Kenali Pola Asuh Permisif dan 9 Dampak Negatifnya pada Anak!

Ilustrasi pola asuh permisif pada anak (sumber: depositphotos)

Setiap orang tua memiliki pendekatan yang berbeda dalam berinteraksi dan membimbing anak, yang akan membentuk moral, prinsip, dan perilaku anak. Tidak bisa dipungkiri bahwa ketika membicarakan pola asuh, terdapat banyak keragaman di antara keluarga-keluarga. Hal ini karena orang tua selalu menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, sehingga akan selalu berusaha untuk menerapkan pola asuh yang sehat dan efektif dalam mendidik anak. Meskipun begitu, terkadang orang tua dapat terjebak dalam pola asuh yang terlalu mengizinkan. Bagaimana jika anak diizinkan menjadi “bos” dalam mengambil keputusan?

Nah, inilah yang terjadi pada pola asuh permisif. Pola asuh ini sering menjadi perdebatan karena memberikan kebebasan yang berlebihan dan tanpa batasan yang jelas pada anak. Namun, apakah pola asuh permisif selalu baik? Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih dalam tentang pola asuh permisif dan bagaimana dampak negatifnya terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Yuk, simak informasi selengkapnya!

Pengertian Pola Asuh Permisif

Ilustrasi Ibu dan Ayah memberikan kasih sayang pada anak (sumber: pexels)

Pola asuh permisif (permissive parenting) atau yang juga dikenal indulgent parenting adalah salah satu dari empat jenis gaya pengasuhan yang biasa diterapkan oleh orang tua. Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk melakukan apa yang mereka inginkan tanpa banyak aturan dan ekspektasi dari orang tua. Orang tua yang menganut pola asuh ini sangat responsif dan penuh kasih sayang, tetapi mereka terlalu lunak dan memanjakan anak-anak secara berlebihan. Orang tua yang permisif juga tidak menganggap anak-anak mereka mampu untuk melakukan tugas atau tanggung jawab tertentu yang membutuhkan pengendalian diri. 

Orang tua yang mempraktikkan pola asuh permisif jarang mendisiplinkan anak-anak mereka dan mencoba menghindari pertentangan. Orang tua permisif menganggap diri mereka sebagai teman daripada sebagai orang tua, sehingga tidak diharuskan memiliki perilaku yang dewasa. Orang tua permisif cenderung membiarkan anak-anak untuk mencari tahu dan menentukan segala hal sendiri, tanpa banyak bimbingan atau aturan. Orang tua permisif tidak menghukum anak-anak mereka dan tidak menuntut banyak dari mereka. Bahkan, ketika anak-anak berperilaku buruk dalam hal sosial atau di sekolah, orang tua permisif akan selalu mencari kesalahan pada orang lain. 

Meskipun anak-anak dari orang tua yang menerapkan pola asuh permisif biasanya memiliki harga diri dan keterampilan sosial yang baik, mereka dapat menjadi impulsif, banyak menuntut, egois, dan kurang mampu mengatur diri sendiri. Pola asuh permisif memiliki kelemahan dan dapat memengaruhi perilaku anak di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan yang tepat antara memberikan kebebasan dan aturan yang jelas serta disiplin yang konsisten pada anak. 

Baca juga: Kanker Serviks pada Masa Kehamilan? Cegah dengan 5 Cara Ini!

Ciri-ciri Pola Asuh Permisif

Ilustrasi Ibu dan Ayah penuh kasih sayang pada anak (sumber: depositphotos)

Pola asuh permisif dapat terlihat berbeda dari satu keluarga dengan keluarga lainnya, karena setiap keluarga memiliki keunikan tersendiri. Namun secara umum, ditandai oleh beberapa karakteristik berikut:

  • Orang tua selalu penuh kasih sayang dan perhatian terhadap anak,
  • Orang tua lebih mengutamakan kebebasan anak daripada memberikan tanggung jawab,
  • Orang tua kadang menggunakan sogokan, seperti mainan, hadiah, dan makanan sebagai cara untuk membuat anak berperilaku baik,
  • Orang tua terlihat seperti teman daripada figur otoritas bagi anak, 
  • Orang tua mempertimbangkan pendapat anak dalam pengambilan keputusan besar, 
  • Orang tua selalu menanggapi kebutuhan anak dan memberikan dukungan, 
  • Orang tua tidak memberlakukan konsekuensi atau hukuman atas perilaku buruk anak, 
  • Orang tua tidak mengarahkan atau membimbing anak dalam membuat keputusan, 
  • Orang tua tidak memiliki banyak tuntutan atau harapan pada anak,
  • Orang tua tidak memiliki aturan yang konsisten pada anak atau sedikit aturan yang ada, 
  • Orang tua tidak terlalu fokus pada keamanan, melihat situasi berisiko sebagai tempat untuk belajar, 
  • Orang tua sulit mengatakan “tidak” pada anak, dan
  • Orang tua menolak gagasan untuk mengontrol anak-anak. 

Baca juga: Donor sperma? Ini Dia 5 Hal Penting untuk Program Hamil

Alasan Orang Tua Menerapkan Pola Asuh Permisif

Ilustrasi orang tua takut melihat anaknya sedih (sumber: depositphotos)

Sebagai orang tua, Ibu dan Ayah mungkin memiliki kecenderungan untuk menerapkan pola asuh permisif karena beberapa alasan berikut:

  • Ibu dan Ayah secara alami empatik dan mengutamakan hubungan dengan anak-anak, sehingga dapat merespons kebutuhan mereka dengan baik.
  • Ibu dan Ayah ingin memberikan anak-anak kemandirian dan otonomi yang tidak pernah diperoleh saat Ibu dan Ayah tumbuh dewasa. 
  • Ibu dan Ayah takut membuat anak-anak merasa tidak nyaman dengan batasan dan peraturan. Hal ini termasuk takut melihat anak-anak sedih, kesulitan, stres, atau mengalami sakit apa pun.
  • Ibu dan Ayah tidak ingin kehilangan cinta dari anak-anak dan ingin selalu menjadi teman terbaik mereka.
  • Ibu dan Ayah mungkin tidak memiliki waktu dan kapasitas yang cukup untuk mengatasi tantangan dalam mendidik anak-anak, terutama dalam situasi kehidupan yang sulit. Oleh karena itu, mengalah pada tuntutan anak-anak dapat terasa lebih mudah untuk dilakukan. 

Baca juga: 7 Cara Komunikasi Untuk Menjaga Hubungan Dengan Mertua

Contoh Pola Asuh Permisif

Ilustrasi orang tua memenuhi keinginan anak (sumber: depositphotos)

Berikut beberapa contoh pola asuh permisif yang umumnya terjadi dalam kehidupan sehari-hari:

  • Mengizinkan anak menonton TV, meskipun telah diperingatkan bahwa mereka hanya boleh melakukannya setelah selesai mengerjakan tugas.
  • Membiarkan anak mengerjakan pekerjaan rumah sesuai dengan keinginan mereka, dan tidak menegur apabila mereka menunda atau lupa mengerjakannya.
  • Memberikan apa yang anak inginkan hanya karena mereka menangis atau tidak ingin membuat mereka sedih.
  • Mengizinkan anak begadang di malam hari, meskipun ia harus berangkat ke sekolah keesokan harinya.
  • Tidak menetapkan aturan atau jadwal yang jelas dalam aktivitas anak. Sehingga, anak tidak memiliki waktu yang teratur untuk belajar, bermain, dan tidur.
  • Tidak pernah memaksa anak menyelesaikan tugas atau kewajiban apapun. Misalnya, orang tua hanya meminta anak untuk membereskan mainan setelah bermain, tetapi tidak memaksa anak jika mereka merasa lelah atau tidak mau melakukannya. 
  • Fokus utama selalu pada kebahagiaan anak, bahkan di atas kebahagiaan orang tua sendiri. Misalnya, orang tua akan memprioritaskan keinginan anak, bahkan jika itu berarti mengorbankan keinginan pribadi seperti menonton acara TV yang disukai.

Baca juga: 7 Tips Rahasia Agar Bayi Tidur Nyenyak Sepanjang Malam

Dampak Positif Pola Asuh Permisif

Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif biasanya hangat, ramah, dan penuh kasih sayang, sehingga dapat memberikan beberapa manfaat bagi anak, meliputi:

  1. Anak memiliki tingkat koneksi sosial yang lebih tinggi

Anak-anak yang memiliki orang tua permisif seringkali pandai dalam mengungkapkan emosi, memahami perasaan orang lain, dan membangun hubungan. Menurut penelitian, anak-anak yang memiliki Ibu yang hangat, penuh kasih, dan penyayang memiliki tingkat empati yang lebih tinggi.

  1. Terciptanya hubungan yang positif antara orang tua dan anak

Anak-anak dari orang tua yang permisif mungkin merasa lebih nyaman berbicara dengan orang tua mereka tentang hal-hal yang terjadi dalam kehidupan mereka karena mereka memiliki rasa takut terhadap hukuman atau konsekuensi negatif yang lebih sedikit. Berdasarkan penelitian, pola asuh permisif membantu dalam membentuk ikatan yang aman antara anak dengan orang tua.

  1. Anak memiliki kebebasan untuk mengeksplorasikan diri

Pola asuh permisif memungkinkan anak-anak memiliki lebih banyak kebebasan, sehingga menginspirasi mereka untuk menjalani petualangan baru dengan rasa percaya diri yang lebih besar. 

  1. Anak menjadi lebih kreatif

Ketika anak diberikan sedikit batasan, anak-anak dapat bereksperimen dengan berbagai jenis hobi dengan semangat yang tinggi. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak terlalu ketat memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan kreativitas mereka. 

  1. Mendorong anak untuk berpikir kritis

Orang tua permisif akan secara tidak langsung mendorong anak mereka untuk menggunakan pengetahuan mereka tentang pengalaman masa lalu, mengenali sebab-akibat, menggunakan metode trial and error, serta belajar dari kesalahan saat membuat keputusan dan menyelesaikan masalah, dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. 

  1. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak

Pola asuh permisif memberikan anak-anak kemandirian dan otonomi yang dapat membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri. Ketika anak-anak didorong untuk mengekspresikan diri secara bebas, mereka akan menjadi lebih percaya diri dan bersedia mencoba hal baru, terlepas dari konsekuensi yang mungkin terjadi. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua permisif cenderung memiliki rasa percaya diri yang baik. 

Baca juga: Hamil setelah Berhenti KB? Lakukan 4 Kunci Ini!

Dampak Negatif Pola Asuh Permisif

Orang tua yang mempraktikkan pola asuh permisif cenderung tidak memantau atau mengatur anak-anak mereka, yang menyebabkan anak-anak sulit mengontrol diri. Dalam hal ini, anak-anak juga tidak terbiasa dengan aturan dan disiplin, sehingga mereka tidak memiliki kemampuan untuk bersikap tekun dan tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan. Beberapa dampak negatif pola asuh permisif pada anak antara lain: 

  1. Anak memiliki prestasi akademik yang rendah

Orang tua yang kurang ketat dalam mengawasi dan tidak mendorong anak-anak untuk berprestasi umumnya memiliki anak-anak yang kurang terdisiplin. Hal ini juga dapat menyebabkan anak-anak cenderung tidak memiliki tujuan yang jelas dan tidak bersemangat untuk mencapai sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh besar dengan pola asuh permisif cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah.

  1. Anak menjadi lebih impulsif, agresif, dan kurang mandiri serta bertanggung jawab

Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif cenderung tidak mengontrol atau mengatur perilaku anak mereka, sehingga anak-anak menjadi kurang memahami batasan perilaku yang baik serta dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu, anak-anak juga kurang terlatih dalam mengendalikan diri dan sering mengalami kesulitan dalam mengatur perilaku mereka. Saat merasa tertekan, mereka lebih condong untuk menggunakan tindakan agresif. Sebagai akibatnya, anak rentan mengalami gejala kecemasan dan depresi. 

  1. Anak lebih rentan melakukan kejahatan, penggunaan obat-obatan terlarang, dan alkohol

Anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang menerapkan pola asuh permisif mungkin lebih rentan terhadap perilaku yang melanggar aturan dan penggunaan zat-zat berbahaya, seperti alkohol atau obat-obatan terlarang. 

  1. Anak menjadi sulit dalam membuat keputusan

Anak-anak yang kurang mendapat arahan dan pengawasan yang jelas mungkin merasa sulit untuk menentukan tujuan dan membuat keputusan. Hal ini karena orang tua tidak memberikan aturan atau pedoman, sehingga anak menjadi sulit dalam mempelajari keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang baik. 

  1. Anak kurang mampu dalam mengatur diri

Mengatur emosi adalah keterampilan yang perlu dipelajari, bukan sesuatu yang ada sejak lahir. Anak-anak yang tumbuh besar dengan pola asuh permisif, dibiarkan mengatur aktivitas, perilaku, dan emosi mereka sendiri sejak dini, sehingga mereka dapat mengalami kesulitan dalam mengatur diri sendiri. 

  1. Anak tidak mampu mengelola waktu dan rutinitas

Karena kurangnya struktur dan aturan di rumah, sehingga menyebabkan anak-anak tidak pernah belajar batasan. Ketika orang tua membiarkan anak-anak melakukan apa pun yang mereka inginkan tanpa memberikan batasan, orang tua kehilangan kendali terhadap mereka. Hal ini dapat mengarah pada kebiasaan yang tidak sehat, seperti menonton televisi terlalu banyak, bermain game terlalu banyak, dan makan terlalu banyak. Kondisi ini dapat berdampak pada kebiasaan tidak sehat dan obesitas. 

  1. Anak suka mencari pengakuan dari orang lain

Anak yang dididik dengan pola asuh permisif mungkin akan menjadi tergantung pada pengakuan atau pujian dari orang lain, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri. Mereka mungkin merasa tidak puas dengan prestasi mereka sendiri dan selalu memerlukan pengakuan atau persetujuan dari orang lain untuk merasa berharga atau merasa puas dengan diri mereka sendiri. Ketergantungan pada pengakuan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, emosional, dan kemampuan anak untuk mandiri di masa depan.

  1. Anak menjadi terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang memperhatikan keluarga, teman, dan kerabat mereka

Mengasuh anak dengan pola asuh permisif dapat menyebabkan mereka cenderung menjadi egois dan terlalu fokus pada diri sendiri dan kurang memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang lain, seperti keluarga, teman, dan kerabat. Mereka mungkin tidak mempertimbangan dampak dari tindakan mereka pada orang lain, dan kurang merasakan empati. Akibatnya, hubungan mereka dengan orang-orang di sekitarnya menjadi kurang harmonis. 

  1. Anak menjadi tidak siap dalam menghadapi kehidupan

Orang tua yang bersikap permisif tidak mengajarkan anak-anak mereka kesiapan dalam menghadapi kehidupan yang sebenarnya. Kebiasaan ini mengajarkan anak-anak bahwa mereka dapat melakukan atau mendapatkan apa saja yang mereka inginkan tanpa harus berusaha keras. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini menjadi malas dan tidak bertanggung jawab, karena mengharapkan orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya mereka lakukan sendiri. Namun, dalam kehidupan nyata, seseorang harus melakukan pengorbanan dan menunjukkan usaha untuk mencapai tujuan. Tidak mungkin seseorang hanya duduk santai dan menunggu orang lain untuk membantu. 

Baca juga: 5 Peran Suami Saat Istri Hamil: Penting Tapi Sering Terlupakan

Tips Menerapkan Pola Asuh yang Seimbang pada Anak

Ilustrasi Ibu dan Ayah memberikan anak tanggung jawab dalam membersihkan rumah (sumber: depositphotos)

Peran orang tua yang terlalu permisif mungkin membuat anak merasa dicintai dan terlindungi. Namun, pola asuh seperti ini kurang memberikan batasan yang diperlukan oleh anak untuk belajar keterampilan penting, seperti mengatur emosi dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, para ahli menyarankan untuk menerapkan pola asuh otoritatif yang memadukan kehangatan dan responsivitas dari pola asuh permisif dengan batasan yang jelas konsekuensi alami ketika anak melanggar aturan.  

Pola asuh yang seimbang ini memungkinkan orang tua dapat terus memenuhi kebutuhan anak dalam hal hubungan keamanan dengan konsisten. Dengan demikian, pola asuh seperti ini dapat meningkatkan kesehatan mental anak serta keterampilan anak dalam mengontrol diri dan menjadi lebih mandiri yang lebih baik daripada pola asuh permisif. Berikut beberapa tips yang dapat Ibu dan Ayah lakukan dalam menerapkan pola asuh yang seimbang pada anak:

  • Ubah pola pikir

Orang tua permisif seringkali memiliki rasa empati yang sangat besar dan mencoba melindungi anak-anak mereka dari emosi negatif. Namun, alih-alih menganggap kesedihan anak sebagai sesuatu yang buruk, cobalah untuk melihat perasaan tersebut sebagai kesempatan bagi anak untuk membangun ketahanan dan memahami tentang bagaimana tindakan mereka dapat mempengaruhi orang lain. 

  • Tetapkan aturan yang jelas pada anak

Kemungkinan besar, anak-anak menjadi terbiasa dengan kebebasan, sehingga mereka mungkin menolak saat Ibu dan Ayah menetapkan batasan tentang apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Ibu dan Ayah dapat membantu mereka menyesuaikan diri dengan cara memberi penjelasan tentang perilaku yang baik dan buruk.

  • Libatkan anak dalam membuat aturan

Adakan pertemuan keluarga untuk membahas aturan-aturan yang diperlukan. Tanyakan pendapat anak dan diskusikan aturan tersebut. Namun, keputusan akhir tetap Ibu dan Ayah yang menentukan. 

  • Tentukan konsekuensi dari pelanggaran aturan

Perlu ada konsekuensi yang jelas dan wajar bagi anak yang melanggar aturan. Ibu dan Ayah juga harus memastikan bahwa anak memahami konsekuensi tersebut. Ingatlah untuk menggunakan konsekuensi untuk mendisiplinkan bukan menghukum. 

  • Berikan contoh yang baik untuk anak

Menunjukkan bagaimana Ibu dan Ayah bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan juga dapat membantu anak belajar. Sebagai contoh, setelah Ibu memasak, dapur akan menjadi kotor, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab atas tindakan yang telah dilakukan, Ibu akan membersih dapur. 

  • Berikan anak lebih banyak tanggung jawab

Orang tua permisif seringkali tidak banyak menuntut anak dalam hal tugas rumah tangga. Nah, untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, Ibu dan Ayah dapat menugaskan anak untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga tertentu. Misalnya, menyapu rumah atau halaman. 

  • Berikan penghargaan jika anak berperilaku baik

Memberikan penguatan positif lebih efektif daripada memberikan hukuman. Orang tua dapat memberikan pujian ketika anak berhasil mendapatkan nilai bagus di sekolah atau menyelesaikan tugas rumah. 

  • Bantu anak dalam membuat keputusan

Memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan adalah hal yang penting bagi orang tua, terutama saat anak semakin dewasa dan perlu membuat keputusan yang sulit. Alih-alih memberikan perintah, Ibu dan Ayah dapat membantu mereka untuk mempertimbangkan opsi yang tersedia dan memberikan saran jika diperlukan. 

  • Tetaplah menjadi orang tua yang tegas

Ingatlah bahwa Ibu dan Ayah adalah orang tua, bukan teman untuk anak-anak. Walaupun mencintai mereka, Ibu dan Ayah juga perlu memberikan aturan, harapan, dan batasan. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk belajar keterampilan yang akan bermanfaat bagi hidup mereka.   

  • Konsisten 

Walaupun awalnya sulit untuk menetapkan batasan dan aturan, dengan konsistensi dan keseriusan, anak-anak akan mengerti bahwa Ibu dan Ayah melakukan hal tersebut untuk menjaga keamanan mereka. 

  • Tetap berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan

Tidak dapat dipungkiri bahwa mengubah pola asuh adalah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan waktu serta latihan. Jika Ibu dan Ayah mengalami kesulitan saat melakukan perubahan pada pola asuh, para ahli profesional, seperti konselor atau terapis selalu dapat memberikan dukungan dan bimbingan lebih lanjut.

Baca juga: ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan? Temukan 9 Penyebabnya!

Dalam mengasuh anak, orang tua perlu memahami bahwa memberikan batasan dan aturan yang jelas adalah suatu hal yang tidak boleh dilewatkan. Pola asuh permisif, yang ditandai dengan kurangnya pengawasan dan ketidakkonsistenan, dapat berdampak negatif pada perkembangan anak. Oleh karena itu, sebagai orang tua, penting untuk memberikan anak keseimbangan yang tepat antara aturan dan dukungan agar mereka dapat tumbuh dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses dalam hidup. 

Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga informasi ini bermanfaat! Jangan lupa untuk bagikan artikel ini ke sahabat-sahabat Ibu dan Ayah ya, agar dapat memperkaya pengetahuan dalam merawat anak. Ayah dan Ibu juga download aplikasi BukuBumil di Play Store ya, agar terus update dengan beragam informasi seputar kesehatan dan pola asuh anak lainnya. Semangat, Ibu dan Ayah!

Referensi: 

  1. Better Help. (2023, April 18). What is permissive parenting?. Retrieved April 28, 2023, from https://www.betterhelp.com/advice/parenting/what-is-permissive-parenting-definition-pros-and-cons/ 
  2. Brightside Academy Ohio. (n.d.). What is permissive parenting and how does it affects your child?. Retrieved April 29, 2023, from https://brightsideohio.com/permissive-parenting-style/ 
  3. Brusie, C. (2017, June 22). Should you practice permissive parenting?. Retrieved April 28, 2023, from  https://www.healthline.com/health/parenting/what-is-permissive-parenting
  4. Choosing Therapy. (2021, June 3). Permissive parenting: definition, characteristics, & effectiveness. Retrieved April 29, 2023, from https://www.choosingtherapy.com/permissive-parenting/  
  5. Ciancio, S. (2021, November 12). Permissive parenting style and its effects on children. Retrieved April 28, 2023, from https://www.hli.org/resources/permissive-parenting-style/ 
  6. Fadhilah, H. A., Aisyah, D. S., & Karyawati, L. (2021, November). Dampak pola asuh permisif orang tua terhadap perkembangan sosial-emosional anak usia dini. Early Childhood: Jurnal Pendidikan, 1(2). 90-104. Retrieved April 28, 2023, from  https://journal.umtas.ac.id/index.php/EARLYCHILDHOOD/article/view/1323/800
  7. Heger, E. (2023, February 11). Permissive parenting: experts share the pros and cons. Retrieved April 29, 2023, from https://www.insider.com/guides/parenting/permissive-parenting
  8. Huerta, D. (2022). Why permissive parenting falls shorts. Retrieved April 29, 2023, from https://www.focusonthefamily.com/parenting/why-permissive-parenting-falls-short/
  9. Jacob, D. (2022, May 24). What is example an example of permissive parenting?. Retrieved April 29, 2023, from https://www.medicinenet.com/what_is_an_example_of_permissive_parenting/article.htm
  10. Leladarma., Umaroh, S. K., & Imawati, D. (2021). Gambaran pola asuh permisif orang tua yang memiliki anak putus sekolah. Motivasi, 9(1). Retrieved April 28, 2023, from http://ejurnal.untag-smd.ac.id/index.php/MTV/article/view/5889/5492
  11. Li, P. (2023, April 28). Permissive parenting – why indulgent parenting is bad for your child. Retrieved April 29, 2023, from https://www.parentingforbrain.com/permissive-parenting/ 
  12. Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul. (2022, April 6). Mengenal pola asuh permisif dan dampaknya bagi anak. Retrieved April 27, 2023, from https://dp3appkb.bantulkab.go.id/news/mengenal-pola-asuh-permisif-dan-dampaknya-bagi-anak 
  13. Perry, C. (2023, January 17). Permissive parenting: the pros and cons, according to a child psychologist. Retrieved April 29, 2023, from https://www.parents.com/parenting/better-parenting/style/permissive-parenting-the-pros-and-cons-according-to-a-child-psychologist/
  14. Sanvitores, T. & Mendez, M. D. (2022, September 18). Types of parenting styles and effects on children. Retrieved April 28, 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK568743/ 
  15. Siloam Hospitals. (2023, March 29). Mengenal 4 jenis pola asuh orang tua & efeknya terhadap anak. Retrieved April 27, 2023, from https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/jenis-jenis-pola-asuh-orang-tua#:~:text=3.-,Pola%20Asuh%20Permisif,lemah%20terhadap%20setiap%20keinginan%20anak
  16. Trautner, T. (2017, January 19). Permissive parenting style. Retrieved April 29, 2023, from https://www.canr.msu.edu/news/permissive_parenting_style#:~:text=Permissive%20parents%20are%20not%20demanding,than%20children%20of%20a%20parent 
  17. Up Journey. (2023, April 10). Permissive parenting: the pros and cons (from 10+ experts). Retrieved April 29, 2023, from https://upjourney.com/permissive-parenting-the-pros-and-cons 
  18. Verywell Mind. (2022, December 23). What is permissive parenting?. Retrieved April 29, 2023, from https://www.verywellmind.com/what-is-permissive-parenting-2794957

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories