Kasus anemia ibu hamil di Indonesia mencapai 48,9% di tahun 2019. Tingginya angka kejadian tersebut, mengingatkan Bunda untuk terus rajin menggali informasi lengkap mengenai anemia agar mampu mengenal, mencegah, dan mengatasinya. Lantas, seperti apa gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya? Simak secara lengkap di BukuBumil!
Table of Contents
Penyebab Anemia Ibu Hamil
Haemoglobin yang terkandung dalam darah bertugas membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh. Apabila kurang, maka akan menyebabkan penyakit anemia. Anemia ibu hamil adalah kondisi kehamilan yang konsentrasi haemoglobinnya <11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, <10,5 g/dL pada trimester kedua, dan <10 g/dL pada pasca persalinan.
Penyakit anemia pada ibu hamil adalah kondisi kurangnya haemoglobin dalam darah di bawah batas normal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat pembentuk haemoglobin yaitu zat besi. Maka dari itu, kalau Bunda atau kerabat ada yang menginap penyakit ini, disarankan agar mengkonsumsi makanan dan minuman yang tinggi zat besi.
Gejala Anemia Ibu Hamil
Kondisi kurangnya haemoglobin dalam darah mengakibatkan kurangnya asupan oksigen ke seluruh jaringan. Hal ini menimbulkan beragam gejala. Berikut ini beberapa gejala anemia ibu hamil :
- Toleransi aktivitas fisik menjadi berkurang
- Sesak nafas saat aktivitas ringan
- Mudah lelah
Apabila anemia ibu hamil semakin parah, Bunda bisa menemukan gejala umum seperti ini :
- Penurunan kinerja dan daya tahan tubuh
- Gangguan konsentrasi dan kognitif
- Pucat seluruh tubuh
- Pusing berputar
- Gelisah
- Apatis
- Sesak
Gejala anemia ibu hamil bisa persis seperti yang telah dijelaskan atau bahkan lebih buruk daripada itu, tergantung dari tingkat keparahan maupun komorbid yang ada pada Bunda. Jika ditemukan ciri-ciri yang tidak biasa pada tubuh, sebaiknya Bunda konsultasikan ke dokter.
Dampak Anemia Ibu Hamil
Bunda yang sedang hamil wajib mengkonsumsi makanan dan minuman kaya zat besi secara rutin. Hal ini karena zat besi dapat membentuk sel darah baru yang dapat berguna untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan zat guzu janin sampai lahir ke dunia. Semakin berumur usia kehamilan, perkembangan janinnya semakin cepat sehingga kebutuhan zat besinya semakin tinggi. Jikalau tidak terpenuhi, maka berdampak pada bayi sebagai berikut :
1. Bayi Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah
Sedikitnya zat besi mengakibatkan zat gizi janin menjadi sedikit. Hal ini tentu mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya sehingga bayi beresiko dengan berat badan di bawah normal.
2. Janin dalam Kondisi IUGR
Intrauterine Growth Restriction (IUGR) adalah kondisi janin yang tidak bisa berkembang sempurna akibat faktor lingkungan dan genetik. Kerusakan plasenta mengakibatkan pasokan oksigen dan zat gizi ke janin terganggu dan perkembangan janin menjadi tidak normal. Nah, ibu hamil dengan kondisi anemia akan meningkatkan risiko janin dalam kondisi IUGR.
3. Bayi Lahir Prematur
Dampak anemia ibu hamil selanjutnya akan melahirkan bayi secara prematur. Bayi dikatakan prematur apabila lahir sebelum usia 37 minggu dari dalam kandungan ibu. Semakin parah anemia ibu hamil akan semakin tinggi risiko bayi yang lahir secara prematur.
4. Kematian Janin
Bunda lebih sering menyebutnya dengan istilah ‘keguguran’. Keguguran adalah kematian janin secara spontan dalam kandungan. Semakin parah anemia ibu hamil, semakin tinggi kematian janin. Apalagi jika ibu kekurangan zat besi di trimester kedua dan ketiga, maka risikonya juga tinggi sebab di usia itulah asupan gizi dan oksigen sangat dibutuhkan.
5. Kematian Bayi Pasca Lahir
Dampak anemia ibu hamil juga bisa berakibat pada kematian bayi setelag lahir ke dunia. Semakin parah anemia ibu hamil, maka risikonya akan semakin tinggi. Berbeda dengan kematian janin, kematian bayi pasca kelahiran ini lebih berisiko tinggi pada ibu hamil yang kekurangan zat besi di trimester pertama daripada ibu hamil trimester ketiga.
Baca juga : Hindari! Ini 10 Buah yang Berbahaya untuk Ibu Hamil
Cara Mencegah Anemia Ibu Hamil
Setelah membahas penyebab, gejala, dan dampak dari anemia, Bunda semakin teredukasi terkait apa itu anemia. Tidak berhenti sampai sini, selanjutnya BukuBumil akan bahas cara pencegahannya supaya Bunda bisa terjauhi dari bahaya anemia. Mari simak beberapa cara mencegah anemia ibu hamil yang bisa Bunda terapkan :
1. Istirahat Cukup
Pasalnya, sering bergadang dapat menurunkan konsentrasi haemoglobin dalam darah sehingga risiko anemia meningkat. Sebaliknya, istirahat yang cukup akan membantu Bunda terhindar dari bahaya anemia serta membantu memulihkan kondisi penderita anemia supaya tidak semakin parah.
2. Konsumsi Makanan yang Banyak Mengandung Zat Besi
Konsumsi makanan kaya zat besi bertujuan agar jumlah haemoglobin dalam sel darah merah bertambah dan oksigen dapat memasuki seluruh jaringan tubuh Bunda. Dengan demikian, fungsi tubuh bisa bekerja dengan baik, diantaranya dapat meningkatkan stamina, membantu proses pencernaan, meningkatkan sistem imunitas, hingga memperoleh fokus tubuh.
3. Rutin Periksa Haemoglobin Selama Masa Kehamilan
Cara mencegah anemia ibu hamil selanjutnya yaitu dengan rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter, termasuk memeriksa konsentrasi haemoglobin agar Bunda akan tahu kondisi kesehatan tubuh dan janin yang sedang dikandung. Untuk pemeriksaan haemoglobin, sebaiknya lakukan 2x di trimester pertama dan ketiga kehamilan.
4. Konsumsi Tablet Penambah Zat Besi Selama Kehamilan
Tablet penambah darah sudah jadi keharusan bagi wanita untuk meminumnya, khususnya ketika masih duduk di bangku sekolah. Sama halnya dengan ibu hamil, namun konsumsinya harus dilakukan atas persetujuan dokter supaya tidak salah dosis dan tidak menimbulkan efek samping pada ibu maupun janin.
Baca juga : Nyaman! Ini 10 Rekomendasi Posisi Tidur Ibu Hamil Trimester 2
Cara Mengatasi Anemia Ibu Hamil
Ibu hamil rentan alami anemia. Kebutuhan darah yang meningkat untuk pertumbuhan janin tidak bisa tercukupi sehingga berakibat buruk terhadap Bunda maupun janin. Maka dari itu, BukuBumil ingin menjelaskan cara-cara mengatasi anemia ibu hamil supaya Bunda dapat meminimalisir bahaya yang mungkin terjadi, salah satunya bayi lahir prematur.
1. Perbanyak Konsumsi Makanan dan Minuman yang Mengandung Zat Besi
Makanan kaya zat besi diantaranya daging sapi, daging ayam, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau. Sedangkan minuman yang baik untuk memaksimalkan penyerapan zat besi yaitu jus jeruk.
Jangan lupa untuk menyortir makanan dan minuman yang masuk ke tubuh. Jadi, Bunda dengan penyakit anemia perlu menghindari makanan dan minuman dengan kalsium tinggi seperti jus prune, susu sapi segar, keju, yogurt, telur, bayam, biji-bijian, kopi, dan teh karena dapat mengurangi zat besi dalam darah.
2. Konsumsi Vitamin dan Suplemen Penambah Zat Besi
Cara mengatasi anemia ibu hamil dengan konsumsi vitamin dan suplemen penambah zat besi harus berdasarkan persetujuan dokter. Setelah mendapatkan persetujuan, Bunda mesti minum secara rutin agar kebutuhan zat besi harian bisa tercukupi.
Hubungan Anemia Ibu Hamil dengan Kejadian Stunting
Siapa sangka ternyata anemia berhubungan dengan kejadian stunting? stunting merupakan kondisi balita dengan tinggi tubuh di bawah rata-rata anak seusianya. Berdasarkan data dari BPS, kejadian stunting di Indonesia dari tahun 2017 ke 2018 meningkat 1,7% yang semula 9,8% menjadi 11,5%. Maka dari itu wajar kalau pemerintah berupaya mengentaskan kejadian stunting dari tahun ke tahun. Kejadian stunting bisa menjadi pengingat bagi Bunda agar lebih memerhatikan kesehatan janin ketika mengandung, salah satunya dengan memerhatikan kondisi tubuh sendiri dan mengontrol asupan gizi supaya tidak mengalami anemia.
Hubungan anemia ibu hamil dengan kejadian stunting karena kurangnya haemoglobin dalam darah bisa mengakibatkan pertumbuhan janin menjadi terhambat sehingga bayi beresiko lahir dengan berat badan di bawah normal. Lalu, anak akan terus tumbuh dengan risiko kekurangan gizi, risiko terganggunya fungsi motorik dan mental, hingga risiko terjadinya cacat fisik.
Baca juga : Apakah Penting Memvaksinasi Bayi? Simak 5 Fakta Ilmiahnya!
Kejadian kurangnya darah rentan dialami wanita, utamanya oleh ibu hamil karena kebutuhan zat besinya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Bahkan, anemia ibu hamil punya andil terhadap kejadian stunting di Indonesia. Setelah selesai membaca artikel ini, semoga Bunda semakin semangat dalam menjaga kesehatan janin yang ada dalam kandungan. Untuk informasi kesehatan ibu hamil lainnya dapat Bunda kunjungi di blog BukuBumil.com.
Referensi
- Anemia dalam Kehamilan (2022) Kemenkes. Available at: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1132/anemia-dalam-kehamilan (Accessed at : 6 November 2023)
- Bagaimana Cara Mengatasi Anemia pada Ibu Hamil (2020) Halodoc. Available at: https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-cara-mengatasi-anemia-pada-ibu-hamil (Accessed at : 6 November 2023)
- Farhan, K. & Dhanny, D. R. (2021). Anemia Ibu Hamil dan Efeknya pada Bayi. Muhammadiyah Journal Of Midwifery, 2 (1), 27 – 33.
- Mirwanti, A., Sari, K., Yanti, L. D., Juliandari, A. K., Yolla, H. O., Elisia., Risna, N., Putri, A., Silvia, A. & Kharisma, E. (2021). Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Universitas Ngudi Waluyo., 1 (1), 164 – 170.
- Rahayu, D. T. (2021). Anemia Pada Kehamilan Dengan Kejadian Stunting Di Desa Gayam Kecamatan Gurah Kabupaten Kediri. Jurnal Umsida, 7 (1), 71 – 84.
- Labiybah, L. A., Aisyah, R. D. & Suparni (2022). Studi Kasus pada Ibu Hamil dengan Anemia Kehamilan.
- Wibowo, N., Irwinda, R. & Hiksas, R. 2021. Anemia Defisiensi Besi pada Kehamilan. UI Publishing.
- https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data/0000/data/1325/sdgs_2/1