran tersebut.
Selain bijak menanggapi pertengkaran, Ibu dan suami juga harus belajar menangani emosi yang muncul akibat pertengkaran, salah satunya stres. Ibu wajib mengelola stres dengan baik selama kehamilan, mengingat emosi tersebut juga dapat dirasakan oleh janin. Perasaan stres yang muncul akibat pertengkaran dengan pasangan disebut dengan relationship stress.
Relationship stress perlu ditangani dengan tepat untuk mencegah pertengkaran berkepanjangan antara pasangan suami istri. Selain itu, stres ini juga perlu dicegah agar terhindar dari berbagai efek negatifnya terhadap kehamilan Ibu. Berikut beberapa cara yang bisa Ibu terapkan untuk menangani relationship stress selama masa kehamilan.
Pertama, selalu ingat bahwa komunikasi adalah kunci dari sebuah hubungan. Komunikasi antara pasangan suami istri sangat dibutuhkan selama masa kehamilan untuk menghindari konflik dan dampak pertengkaran bagi janin dalam kandungan. Bicarakan tentang apa yang Ibu rasakan kepada suami, begitu juga sebaliknya. Hal ini juga berlaku untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan oleh Ibu dan suami. Fokus pada perasaan satu sama lain dan pertimbangkan situasi yang tepat untuk berkomunikasi.
Kedua, sediakan waktu untuk pasangan. Quality time sangat penting bagi pasangan, termasuk saat masa kehamilan. Ibu dan suami perlu ingat bahwa kehamilan membawa perubahan bagi kedua pihak. Sehingga, penting untuk saling mendukung satu sama lain. Quality time diperlukan agar pasangan tahu bahwa mereka tidak sendirian. Selain itu, quality time juga dapat menjadi waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pasangan dan menghindari dampak pertengkaran selama kehamilan.
Ketiga, ambil nafas sebelum berbicara ketika bertengkar. Hormon yang tidak seimbang selama kehamilan seringkali menyebabkan Ibu mudah marah terhadap banyak hal. Ketika Ibu merasa moody dan emosional, segera tarik nafas panjang untuk menenangkan pikiran. Cara ini dapat mencegah Ibu dari argumen dan pertengkaran, serta terhindar dari stres bahkan sebelum stres itu terjadi. Dengan langkah sederhana ini diharapkan Ibu tidak merasakan dampak pertengkaran yang membahayakan janin.
Baca juga: 8 Mitos Gerhana Bulan bagi Ibu Hamil, yang ke-5 Ngeri Banget
Nah, sekarang Ibu sudah paham kan bahaya konflik pasutri dan dampak pertengkaran bagi janin. Sebagai pasangan suami istri yang hidup bersama, pasti akan ada konflik yang tidak bisa dihindari. Terlebih saat masa kehamilan, dimana hormon Ibu sedang tidak seimbang. Namun, Ibu dan suami perlu mengelola emosi dan menanggapi pertengkaran dengan bijak agar tidak terjadi relationship stress saat hamil. Hindari pertengkaran fisik dan cekcok verbal yang berlebihan karena dapat membahayakan janin dan diri Ibu. So, menurut Ibu cara apa yang paling jitu buat menangani relationship stress saat kehamilan? Yuk, share pengalaman Ibu dan lihat cerita moms lainnya di aplikasi BukuBumil!
Referensi:
- Ethridge, Maggie May. (2016). Will A Big Fight Hurt My Baby? 3 Things to Consider Before The Screaming Match Ensues. Dikutip dari https://www.romper.com/p/will-a-big-fight-hurt-my-baby-3-things-to-consider-before-the-screaming-match-ensues-5106
- LaMotte, Sandee. (2020). Stress During Pregnancy May Harm Unborn Baby’s Brain, Studies Find. Dikutip dari https://edition.cnn.com/2020/12/07/health/pregnancy-stress-fetal-impact-study-wellness/index.html
- Pochin, Courtney. (2019). Fathers-To-Be Who Shout at Pregnant Partner Should Cause Major Problems For Baby. Dikutip dari https://www.mirror.co.uk/lifestyle/sex-relationships/relationships/you-should-never-shout-pregnant-14082472
- Smith, Sylvia. (2023). How to Handle Relationship Stress During Pregnancy: 10 Ways. Dikutip dari https://www.marriage.com/advice/pregnancy/stressful-relationship-during-pregnancy/