6 Solusi Mencegah Autisme Sejak Masa Kehamilan

Definisi

Autisme atau Autism spectrum disorder (ASD) adalah masalah perkembangan otak dan saraf yang memengaruhi kemampuan komunikasi dan perilaku individu.Seseorang dengan autisme memiliki masalah dalam berkomunikasi dan kesulitan memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan. Hal ini membuat mereka sulit untuk mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata, maupun gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.

Seseorang dengan autisme mungkin mengalami kesulitan belajar. Keterampilan mereka berbeda dengan orang lain. Misalnya, mereka mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi tetapi sangat baik dalam bidang seni, musik, matematika, sains, atau memori.   

Faktor Risiko

  1. Obat Antiepilepsi

Ibu hamil yang mengonsumsi beberapa obat antiepilepsi yang umum, terutama valproat (dijual dengan merek dagang Garkene, Vellepsy, Depakene, Lepsio, Epifri, dan sebagainya),  dikaitkan dengan risiko yang signifikan terhadap gangguan cacat lahir dan gangguan perkembangan pada anak-anak.

  1. Hamil di Usia Tua

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kehamilan menjadi lebih berisiko seiring bertambahnya usia calon Ibu. Usia Ibu dikaitkan dengan gangguan perkembangan janin, seperti Down Syndrom. Hal ini juga memungkinkan bahwa autisme akan berkembang selama kehamilan. Para peneliti dari Autism Research mencatat bahwa ibu hamil yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko 51% lebih besar memiliki anak dengan gejala autisme dibandingkan dengan ibu yang melahirkan antara usia 21 sampai 29 tahun.

Baca juga: Risiko Hamil Tua

  1. Diabetes Gestasional

Sebuah studi yang diterbitkan di JAMA pada tahun 2018 menunjukkan bahwa diabetes tipe 1, tipe 2, dan gestasional yang sudah ada sebelumnya pada Ibu yang didiagnosis dini pada kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan spektrum autisme pada janinnya.

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan JAMA, peneliti memperluas penelitian itu dengan cara khusus, yaitu memeriksa kadar hemoglobin A1C (HbA1C/hemoglobin yang berkaitan dengan glukosa darah) selama  trimester 1. Hal itu menunjukkan anak-anak yang lahir dari wanita dengan HbA1C minimal 6,5%  2 kali lebih berisiko  didiagnosis autisme dalam 4 tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan ibu dengan HbA1C di bawah 5,7%. 

Baca juga: 2 Komplikasi Diabetes Gestasional Pada Janin

  1. Kelahiran Prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko mengalami autisme daripada bayi yang lahir tepat waktu. Menurut Pediatric (2021), semakin dini bayi lahir, semakin tinggi kemungkinan menderita autisme. Berikut persentase risiko yang dapat terjadi berdasarkan minggu kelahiran bayi:

  • bayi yang lahir antara 22-27 minggu berisiko sebanyak 6%
  • bayi yang lahir antara 28-33 minggu berisiko sebanyak 2,6%
  • bayi yang lahir antara 34-36 minggu berisiko sebanyak 2%
  • bayi yang lahir sekitar 40 minggu berisiko sebanyak 1,4%

Dapat disimpulkan bahwa tingkat autisme meningkat ketika bayi lahir lebih awal. Bayi yang lahir pada 37 hingga 38 minggu, yang tidak dianggap prematur, memiliki tingkat autisme yang sedikit lebih tinggi daripada mereka yang lahir mendekati 40 minggu.

  1. Environmental Toxicant

Paparan racun lingkungan tertentu dapat meningkatkan risiko autisme pada janin dan menyebabkan gangguan perkembangan saraf janin serta gangguan fungsi neurotransmitter (zat kimia pembawa pesan antara neuron). Beberapa racun lingkungan-termasuk merkuri, timbal, arsenik, bifenil poliklorinasi, dan toluena menyebabkan gangguan perkembangan saraf. Hal ini terjadi karena otak janin yang sedang berkembang lebih rentan terhadap cedera akibat racun daripada otak orang dewasa.

Mencegah Autisme pada Janin Selama Kehamilan

Mencegah Autisme Sejak Masa Kehamilan
  1. Pemeriksaan dini

Hasil studi dari Ben-Gurion University of Negev dan Soroka Medical Center, menyatakan bahwa USG rutin pada trimester kedua dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal autism spectrum disorder (ASD). Para peneliti memeriksa data dari ratusan pemeriksaan USG prenatal dari survei anatomi janin yang dilakukan selama pertengahan kehamilan dan menemukan kelainan di jantung, ginjal, dan kepala pada 30% janin yang kemudian mengalami autisme.

  1. Minum air bersih

Penelitian telah menunjukkan bahwa air yang kita minum mungkin memiliki kontaminan yang dapat dikaitkan dengan tingkat autisme yang lebih tinggi. Logam berat seperti timbal dan aluminium diketahui menyebabkan masalah kesehatan dan memengaruhi perkembangan otak janin. Air minum juga bisa mengandung pestisida dan mangan. Mengonsumsi air minum yang bebas dari kontaminan dapat mencegah bahan kimia beracun masuk ke dalam tubuh.

  1. Mengonsumsi makanan bergizi

Ibu dapat menurunkan risiko autisme dengan makan makanan organik seperti sayuran dan buah-buahan yang mengandung antioksidan. Ibu juga dianjurkan mengonsumsi makan setidaknya 80 gram protein tanpa lemak per hari dari sumber protein, seperti daging ayam, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

  1. Tidak mengonsumsi sembarang obat

Seperti informasi sebelumnya, ada beberapa obat berbahaya yang bila dikonsumsi dapat meningkatkan risiko autisme pada janin. Sebaiknya, Ibu berkonsultasi dengan dokter obat apa saja yang bisa dikonsumsi selama kehamilan sebelum ibu mengonsumsinya

  1. Tidak mengonsumsi alkohol

Alkohol memengaruhi perkembangan otak dan organ, menyebabkan kelahiran prematur, cedera otak, keguguran, lahir mati, dan cacat pada janin. Sebaiknya Ibu mengonsumsi minuman pengganti yang bisa membantu Ibu saat hamil untuk berhenti minum alkohol seperti jus buah dan infused water yang mengandung vitamin, mineral, serta serat yang dibutuhkan oleh ibu hamil.

  1. Vaksin sebelum hamil

Ibu dianjurkan sudah menerima vaksin sebelum hamil. Beberapa vaksin, seperti vaksin rubella dapat membantu mencegah cacat lahir. Namun, beberapa virus hidup berisiko membahayakan janin yang sedang berkembang, jadi jenis ini tidak boleh diberikan selama kehamilan. Ibu sebaiknya bertanya kepada dokter atau bidan vaksin mana yang diperlukan dan aman digunakan selama kehamilan.

Yuk, share artikel ini kepada Ibu lainnya , apabila bermanfaat buat Bunda.

Baca juga: 7 Jenis Cacat Lahir (Birth Defects) dan Cara Mencegahnya

Referensi:

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories