Waspadai 5 Gejala Preeklamsia saat Hamil

Waspadai 5 Gejala Preeklampsia saat Hamil
Gejala Preeklamsia saat Hamil

Apa itu Preeklamsia?

Preeklamsia atau toksemia, terjadi ketika ibu hamil memiliki tekanan darah yang tinggi tinggi, kelebihan protein dalam urin, dan pembengkakan di kaki tangan. Rasa sakit dapat berkisar dari ringan hingga parah, dan biasanya terjadi di akhir kehamilan, meskipun bisa datang lebih awal atau tepat setelah melahirkan.

Preeklamsia dapat terjadi 20 minggu setelah kehamilan, tetapi itu jarang terjadi. Gejala sering dimulai setelah 34 minggu. Dalam beberapa kasus, gejala muncul setelah melahirkan, biasanya 48 jam setelah melahirkan. Preeklamsia dapat menyebabkan eklamsia, yaitu kondisi serius yang dapat memiliki risiko kesehatan bagi ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian. Eklamsia biasanya melibatkan gejala kejang-kejang.

Satu-satunya cara menyembuhkannya adalah dengan melahirkan. Bahkan setelah melahirkan, gejalanya bisa bertahan 6 minggu atau lebih. Ibu dapat melindungi diri sendiri dengan mempelajari gejala-gejalanya, faktor risiko dan dengan mengunjungi dokter untuk perawatan prenatal secara teratur. Menyadari munculnya gejala lebih awal, dapat menurunkan kemungkinan masalah jangka panjang bagi ibu dan janin. Pastikan Ibu menjalani perawatan pranatal secara teratur, agar dokter atau bidan dapat memantau tekanan darah Ibu.  Segera beritahu dokter atau bidan apabila Ibu mengalami sakit kepala parah, penglihatan kabur atau gangguan visual lainnya, sakit perut parah, atau sesak napas parah.

Waspadai 5 Gejala Preeklampsia saat Hamil
Gejala Preeklamsia saat Hamil

Gejala

Selain pembengkakan (juga disebut edema), protein berlebih dalam urin, dan tekanan darah di atas 130/80, gejala preeklampsia meliputi:

  • Kenaikan berat badan selama 1 atau 2 hari yang signifikan karena peningkatan besar dalam cairan tubuh
  • Nyeri bahu
  • Sakit perut, terutama di sisi kanan atas
  • Sakit kepala parah
  • Perubahan kondisi mental
  • Buang air kecil lebih sedikit atau tidak sama sekali
  • Pusing
  • Kesulitan bernapas
  • Muntah dan mual yang parah
  • Penglihatan berubah seperti lampu berkedip atau kabur

Beberapa wanita dengan preeklamsia tidak memiliki gejala apa pun, jadi penting untuk mengunjungi dokter untuk pemeriksaan tekanan darah dan tes urin secara teratur.

Waspadai 5 Gejala Preeklampsia saat Hamil
Gejala Preeklamsia saat Hamil

Apa Penyebabnya ?

Banyak ahli menyatakan bahwa preeklamsia dan eklamsia terjadi ketika plasenta wanita tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tetapi mereka tidak tahu persis mengapa. Ada yang mengatakan bahwa gizi buruk atau lemak tubuh yang tinggi, kurangnya aliran darah ke rahim bisa berperan, dan gen merupakan beberapa faktor penyebabnya.

Adapun beberapa faktor-faktor yang meningkatkan faktor risiko adalah:

  • Wanita hamil yang berusia remaja atau di atas 40 tahun
  • Hamil pertama kali
  • Memiliki anak sebelumnya dengan jarak kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
  • Kehamilan dengan pasangan baru, bukan ayah dari anak-anak sebelumnya
  • Tekanan darah tinggi sebelum hamil
  • Riwayat preeklamsia
  • Memiliki Ibu atau saudara perempuan yang mengalami preeklamsia
  • Riwayat obesitas
  • Hamil lebih dari satu bayi
  • Fertilisasi in-vitro (bayi tabung)
  • Riwayat diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis
Waspadai 5 Gejala Preeklampsia saat Hamil
Gejala Preeklamsia saat Hamil

Komplikasi yang Dapat Terjadi

Pertumbuhan Janin Terhambat

Preeklamsia mempengaruhi arteri yang membawa darah ke plasenta. Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, bayi mungkin menerima darah, oksigen, serta nutrisi yang tidak memadai. Hal ini dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan janin.

Kelahiran Prematur

Preeklamsia dapat menyebabkan kelahiran prematur yang tidak diprediksi (persalinan sebelum 37 minggu). Bayi yang lahir prematur memiliki peningkatan risiko kesulitan bernapas dan makan, masalah penglihatan atau pendengaran, keterlambatan perkembangan, dan cerebral palsy. Jika, kelahiran prematur sudah diprediksi sebelumnya, beberapa perawatan dapat dilakukan untuk mengurangi beberapa risiko tersebut.

Abrupsi Plasenta

Preeklamsia meningkatkan risiko abrupsi plasenta, yaitu kondisi di mana plasenta terlepas dari dinding bagian dalam rahim sebelum melahirkan. Abrupsi yang parah dapat menyebabkan perdarahan hebat, yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin.

Sindrom HELLP

Sindrom HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, jumlah trombosit rendah) mengancam keselamatan Ibu dan janin, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup bagi ibu. Tanda dan gejala termasuk mual dan muntah, sakit kepala, sakit perut kanan atas, dan perasaan sakit atau tidak sehat secara umum.

Eklamsia

Eklamsia adalah timbulnya kejang atau koma dengan tanda atau gejala preeklamsia. Sangat sulit untuk memprediksi apakah preeklamsia akan berkembang menjadi eklampsia. Eklamsia dapat terjadi tanpa tanda atau gejala preeklamsia yang diamati sebelumnya. Tanda dan gejala yang mungkin muncul sebelum kejang termasuk sakit kepala parah, masalah penglihatan, kebingungan, atau perubahan perilaku. Tapi, seringkali tidak ada gejala atau tanda peringatan. Eklamsia dapat terjadi sebelum, selama atau setelah melahirkan.

Kerusakan Organ Lainnya

Dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, paru-paru, jantung, atau mata, dan dapat menyebabkan stroke atau cedera otak lainnya. Jumlah cedera pada organ lain tergantung pada seberapa parah gejalanya.

Penyakit Kardiovaskular

Dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) di masa depan. Risikonya bahkan lebih besar jika Ibu pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau pernah melahirkan prematur.

Baca juga: 6 Ciri Hamil Anggur yang Harus Diwaspadai

Cara Menurunkan Faktor Risiko

Jika Ibu memiliki faktor risiko di atas, ada beberapa langkah yang dapat diambil sebelum dan selama kehamilan untuk menurunkan faktor risiko.  Langkah-langkah ini dapat mencakup:

  • Menurunkan berat badan jika memiliki kelebihan berat badan/obesitas (sebelum kenaikan berat badan karena kehamilan).
  • Mengontrol tekanan darah dan gula darah (jika memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes sebelum kehamilan).
  • Melakukan olahraga yang teratur.
  • Tidur yang cukup.
  • Makan makanan sehat yang rendah garam dan menghindari kafein.

Selama kehamilan, terutama jika Ibu pernah mengalami preeklampsia sebelumnya, ada baiknya Ibu menjaga kesehatan sebaik mungkin.  Berkonsultasilah dengan dokter terkait cara mengelola kondisi apa pun yang meningkatkan risiko preeklampsia.

Ibu tidak perlu merasa khawatir tidak dapat menjaga janin dengan baik di masa kehamilan. Berkonsultasi dengan dokter dan bidan, serta menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu Ibu mencegah kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi terkait dengan kehamilan, termasuk preeklampsia. Selain itu, Ibu juga bisa mengunduh aplikasi BukuBumil yang menyediakan tips-tips, artikel, dan kelas kehamilan, untuk membantu Ibu dalam menjaga kesehatan, mulai dari masa awal kehamilan hingga persalinan.

Baca juga: 9 Tanda Perilaku Nesting

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories