Informed Consent Pemasangan KB: Perlukah Izin Suami untuk Pemasangan KB?

konseling kb, konseling keluarga berencana,
pemasangan kb, keluarga berencana, apa itu kb, program keluarga berencana, apa itu keluarga berencana, kb
Informed Consent Pemasangan KB: Perlukah Izin Suami untuk Pemasangan KB? : Mengetahui informed consent kb

Memiliki seorang anak adalah sebuah rezeki dan anugrah membahagiakan dari Tuhan. Beberapa pasangan memiliki target tersendiri dalam menentukan jumlah momongan yang diinginkan dalam keluarga kecilnya. Namun tak sedikit pasangan yang berselisih paham soal jumlah anak yang diinginkan. Contohnya ada suami yang menginginkan anak lebih dari satu, tapi istri hanya menginginkan satu orang anak. Perbedaan pendapat seperti ini pasti membuat Ibu bingung dalam pemasangan KB, apakah sebaiknya memasang KB diam-diam tanpa sepengetahuan suami adalah cara yang benar? Tidak bisakah pemasangan KB hanya melalui keinginan istri saja? Atau apakah pemasangan KB memang seharusnya perlu mengantongi izin suami terlebih dahulu? Mari kita kupas informed consent yang benar bersama Bukubumil! 

Mengenal Keluarga Berencana

konseling kb, konseling keluarga berencana, pemasangan kb, keluarga berencana, apa itu kb, program keluarga berencana, apa itu keluarga berencana, kb
Informed Consent Pemasangan KB: Perlukah Izin Suami untuk Pemasangan KB? : Mengenal keluarga berencana

KB memiliki kepanjangan Keluarga Berencana. Definisi Keluarga Berencana menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) (1997) adalah gerakan yang dilakukan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Keluarga Berencana dilakukan untuk mengukur jumlah anak yang diinginkan dengan mencegah atau menunda kehamilan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta meningkatkan kesehatan keluarga.

Baca juga: Sebelum Promil, Lakukan 7 Persiapan Fisik Ini

Jenis – Jenis KB

Keluarga Berencana dapat dilakukan dengan 2 metode utama, yakni kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat.

Kontrasepsi tanpa alat:

  1. Senggama terputus

Pada metode ini, senggama dilakukan seperti biasa, namun saat berada pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari lubang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Kontrasepsi jenis ini sering kali gagal karena suami belum tentu mengetahui kapan spermanya akan keluar sehingga tidak direkomendasikan.

  1.  Pantang berkala

Kontrasepsi jenis ini dilakukan dengan tidak bersenggama saat istri berada pada masa subur. Cara ini juga kurang direkomendasikan karena membuat suami dan istri harus menahan hasrat bersenggama dan terdapat kemungkinan istri salah menghitung siklus haidnya.

Kontrasepsi dengan alat:

  1.  Kondom

Alat ini merupakan alat yang populer di masyarakat dan dapat ditemukan di beberapa minimarket. Kondom adalah kantung karet tipis berbahan lateks yang digunakan untuk menutupi penis yang berdiri atau tegang sebelum dimasukkan ke lubang vagina. Perlu diingat bahwa alat ini merupakan alat kontrasepsi sementara saat metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

  1. Diafragma

Diafragma adalah alat berbahan lateks berbentuk bulat cembung yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual. Alat ini bekerja dengan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses untuk mencapai uterus dan tuba falopi.

Diafragma memiliki jenis:

  • Flat spring (flat metal band),
  • Coil spring (coiled wire), dan
  • Arching spring.
  1. Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya berupa non oksinol-9) yang berfungsi untuk menon-aktifkan atau membunuh sperma. Alat ini bekerja dengan memecah sel membrane sperma, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Spermisida memiliki jenis:

  • Aerosol,
  • Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film, dan
  • Krim.
  1. KB suntik

KB suntik merupakan metode kontrasepsi dengan alat berupa suntikan hormonal untuk mencegah terjadinya kehamilan. Suntik KB memiliki dua jenis, yakni yang dapat bertahan selama satu bulan, dan yang memiliki jangka waktu tiga bulan.

  1. KB pil

Seperti namanya, KB pil membantu mencegah kehamilan dengan bantuan pil yang diminum secara teratur.

KB pil dibagi ke dalam 2 jenis:

  • Pil gabungan atau kombinasi

Pil ini mengandung hormon estrogen dan progestin. Pil jenis ini menggunakan manfaat dari cara kerja kedua hormon tersebut untuk mencegah kehamilan.

  •  Pil khusus-Progestin (pil mini)

Berbeda dengan pil jenis gabungan, pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan mencegah kehamilan dengan cara mengubah mukosa dari leher Rahim sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Pil ini juga mengubah lingkungan lapisan dalam rahim atau endometrium yang nantinya dapat menghambat peletakan telur yang telah dibuahi.

  1. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) atau IUD (Intra Urine Device)

AKDR atau IUD adalah alat berbahan polietilen dengan atau tanpa metal atau steroid yang dimasukkan ke dalam rahim. Metode IUD merupakan kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan jangka panjang dibandingkan metode kontrasepsi lainnya seperti tubektomi, vasektomi, dan implan. IUD bekerja dengan mencegah masuknya spermatozoa ke dalam saluran tuba. Alat ini memiliki jangka waktu penggunaan antara 2 hingga 10 tahun.

IUD memiliki 4 jenis, yakni:

  • Copper-T (berbentuk huruf T dan bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus),
  • Copper-7(berbentuk seperti angka “7” dengan ukuran diameter batang vertical 32 mm dan dililit kawat tembaga dengan luas permukaan 20 mm2),
  • Multi Load (berbentuk seperti sayap fleksibel), dan
  • Lippies Loop (berbentuk spiral atau huruf “S” bersambung.
  1. Kontrasepsi Implan atau kontrasepsi bawah kulit (AKBK)

AKBK adalah alat kontrasepsi hormonal yang terbuat dari karet silastik dan dipasang pada lengan atas. Alat ini merupakan alat kontrasepsi jangka panjang karena dapat melindungi hingga paling lama 5 tahun. AKBK bekerja dengan mengeluarkan hormone sedikit demi sedikit untuk menghalangi terjadinya pembuahan dan menghalangi migrasi sperma.

Baca juga: Skoliosis pada Ibu Hamil: Dampak pada Janin dan Ibu

  1. Kontrasepsi tubektomi (sterilisasi pada wanita)

Metode ini merupakan metode dengan tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tidak dapat memiliki keturunan lagi. Setelah melakukan metode ini, maka tidak diperlukan lagi penggunaan alat-alat kontrasepsi.

  1. Kontrasepsi vasektomi

Sama seperti tubektomi, vasektomi juga merupakan metode kontrasepsi yang mengakibatkan pria mandul secara permanen. Pada metode ini, vas deferens (saluran yang membawa sperma dari testis ke penis) dipotong atau disumbat untuk mencegah sperma bercampur dengan air mani saat pria ejakulasi sehingga tidak terjadi pembuahan. Setelah melakukan vasektomi, pria masih dapat ejakulasi dan ereksi namun tidak akan mengandung sperma.

Pemasangan KB

konseling kb, konseling keluarga berencana, pemasangan kb, keluarga berencana, apa itu kb, program keluarga berencana, apa itu keluarga berencana, kb
Informed Consent Pemasangan KB: Perlukah Izin Suami untuk Pemasangan KB? : Pemasangan KB

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, KB memiliki banyak jenis yang dapat dipilih oleh tiap pasangan. Dalam pemasangan KB, terdapat beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh Ibu dan suami, seperti:

  • Alat kontrasepsi dapat digunakan oleh pria atau wanita, pemilihan pengguna alat akan menentukan jenis alat yang akan digunakan.

Alat kontrasepsi dapat digunakan oleh pria atau wanita, pemilihan pengguna alat akan menentukan jenis alat yang akan digunakan.

  • Jangka waktu penundaan kehamilan

Terdapat dua jenis utama alat kontrasepsi, yakni jangka panjang dan pendek. Salah satu contoh alat yang termasuk alat kontrasepsi jangka panjang adalah IUD, sedangkan yang termasuk alat kontrasepsi jangka pendek adalah kondom.

  • Usia pengguna alat kontrasepsi

Beberapa alat kontrasepsi memiliki kriteria minimal usia bagi penggunanya.

  •  Keadaan pengguna alat kontrasepsi

Beberapa alat kontrasepsi memiliki kriteria kesehatan dan riwayat penyakit bagi penggunanya. Misalnya KB pil khusus yang tidak boleh digunakan oleh wanita yang menderita hepatitis dan hipertensi.

  •  Efek samping penggunaan alat kontrasepsi.

Beberapa alat kontrasepsi memiliki efek samping bagi penggunanya. Misalnya KB pil yang dapat mengakibatkan hiperpigmentasi (bercak hitam di pipi), mual, dan pendarahan di luar haid bagi penggunanya.

Pilihlah dengan bijak alat kontrasepsi yang akan digunakan dengan menimbang hal-hal tersebut. Perlu diingat bahwa setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga perencanaan penggunaannya harus diperhitungkan dengan teliti cermat untuk menjaga kesehatan pengguna alat kontrasepsi. 

Baca juga: Memelihara Hewan Saat Hamil? Catat 12 Dampaknya Bagi Ibu!

konseling kb, konseling keluarga berencana, pemasangan kb, keluarga berencana, apa itu kb, program keluarga berencana, apa itu keluarga berencana, kb
Informed Consent Pemasangan KB: Perlukah Izin Suami untuk Pemasangan KB? : Informed consent KB

Pengambilan keputusan dalam hal reproduksi, yakni kehamilan, tentunya merupakan keputusan yang harus didiskusikan dan diambil oleh pasangan suami istri. Hal ini penting untuk memenuhi keinginan reproduksi individu, baik itu suami maupun istri. Tidak setujunya salah satu pihak mengenai ukuran keluarga dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan yang nantinya dapat mempengaruhi keharmonisan pasangan dan keluarga.

Informed consent atau Persetujuan Tindakan Kedokteran itu sendiri menurut Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989 adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Informed consent KB penting untuk dilakukan karena selain pasien atau calon peserta KB harus menyetujui tindakan medis dari pemasangan atau tindakan KB tersebut, pasien atau calon peserta KB juga perlu mengetahui segala jenis informasi sebelum menentukan penggunaan jenis KB yang dipilih. Informasi mengenai pemasangan KB yang didapat harus lengkap seperti informasi tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari KB yang dipilih, risiko dari KB yang dipilih, alternatif dari KB yang dipilih, dan hal yang mungkin terjadi jika KB tersebut tidak dilakukan.

Sejatinya persoalan KB dan kesehatan wanita merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami istri, bukan hanya tanggung jawab wanita atau istri. Jika melihat dari UU No. 10 tahun 1992 pasal 19, terlihat bahwa kedudukan suami dan istri adalah sederajat dalam hal merencanakan kelahiran. Berdasarkan peraturan tersebut, maka setiap penggunaan kontrasepsi yang dilakukan oleh istri maupun oleh suami harus mendapatkan persetujuan dari pasangannya. Adanya kesepahaman dari suami dan istri juga akan membantu menghindari ketidaksesuaian informasi tindakan medis yang dilakukan.

Oleh karena kesehatan wanita merupakan tanggung jawab bersama pasangan suami istri seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebaiknya informed consent atau persetujuan dalam menggunakan atau pemasangan KB perlu melalui izin suami. Begitu pula dengan suami, sebaiknya mengantongi izin istri terlebih dahulu. Tentunya dengan memikirkan terlebih dahulu pertimbangan-pertimbangan yang ada sebelum menggunakan KB yang dipilih agar tidak merugikan pihak istri atau suami.

Ingatlah pertimbangan-pertimbangan yang perlu dipikirkan sebelum menggunakan KB ya, bu! Kesehatan Ibu dan suami adalah hal utama yang perlu dijaga. Bagikan artikel ini pada keluarga dan kerabat yang masih bingung mengenai KB dan informed consentnya. Download juga aplikasi Bukubumil untuk memantau perkembangan si kecil dimanapun dan kapanpun!

Referensi

Birth control options: Things to consider. Diakses pada Mei 12, 2023. https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/birth-control/in-depth/birth-control-options/art-20045571

Kristiana, Dita. (2021). Tinjauan Yuridis Pelaksanaan Informed Consent Pemasangan AKDR pada akseptor KB. Jurnal Kebidanan, 10 (1). 89-96. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/4974/pdf

Manfaat Program Keluarga Berencana (KB). Diakses pada Mei 11, 2023. https://dppkbpppa.pontianak.go.id/informasi/berita/manfaat-program-keluarga-berencana-kb

Mengenal Vasektomi. Diakses pada Mei 12, 2023. https://rs.ui.ac.id/umum/berita-artikel/artikel-populer/mengenal-vasektomi

Putri, Kusuma Dwi., A. V. Hubeis., S. Sarwoprasodjo. (2019). Kelembagaan dan Capaian Program Keluarga Berencana (KB): dari Era Sentralisasi ke Desentralisasi. Jurnal Kependudukan Indonesia, 14 (1). 1-12. https://ejurnal.kependudukan.lipi.go.id/index.php/jki/article/view/335

Putri, Rani Pratama., D. Oktaria. (2016). Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat Kontrasepsi. MAJORITY, 5 (4). 138-141. https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/900

Safraz, Mariyam., S. Hamid., A. Kulane., R. Jayasuriya. (2023). ‘The wife should do as her husband advises’: Understanding factors influencing contraceptive use decision making among married Pakistani couples—Qualitative study. PLOS ONE, 18 (2). 1-19. https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0277173

Your contraception guide. Diakses pada Mei 12, 2023. https://www.nhs.uk/conditions/contraception/

Yulviana, Rina Yulviana. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Akbk) di Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015. Menara Ilmu, 11 (75). 149-154. https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/158

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories