2 Cara Efektif Cegah Stunting Sejak Dalam Kandungan

Cegah stunting sejak dalam kandungan bisa? Bisa, dong! Tahukah Ibu, bahwa 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting? Studi Status Gizi Indonesia pada tahun 2021 mencatat ada sekitar 5 juta anak Indonesia yang terdeteksi stunting. Pada tahun 2022, angka prevalensi stunting di Indonesia sudah berangsur-angsur turun, dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 24,4 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia. 

Sayangnya, angka ini masih melewati ambang batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sebesar 20%. Menurut WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila angka prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Hal ini menyimpulkan masalah stunting di Indonesia masih tergolong kronis dan memerlukan kerja sama sinergis dari berbagai pihak dan lapisan masyarakat untuk mengatasi stunting.

 Eh, sebelumnya, apa sih stunting itu? Mungkin, sebagian Ibu sudah mengetahui apa itu stunting. Tapi, sudah tahu belum Bun, apa bedanya dengan gizi buruk? Lalu, bisa nggak sih stunting dicegah? 

Yuk, simak informasinya di bawah Bun, untuk tahu jawabannya!

cegah stunting
Ilustrasi stunting

Apa sih stunting itu?

Stunting merupakan salah satu dampak dari bahayanya gizi buruk pada anak-anak. Stunting adalah kondisi tinggi tubuh anak lebih pendek atau kerdil dibandingkan anak seusianya, karena masalah kurang gizi kronis akibat tidak terpenuhinya kebutuhan asupan gizi.

Menurut WHO, stunting digambarkan sebagai hasil dari kekurangan gizi jangka panjang, dan seringkali mengakibatkan keterlambatan perkembangan mental, prestasi sekolah yang buruk, dan berkurangnya kapasitas intelektual. Keadaan ini tidak terjadi begitu saja, tetapi berlangsung dalam jangka waktu lama dimulai sejak dalam kandungan. 

Normalnya, anak-anak memerlukan gizi berupa vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya dalam jumlah cukup untuk dapat berkembang sebagaimana mestinya. Namun, ketika kebutuhan asupan gizi tidak terpenuhi, dapat menyebabkan malnutrisi atau bisa juga disebut gizi buruk. Dampak dari gizi buruk pada anak-anak bisa beragam, di antaranya: kwashiorkor, stunting, marasmus, dan lain-lain. Masalah stunting masih menjadi salah satu PR bagi pemerintah untuk terus dicegah lantaran merupakan ancaman utama terhadap kualitas diri dan kemampuan daya saing bangsa.

Perbedaan antara anak yang tumbuh normal dan stunting terlihat dari tinggi badan. Anak yang stunting terlihat lebih pendek dari anak seusianya. Perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak jangka panjang terhadap fungsi kognitifnya. Hal ini akan sangat memengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas, dan kreativitas pada usia produktif. 

Baca juga: Mitos Kehamilan dari 6 Suku di Indonesia

Apa penyebab stunting?

Penyebab utama stunting ialah kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Yang menjadi akar permasalahan dari stunting seringkali berasal dari masalah-masalah non kesehatan, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. 

Beberapa kasus stunting awalnya dianggap akibat faktor genetika, yang artinya kemungkinan kurang gizi tidak disadari atau tidak diprediksi sebelumnya oleh para orangtua karena faktor non kesehatan tersebut. Hal ini kemudian ditegaskan oleh Menkes Nila Moeloek pada tahun 2018 bahwa, masalah kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.

Baca juga: Mengidap PCOS Bisa Hamil? Ketahui 6 Hal Penting Ini Dulu

Tanda-tanda anak yang mengalami stunting dan gangguan yang dihadapi

Kondisi stunting dapat mengakibatkan anak mengalami penurunan kekuatan daya tahan tubuh dan gangguan perkembangan otak. Berikut beberapa contoh gangguan yang akan dialami anak dengan kondisi stunting:

·       Tubuh anak lebih pendek dibandingkan standar tinggi badan anak seusianya,

·       Berat badan anak lebih rendah dibandingkan anak seusianya,

·       Kemampuan kognitif dan prestasi belajar menurun,

·       Hilangnya produktivitas,

·       Peningkatan risiko penyakit kronis terkait nutrisi setelah dewasa,

·       Rentan mengalami infeksi, dan

·       Anak perempuan akan berisiko sulit melahirkan.

Baca juga: Naik Motor Saat Hamil Berbahaya? Ini 11 Tips Melakukannya!

cegah stunting
Ilustrasi anak-anak di Indonesia

Cara cegah stunting sejak dalam kandungan hingga bayi lahir

A.     Cegah stunting dengan metode 5J

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengimbau terkait 5 hal yang perlu diperhatikan Ibu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi atau dikenal juga dengan metode 5J agar dapat mencegah stunting, yaitu:

1.   Jumlah kalori: ibu hamil membutuhkan minimal 35 kkal/kg/hari.

2.   Jadwal makan: yaitu 3 kali makan besar (pagi, siang, dan malam) serta 3 kali makan kecil.

3.   Jenis makanan: Penting bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan nutrisi makro yang dapat diperoleh dari protein perhari sebanyak 75-100 gram dengan memvariasikan 4 jenis lauk yang berbeda setiap makan. Ada pilihan protein hewani (daging merah, ayam, seafood, telur), ditambah protein nabati (tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, kacang-kacangan). Selain itu, kebutuhan nutrisi mikronutrien (vitamin dan mineral) harian seperti folat dan asam folat 0,6 – 0,8 miligram, kalsium 1000 miligram, vitamin C sebanyak 85 miligram, vitamin D sebanyak 600 IU, dan zat besi sebanyak 27 miligram yang dapat diperoleh dari berbagai jenis makanan. 

Berikut adalah beberapa ide tentang apa yang harus disertakan setiap hari:

Biji-bijian: 8 porsi, seperti 1 iris roti gandum, 1 cangkir sereal gandum, 1/2 cangkir pasta atau nasi matang. (Pilih biji-bijian berserat tinggi sesering mungkin untuk mengurangi sembelit kehamilan)

Sayuran: 4 porsi atau lebih, seperti 2 wortel mentah ukuran sedang; 1 cangkir sayuran hijau tua, 1 cangkir brokoli atau kembang kol yang dimasak.

Buah-buahan: 2 hingga 4 porsi, seperti 1 apel kecil, jeruk, pir, atau pisang, atau 1 cangkir beri.

Susu: 3 porsi, seperti 8 ons susu atau yogurt

Daging, unggas, ikan, telur, kacang-kacangan, dan buncis: 2-3 porsi, seperti 2-3 ons daging matang, unggas, atau makanan laut.

Lemak, minyak, dan permen: jika perlu.

4.   Jalur pemberian nutrisi: yaitu cara makanan dapat diberikan dan disalurkan ke janin. Ada dua tujuan dalam memberikan nutrisi untuk janin, yaitu pemeliharaan dengan makanan utama dan terapi dengan pemberian makanan tambahan (PMT). PMT adalah suplemen gizi tambahan berupa biskuit lapis yang diformulasikan khusus mengandung vitamin dan mineral bagi ibu hamil dengan kategori Kurang Energi Kronis (KEK) untuk mencukupi kebutuhan gizi.

5.   Jaga komitmen terhadap pelaksanaan: Dalam penerapannya memang sulit karena Ibu diharapkan konsisten dalam memperhatikan jenis makanan, waktu makan, dan kalori. Oleh karena itu, Ibu dapat mengatasinya dengan membuat jadwal makan agar dapat memantau dan menjaga kebiasaan baik ini.

Baca juga: 5 Langkah Sehat Makan Mi Instan Saat Hamil

B.      Cegah stunting dengan pemantauan atau pemeriksaan rutin

Selain melalui metode 5J, mencegah stunting bisa dilakukan dengan melakukan pemantauan atau pemeriksaan yang dilakukan secara rutin. Apa saja sih yang harus dipantau untuk cegah stunting? Yuk simak informasi di bawah ini:

1.       Pemeriksaan rutin kehamilan

Ibu hamil sebaiknya melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur hingga 1000 hari pertama kehidupan, yaitu 9 bulan masa kandungan sampai anak berumur 2 tahun (270 hari + 730 hari). Masa-masa ini merupakan “periode emas” tumbuh kembang anak dan berpengaruh mencegah stunting.

2.       Deteksi dini penyakit

Semakin cepat Ibu tahu potensi risiko stunting sejak dalam kandungan, semakin cepat juga Ibu dapat mencegahnya dengan penanganan. Mintalah pada dokter untuk membantu mengatasinya.

3.       Melakukan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai

Melahirkan pada fasilitas kesehatan yang memadai dan dibantu dengan tenaga ahli dapat membantu ibu dan bayi mendapat penanganan terbaik yang diperlukan untuk mencegah stunting.

4.       Melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif

Setelah melahirkan, Ibu sebaiknya lakukan IMD dan pemberian ASI Eksklusif. ASI menyediakan nutrisi yang ideal untuk bayi, baik vitamin, protein, maupun lemak. Kolostrum, yaitu air susu yang dikeluarkan pertama kali setelah persalinan, memiliki manfaat untuk membantu pembentukan antibodi dan menjauhkan anak dari penyakit. Pemberian ASI selama 6 bulan juga memberikan manfaat pada tumbuh kembang anak.

5.       Pemberian makanan tambahan

Setelah berusia 6 bulan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) atau Makanan Pendamping ASI (MPASI) dapat diberikan pada bayi agar kebutuhan nutrisinya tercukupi sehingga dapat mendukung tumbuh kembang optimal.

6.       Imunisasi lengkap

Imunisasi diperlukan untuk mencegah anak terkena risiko infeksi penyakit berbahaya. Risiko stunting semakin meningkat jika sering mengalami infeksi penyakit. Imunisasi dasar lengkap sebelum berusia 1 tahun mesti diberikan, yang meliputi:

  • 1 dosis hepatitis B,
  • 1 dosis BCG (tuberkulosis),
  • 3 dosis DPT (difteri, pertusis, tetanus)-Hepatitis,
  • 4 dosis polio, dan
  •  1 dosis campak.

7.       Memantau pertumbuhan bayi

Penting dilakukan untuk mengetahui kecenderungan tumbuh kembang bayi. Hal ini juga sebagai deteksi dini jika dalam masa pertumbuhan bayi mengalami masalah atau hambatan, sehingga bisa langsung dilakukan penanganan.

Masalah stunting menjadi masalah yang serius karena menyangkut tumbuh kembang anak mulai dari fisik, mental, hingga intelektual. Beberapa kondisi stunting bisa diperbaiki seperti gizi dan berat badan, tetapi tidak dengan tinggi badan. Namun, cegah stunting bisa dilakukan sejak dalam kandungan dengan beberapa cara di atas. 

Kalau informasi ini bermanfaat untuk Ibu, yuk bagikan informasi ini agar Ibu-ibu lainnya agar angka stunting di Indonesia menurun dan bisa dicegah~

cegah stunting
Ilustrasi pemeriksaan

REFERENSI

Related Posts

Comments

Stay Connected

spot_img

Recent Stories